Oleh SJARIFUDDIN HAMID
JERMAN mendukung Ukraina tetapi tidak ingin membuat Rusia terpojok. Maka dari itu PM Olaf Scholz pada awalnya hanya menjanjikan bantuan lima ribu helm kepada Presiden Ukraina Zelensky.
Belakangan ini, Scholz bersedia memberi tank Leopard setelah Amerika Serikat mengirim terlebih dahulu tank Abrams. Konon sebelum kesediaan itu tercapai, di belakang layar telah terjadi perdebatan sengit antara Washington dan Bonn.
Operasionalisasi Leopard tidak bisa berlangsung dalam waktu pendek. Perlu pelatihan bagi anggota kavaleri Ukraina. Juga menyangkut ketersediaan amunisi dan suku cadang. Selama tenggang waktu ini dapat terjadi berbagai kemungkinan.
(1) Rusia mengintensifkan serangan agar dapat menguasai sepenuhnya Ukraina selatan yang kemudian dijadikan buffer zone. (2) Peningkatan perundingan untuk mencapai perdamaian.
Baca Juga: Bukan Tamblong, tapi Tam Long
Mayoritas negara-negara Eropa sebelumnya menganggap Rusia tidak lagi merupakan ancaman sebab Perang Dingin sudah berakhir dan Uni Soviet pun sudah bubar. Rakyat pun memperoleh kebebasan berserikat dan memperoleh informasi. Sementara Vladimir Putin malahan sampai empat kali menyatakan keinginan menjadi anggota NATO. Amerika Serikat menolaknya.
Di sisi lain, berlangsung pendekatan timbal balik antara Uni Eropa-Rusia dalam bidang ekonomi, perdagangan dan investasi. Sejumlah 40% dari total kebutuhan gas alam Uni Eropa dipasok Rusia. Jerman mendapat 71% diantaranya, disusul Belanda dan Italia. Ukraina, Hongaria dan lainnya juga menampung gas alam Rusia.
Perang di Ukraina membuat anggota UE kesulitan. Rusia menekan dengan hanya memasok 20% dari total kebutuhan dan menolak pembayaran dengan dolar AS. Karuan saja harga gas di UE melonjak sampai 200%. Mereka tidak bisa mengimpor dari AS, Australia dan Uni Emirat Arab sebab ketiga negara sudah terikat kontrak jangka panjang dengan negara-negara lain.
Impor barang dan jasa UE dari Rusia selama 2021 mencapai US$173,18 miliar, sedangkan setahun sebelumnya 29,4 miliar Euro. Barang yang diimpor tersebut bukan hanya minyak mentah dan gas namun juga berbagai jenis mineral, pupuk sampai kebutuhan rumah tangga.
Hubungan ekonomi, perdagangan dan investasi UE dan Rusia demikian erat karena sudah mengenyampingkan aspek-aspek ideologi. Kedekatan yang paling dominan terlihat antara Jerman dengan Rusia. Keduanya sudah pada tahap membangun kemitraan strategis. Impor Jerman dari Rusia pada 2021 mencapai 19,4 miliar euro.
Keakraban ini terganggu setelah pipa Nord Stream 2 disabotase. Swedia dan Denmark yang mengadakan penyelidikan tak mengumumkan hasilnya. Rusia menuduh AS menjadi pelakunya. Sebelumnya juga muncul dugaan sabotase dilakukan pasukan AS yang bersama tentara NATO lainnya saat mengadakan latihan di Bornholm, Denmark yang berlokasi di tepi laut Baltik.
Penegasan sabotase muncul dari wartawan investigatif Seymour Hersh. Dia menegaskan, pipa Nord Stream 2 yang sedianya menyalurkan gas dari Rusia ke Jerman telah disabotase.
Perang Ukraina Mengubah Situasi
Artikel Terkait
Beasiswa Gratis S1-S3 keĀ Finlandia, Prancis, Jerman & Swedia, Cek Infonya
Bule Jerman Toni Dedola Resmi Mualaf dan Siap Nikahi Nikita Mirzani, Sudah Sunat Belum?