Viral Gitasav Sebut Tak Punya Anak Jadi Kunci Awet Muda, Seperti Apa Hukum Childfree Dalam Islam?

AYOBANDUNG - Gitasav atau Gita Savitri belakangan ramai diperbincangkan usai memberikan pernyataan tentang childfree yang cukup dianggap kontroversi menurut beberapa orang.

Tapi sebelumnya memang kita tahu bahwa Gitasav memang sejak awal menikah sudah berkomitmen untuk memilih tidak memiliki anak dengan pasangannya.

Di Indonesia sendiri tampaknya prinsip hidup bersama pasangan tanpa anak atau childfree masih dianggap tabu oleh sebagian individu atau kelompok.

Baca Juga: Heboh! Rahasia Gitasav Terungkap, Siapa Gitasav yang Kini Jadi Trending Topic?

Lantas, muncul pertanyaan mengenai bagaimana hukum childfree dalam Islam? Apakah dalam Islam seseorang diperbolehkan untuk menjalani hidup dengan memutuskan menikah tanpa berencana memiliki momongan?

Penyebab pasangan memilih untuk menjalani hidup dengan prinsip childfree tentunya memiliki banyak latar belakang.

Seperti beberapa di antaranya mungkin karena kesehatan hingga ekonomi pasangan suami istri memutuskan untuk tidak memiliki anak atau childfree.

Mayoritas penduduk Indonesia seperti kita ketaui memeluk agama Islam. Kemudian bagaimana hukum dalam islam mengenai prinsip childfree?

Baca Juga: Profil Gita Savitri Disebut Mirip Kim Ji Won ,Usia, Fakta, Prestasi dan Kontroversi hingga Trending di Twitter

Dihimpun dari laman Suara.com dan Islam.nu.or.id, penolakan terhadap kehadiran anak dalam sebuah hubungan rumah tangga dimulai dari kesepakatan di antara pasangan ini bisa dikaji dalam kajian fiqih

Dalam kajian fiqih, childfree bisa disamakan dengan menolak wujud anak yakni sebelum sperma berada di rahim wanita. Hal itu bisa terjadi dengan cara:

• Tidak menikah
• Tidak bersetubuh
• Tidak inzal atau tidak menumpahkan sperma di dalam rahim
• Dengan cara menumpahkan sperma di luar vagina.

Keempat hal tersebut substansinya sama dengan konsep childfree, yakni sama-sama menolak wujud anak.  Berkaitan dengan hal tersebut, Imam Al-Ghzali menjelaskan:

“Saya berpendapat bahwa ‘azl hukumnya tidak makruh dengan makna makruh tahrîm atau makrûh tanzîh, sebab untuk menetapkan larangan terhadap sesuatu hanya dapat dilakukan dengan dasar nash atau qiyâs pada nash, padahal tidak ada nash maupun asal atau sumber qiyâs yang dapat dijadikan dalil memakruhkan ‘azl.

Baca Juga: Siapa Gita Savitri? Ini Profil YouTuber yang Dihujat Gegara Komentari Atribut LGBT di Piala Dunia Qatar 2022