Penjelasan Medis tentang Kesurupan dan Makan Beling

- Jumat, 9 Februari 2018 | 14:31 WIB
Ilustrasi kuda lumping. (Wikipedia)
Ilustrasi kuda lumping. (Wikipedia)

UJUNG BERUNG, AYOBANDUNG.COM -- Dani Arief adalah pemakan pecahan beling. Atau, terkadang daging mentah tanpa bumbu dimakan juga. Apapun dapat Dani makan tanpa kompromi. Tapi itu dia lakukan dalam kondisi kesurupan.

Ketika sadar, Dani seperti manusia kebanyakan. Bakso tahu adalah makanan favoritnya. Menu beling disantapnya terakhir kali pada dua tahun lalu. Saat itu Dani masih aktif tergabung dalam grup kesenian kuda lumping di Tangerang.

"Rasanya tidak ingin, tapi ingin. (Ketika kesurupan) saya bisa melihat sekitar, tapi tidak bisa mengendalikan tubuh. Makan beling bukan keinginan saya, tapi ruh yang masuk," ujar Dani kepada ayobandung, Rabu (7/2/2018).

Alih-alih terluka, Dani mengaku tidak pernah mengalami keluhan fisik berarti. Padahal, secara logika, ujung beling yang tajam sangat berisiko melukai dinding gusi hingga bagian tubuh lain seperti tenggorokan maupun lambung.

"Sariawan? Tidak pernah (karena makan beling). Mules juga tidak. Setelah sadar rasanya biasa saja. Saya hanya ingat kalau baru saja makan beling dan tidak ada rasanya," ujar Dani.

Sama halnya dengan Dani, malim reak bernama Aldo Ravael alias Dado juga tidak pernah merasakan keluhan berarti sesaat setelah menari seraya menyantap menu beling hingga silet. Bahkan, proses buang air harian berjalan seperti biasa, tanpa gangguan dan tidak menyakitkan. Padahal, kalau diingat dengan seksama, buang air besar akan terasa begitu menyakitkan sesaat setelah menyantap makanan pedas.

"Ketika kesurupan, bukan saya yang makan beling, tapi ruh yang merasuki. Tubuh saya hanya berfungsi sebagai media perantara," ujar Dado kepada ayobandung.

Menurut medis, manusia dikaruniai perut yang sangat kuat. Dalam lambung, terdapat asam hidroklorat, yang dengan kekuatannya, dapat melarutkan pisau silet hingga serpihan besi baja.

"Asam lambung atau asam hidroklorat punya kekuatan melarutkan yang luar biasa. Apalagi lambung memiliki sifat elastis," ujar Dokter Lusie Arifin pada ayobandung, Jumat (9/2/2018).

Pertanyaan kemudian muncul, bagaimana tubuh manusia dapat menahan asam hidroklorat yang begitu kuat? Jangan khawatir karena lambung manusia memiliki 500.000 sel pelindung dinding yang selalu mengelupas setiap satu menit dan berganti baru dalam tiga hari sekali.

Lalu, manusia memiliki gusi yang tidak begitu sensitif jika dibandingkan dengan kulit tubuh. Dalam gusi terdapat lapisan lunak yang kuat dan tidak mudah sobek bernama mukosa. 

Sehingga manusia dapat menyantap makanan dengan tekstur tajam seperti keripik, sama halnya dengan silet atau beling. Namun, tentu saja hal tersebut tergantung pada posisi objek makanan saat dikunyah.

Namun tetap saja, walau begitu kuatnya lambung manusia, menu beling sebagai sajian makan siang sangat tidak dianjurkan.

Editor: Asri Wuni Wulandari

Tags

Terkini

X