LENGKGONG, AYOBANDUNG.COM -- Jatuhnya pesawat Yeti Airlines dengan nomor penerbangan 691 rute reguler Kathmandu-Pokhara, Nepal menelan korban 68 penumpang dan empat awak udara pada Minggu (15/1/2023) pagi.
Setelah kecelakaan tersebut, pemerintah Nepal menetapkan Senin (16/1/2023) sebagai hari libur nasional, menjadi hari berkabung untuk mengenang para korban.
Sementara Yeti Airlines membatalkan seluruh penerbangan regulernya untuk hari ini.
Baca Juga: Puing Pesawat Ditemukan setelah 8 Tahun, Misteri Malaysia Airlines MH370 Terungkap?
Seperti dikutip dari Suara.com, Civil Aviation Authority of Nepal (CAAN) menyatakan pesawat tipe 9N-ANC ATR 7272-500 turbojet twin-prop itu terbang dari Bandara Internasional Tribhuvan, pada pukul 10.33 pagi waktu setempat (GMT+5 dan 45 menit).
Terakhir melakukan kontak dengan bandara Pokhara sekitar pukul 10.50 atau sekitar 18 menit setelah lepas landas. Sesudahnya terjadi petaka udara di Ngarai Sungai Seti, antara bandara lama dan baru di Pokhara.
Dikutip dari CNN, berdasarkan data dari Aviation Safety Network, kecelakaan udara Yeti Airlines nomor penerbangan 691 yang terjadi pada Minggu (15/1/2023) adalah terburuk ketiga dalam sejarah penerbangan Nepal yang berada di Pegunungan Himalaya.
Paling buruk sebelumnya terjadi pada Juli 2012 dengan pesawat Thai Airways yang meminta 113 korban jiwa 113. Kemudian September 1992,dari maskapai Pakistan International dengan 167 orang meninggal.
Baca Juga: Iriana Jatuh dari Tangga Pesawat, Jokowi Tolak Pertolongan Paspampres
Selain itu masih ada peristiwa petaka udara di Nepal, saat Tara Air yang membawa 22 penumpang pada Mei 2022 menabrak Pegunungan Himalaya di ketinggian sekitar 14.500 kaki atau sekira 4.419 m.
Nepal sendiri adalah rumah bagi delapan dari 14 gunung tertinggi di dunia. Paling terkenal Sagarmatha National Park di mana terletak Mount Everest atau Sagarmatha Himal, namanya dalam bahasa setempat, dengan ketinggian sekira 8.848 m di atas paras laut (m dpl).
Timbul pertanyaan, mengapa begitu berisiko dan berbahaya terbang di Nepal?
Faktor topografi dan kondisi cuaca menjadi salah satu jawaban ilmiah untuk situasi petaka udara yang terjadi di negeri itu.
Baca Juga: CUMA Ini Link Resmi 75.083 Peserta yang Lolos Seleksi Administrasi Calon PPPK Kemenag 2022
Dikutip dari BBC, disebutkan bahwa kecelakaan penerbangan tidak jarang terjadi di Nepal. Penyebabnya seringkali karena landasan pacu di lokasi terpencil yang sulit dijangkau dan perubahan cuaca tiba-tiba yang dapat menyebabkan kondisi berbahaya.