CIDADAP, AYOBANDUNG. COM -- Teddy mengira ia tak akan pernah tua. Badannya masih kekar, penglihatannya tajam, dan tetap kuat berada di dalam hutan. Mencari emas dan bebatuan sambil berteman dengan masyarakat pedalaman anak suku dalam atau Suku Dayak.
Atau ikut mengepung musuh dari strategi navigasinya untuk memenangkan peperangan. Mulai dari perang bersama Timor Timur, Papua, dan Aceh, telah ia lakoni.
"Untuk bantu negara, saya tidak dibayar. WANADRI (Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung) itu lihat hakikatnya, sanggup menolong sesama hidup setiap waktu, kita ini SAR," jelasnya, kepada ayobandung.com, Senin (8/4/2019).
AYO BACA : Bordir Tasik, Usaha Turun-temurun yang Mendunia
Teddy bercerita, sebagai manusia harus bisa membedakan mana rezeki yang bagus yang harus kita terima dan mana yang tidak boleh kita terima. Konteks tersebut yang harus dipahami. Nyatanya, banyak anggota pemerintahan yang korupsi karena ia tidak memahami dan tidak punya harga diri.
"Sekarang gini bupati walikota gubernur, anggota dewan yang terhormat, kenapa mesti maling? Kenapa masuk KPK, karena enggak punya harga diri," ujarnya.
Untuk membangun harga diri, seorang manusia harus punya karakter. Pendidikan karakter adalah yang paling utama.
AYO BACA : Hendra, Perajin Wayang Golek yang Masih Aktif Hingga Kini
Terlebih zaman yang sudah berbeda sehingga tuntutan negara dan tuntutan pribadi sudah berbeda. Namun tanah air tetap jelas, jiwa nasionalisme harus dipupuk.
Cara membangun karakter, katanya, melalui pendidikan yang baik. Melalui pendidikan, seseorang akan memiliki karakter.
"Pendidikan yang baik itu di mana? Di rumah, sekolah, organisasi," katanya.
Organisasi yang punya karakter, akan menghasilkan kader-kader yang punya karakter. Seperti janji Wanadri yaitu mengembaralah kamu demi tanah air. Sebulan mengikuti ospek di hutan, semua dididik bersama, senang susah menderita sama sama.
"Itulah rasa kebersamaan, kesetiakawanan, terbentuklah jiwa korsa," ujar bapak kelahiran tahun 1951 itu.
Berkaca pada generasi muda saat ini, Teddy menilai masih ada karakter yang tertanam dalam diri anak muda. Seperti setia terhadap negara, teman-teman, dan keluarga. "Dan saya enggak bisa ngebandingin karena beda zaman," ucap Teddy.
Zaman dulu, berkelahi bagi laki- laki adalah hal yang bagus karena dianggap kuat dan pemberani. Lain hari ini, berkelahi adalah tindakan tidak baik meskipun dulu kejantanan seorang lelaki melalui berkelahi. "Tapi, tanggung jawab tetep, harga diri dan kehormatan yang tadi dengan bekerja sebaik baiknya," katanya.