AYOBANDUNG – Angka kurang gizi atau prevalensi stunting Indonesia turun 2,8 persen jadi 21,6 persen. Tapi masih di atas standar WHO.
Penurunan angka stunting Indonesia jadi 21,6 persen itu sesuai Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) itu diumumkan Kementerian Kesehatan, Rabu (25/1).
Meski masih di atas standar WHO, penurunan angka kurang gizi alias stunting Indonesia itu cukup menggemberikan. Sebab pada 2021 angkanya 24,4 persen.
Jadi prevalensi stunting Indonesia sebesar 21,6 persen pada 2022 merupakan sebuah kabar positif.
Apalagi itu terjadi di saat Pandemi Covid-19. “Mudahan-mudahan di masa normal penurunannya bisa lebih tajam,” kata Menkes Budi Gunadi Sadikin.
Baca Juga: Timeline Lengkap Jadwal Pendaftaran Pantarlih Pemilu 2024, Sejak Pendaftaran Sampai Pelantikan
Apa Itu stunting
Sekadar diketahui, stunting itu sederhanya dapat diartikan sebagai tingkat kurang gizi pada anak-anak.
Salah satu indikasi fisik akibat stunting adalah tidak optimalnya pertumbuhan tinggi badan seseorang.
Tapi yang fatal akibat stunting atau kurang gizi tersebut adalah bisa mengakibatkan rendahnya kecerdasan bahkan juga mental seorang anak.
Persoalan stunting ini menjadi agenda semua negara. Dalam konteks ini WHO menetapkan, standar normal stunting adalah di bawah 20 persen.
Capain angka stunting Indonsia sebesar 21,6 persen pada 2022 itu memang masih di atas standar WHO. Tetapi, sekali lagi, itu cukup membanggakan.
Artikel Terkait
Sosialisasi Program Pencegahan Stunting untuk Emak-Emak di Bandung Barat Dilakukan Mak Ganjar
Mewujudkan Indonesia Emas dengan Memberantas Stunting
Sebanyak 21,6 Persen Anak Indonesia Terancam Alami Stunting, Begini Upaya Terbaru Kemenkes
Angka Stunting di Cianjur Menurun, Bupati : Berkat Semua Pihak
5 Langkah Pencegahan Stunting, Penuhi Kebutuhan Gizi Sejak Hamil hingga Beri ASI Eksklusif Sampai Bayi 6 Bulan