Oleh Vania Frederica Sitanggang
DI ZAMAN zaman yang serba digital, bermain game online merupakan salah satu pilihan yang dilakukan untuk menghilangkan jenuh. Tidak hanya itu, bahkan kini game online dapat menghasilkan uang yang didapat dari konten di platform media sosial maupun dari kompetisi-kompetisi yang diadakan.
Sayangnya, game online dapat menjadi bumerang jika seseorang keasyikan bermain secara terus-menerus sehingga dapat mengakibatkan dampak buruk baik itu dari segi kesehatan maupun mental.
kecanduan game online ditandai oleh sejauh mana seseorang bermain game secara berlebihan yang dapat berpengaruh negatif bagi pemain game tersebut (Weinstein, 2010). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 88% remaja mengalami kecanduan bermain game online (Febriandari Dona, 2016).
Fenomena kecanduan ini akan mengakibatkan gangguan masalah tidur yang mana akan beranjak menimbulkan masalah baru lain seperti terganggunya konsentrasi belajar, mengurangi produktivitas, stres, dan depresi pada seseorang.
Menurut sebuah penelitian yang dilakukan para ahli di Oxford University, Inggris, seseorang sebaiknya bermain game tidak lebih dari satu jam setiap harinya. Sedangkan menurut Chou (2017) rata-rata remaja Indonesia bermain game adalah 20-25 jam/minggu yang mana bila dihitung menjadi 2-3 jam/hari.
Tentunya aktivitas bermain game online yang berlebihan ini akan mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia salah satunya yaitu gangguan penglihatan pada mata (astenopia). Astenopia atau sering disebut sebagai kelelahan visual merupakan kelainan yang ditandai dengan gejala somatik atau persepsi seperti sakit kepala, penglihatan kabur, mata kering, dan sensasi benda asing disekitar mata (Guo et al, 2018).
Gangguan kesehatan lain adalah obesitas dan sindrom Quervain. Sindrom Quervain adalah nyeri di bagian pergelangan tangan terutama ibu jari karena memegang sesuatu terlalu lama.
Beberapa dari game online populer seperti Mobile Legend, Free Fire, Dota, dan League of Legends membutuhkan kerja sama tim untuk mencapai kemenangan. Hal yang diharapkan dari game-game tersebut yaitu sekadar untuk mengisi waktu luang atau meningkatkan mood.
Baca Juga: Pantarlih Pemilu 2024 Punya Tugas Mulia, Ini Update Gaji, Hak dan Kewajiban
Akan tetapi, yang terjadi malah sebaliknya. Alline (2021) menyebutkan bahwa sebanyak 73% pemain sangat setuju game online membawa pengaruh toksik. Komunitas pemain game akan toksik jika mengalami kekalahan atau mengalami gangguan pada sinyal. Mereka akan mengumpat atau mengetik kata-kata yang tidak pantas di fitur chatbox untuk melampiaskan kekesalan yang mereka rasakan.
Di chatbox tersebut mereka akan menyalahkan serta menyudutkan orang lain. Dan hal tersebut sudah terjadi secara berulang sampai menjadi sebuah kebiasaan yang sudah dianggap wajar. Mirisnya lagi di dalam komunitas toksik tersebut terdapat anak di bawah umur yang sudah diberikan handphone dan tidak mengalami pengawasan dari orang dewasa di sekitarnya.
Tentunya tidak ada yang salah dari bermain game online. Justru kita membutuhkan game untuk mengisi kejenuhan kita. Hanya saja kita perlu menyadari dan mengontrol waktu bermain game agar kita tidak keterusan bermain dan berakhir pada kecanduan game online.
Artikel Terkait
5 Game Online untuk Menghabiskan Waktu Ngabuburit
Tips Main Game Online Agar Rank Cepat Naik
Psikolog Paparkan Penyebab Kecanduan Game Online
Keunggulan Menggunakan X8 Speeder APK Citer Game Online