Kurangi Pencemaran Citarum, Kandang Sapi Komunal Penghasil Biogas Hadir di Cisanti

- Rabu, 20 Februari 2019 | 00:04 WIB
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, Prima Mayaningtias. (Nur Khansa Ranawati/Ayobandung.com)
Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, Prima Mayaningtias. (Nur Khansa Ranawati/Ayobandung.com)

SOREANG, AYOBANDUNG.COM--Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Jawa Barat, Prima Mayaningtias mengatakan bahwa sumber pencemar terbesar aliran Sungai Citarum adalah limbah domestik, dimana salah satu elemennya adalah limbah domestik cair berupa kotoran manusia juga hewan ternak. Hal tersebut menjadikan angka kontaminasi fecal coliform di Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum sangat tinggi, bahkan ribuan kali dari standar yang dipersyaratkan.

Guna mengentaskan masalah tersebut, saat ini Pemerintah Provinsi Jawa Barat beserta sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD), komunitas, dan berbagai elemen masyarakat tengah melangsungkan kolaborasi pembersihan DAS Citarum lewat pembentukan satuan tugas Citarum Harum. Termasuk juga Yayasan Rumah Energi, dimana saat ini yayasan tersebut tengah berfokus membangun biogas di hulu Sungai Citarum, yakni kawasan Cisanti, untuk mengurangi tingkat ketercemaran DAS Citarum dari limbah domestik cair.

CPO program Biogas Rumah Yayasan Rumah Energi, Cahya Hendra mengatakan , pihaknya saat ini tengah membangun kandang sapi komunal yang dapat menampung sapi-sapi milik warga di sekitaran hulu Citarum. 

AYO BACA : Pemkot Bandung Ingin IPAL Komunal Selesaikan Masalah Limbah Sungai

Kandang sapi tersebut disentralisasi pertama untuk meminimalisasi kemungkinan pembuangan kotoran hewan ke sungai seperti yang kerap terjadi. Kedua, untuk membangun energi alternatif biogas yang akan dialiri ke rumah-rumah warga.

"Dengan adanya program Citarum Harum ini kandang-kandang konvesional mulai ditarik ke kadang komunal, jadi tidak lagi boleh punya kandang masing-masing. Sulit untuk mengontrol satu per satu untuk memastikan warga tidak buang kotoran hewan ke sungai. Bila kandangnya komunal jadi terkontrol," ungkapnya ketika ditemui di sela acara Citarum Expo di Soreang, Selasa (19/2/2019).

Cahya mengatakan, kandang komunal besar yang dibangun di hulu Citarum terdapat dua buah. Meski demikian, sebelumnya Yayasan Rumah energi juga sudah membangun lokasi-lokasi pembentukan biogas dengan menanam biodigester di sejumlah titik di Jawa Barat, dengan mayoritas titik berada di Bandung Barat.

AYO BACA : Solusi Septic Tank Komunal di Lahan Sempit Ala Babakan Ciparay

Adapun cara kerja biodigester untuk menghasilkan biogas, dia mengatakan, cukup sederhana dan tidak melibatkan teknologi yang canggih. Cukup diperlukan kotoran sapi minimal 30 kilogram dan 30 liter air yang dimasukkan ke dalam biodigester, untuk kemudian diproses dan dialirkan ke rumah warga untuk menghasikan gas yang bisa dipakai memasak selama 4 jam. 

"Skala terkecil itu 4 kubik, memerlukan kotoran sapi 30kg, 30 liter air, 'dikucek' masuk biodigester, difermentasi menjadi mikrobba selama satu malam. Besok paginya sudah bisa dibakar kandunga metan-nya dan bisa dimanfaatkan selama 4 jam," jelas Cahya.

Dengan kandang komunal, volume gas yang dihasilkan per-hari bisa jauh lebih besar. Nantinya biogas dari kandang komunal akan dialirkan ke rumah-rumah sesuai pos yang telah dibagi-bagi.

"Kandang yang tersentralisai itu ada pengguna-penggunanya. Per 12 meter kubik bisa dipakai empat rumah, selama 10 jam. Nanti yang paling besar kita akan distribusikan ke rumah-rumah lain untuk memanfaatkan lahan," ungkapnya.

Tak hanya sebatas memanfaatkan biogas, ampas dari biogas alias bio-slurry juga dapat dimanfaatkan warga secara ekonomis. Cahya mengatakan, akan ada pendampingan bagi warga untuk mengoperasikan hal tersebut.

"Ada pendampingan agar tak hanya diambil metan nya saja, slurry-nya juga punya nilai ekonomis. Bisa dipakai ternak cacing, atau jadi pupuk organik padat dan cair," pungkasnya.

Halaman:

Editor: Dadi Haryadi

Tags

Terkini

Gempa Cianjur M 2,3 Dipicu Pergerakan Sesar Cugenang

Sabtu, 16 September 2023 | 13:12 WIB

LIPSUS Harga Beras Meroket Sampai Kapan?

Rabu, 13 September 2023 | 10:06 WIB
X