Sejarah Permainan Lato Lato dan Dampak Buruk yang Ditimbulkannya

- Senin, 30 Januari 2023 | 10:57 WIB
Siswa sekokah dasar (SD) di Kabupaten Bandung Barat (KBB) dilarang membawa lato-lato ke sekolah, ini alasannya
Siswa sekokah dasar (SD) di Kabupaten Bandung Barat (KBB) dilarang membawa lato-lato ke sekolah, ini alasannya

Oleh Sam Edy Yuswanto*

SAAT INI, permainan lato lato menjadi sebuah permainan yang begitu diminati oleh anak-anak. Tak hanya anak-anak, kaum remaja, orang dewasa, bahkan orang yang sudah berusia lanjut pun menyukai permainan ini. Hal ini saya buktikan ketika melihat video pendek yang diunggah oleh orang-orang di media sosial. Dari sebuah video berdurasi pendek, saya menyaksikan seorang ibu begitu piawai memainkan lato lato.

Sebenarnya, permainan lato lato yang bisa dibeli dengan harga murah meriah tersebut berasal dari mana? Apakah berasal dari Indonesia atau negara lain? Untuk menjawab pertanyaan ini, tentu tidak asal-asalan. Kita harus berusaha mencari referensi yang tepercaya. Saya pun berusaha mencari sumber yang sekiranya dapat dipertanggungjawabkan.

Mengutip keterangan Miyarsih (Haluan.com, 27/12/2022) bahwa sebenarnya permainan lato lato sendiri sudah ada sejak lama, generasi yang lahir tahun 1960-an ke atas diketahui sudah sering memainkan permainan itu. Lato-lato merupakan permainan tradisional berupa 2 bola kecil dengan tekstur keras yang diikat mengunakan tali.

Cara memainkannya pun cukup mudah yakni dengan membenturkan kedua bola menggunakan satu telapak tangan dengan gerakan naik-turun mengeluarkan bunyi yang cukup nyaring.

Baca Juga: Set Top Box TV Meledak dan Mengakibatkan Kebakaran Rumah, Berikut Cara Mematikan STB

Sementara itu, Luqman Sulistiyawan (Kompas.com, 9/1/2023) melansir keterangan dari Quartz, permainan lato lato berasal dari Amerika Serikat. Di negara asalnya pemain tersebut bernama clackers, click-clacks, atau knockers. Pada awal ’70-an, ratusan pembuat mainan telah menjual jutaan clackers di seluruh dunia.

Selanjutnya, yang menjadi persoalan di tengah masyarakat adalah bila permainan sederhana itu dimainkan secara berlebihan. Salah satu dampak buruk yang ditimbulkannya adalah mengganggu kenyamanan orang lain. Saya sendiri adalah orang yang merasa terganggu dengan suara ‘tek-tek-tek’ yang dimainkan oleh tetangga secara terus-menerus. Bunyinya begitu bising dan bikin saya kesal, hehehe.

Awalnya, suara yang bersumber dari lato lato saya anggap biasa saja. Namun karena terlalu lama dimainkan, maka suaranya akan terasa begitu bising di telinga. Saya rasa, orang-orang yang terlalu lama mendengar suara lato-lato juga akan merasa terganggu.

Terlebih bagi mereka yang sedang menderita sakit, atau ibu-ibu yang sedang menidurkan bayinya, atau orang-orang yang sedang rehat setelah seharian bekerja, tentu akan merasa terganggu dengan kebisingan permainan lato-lato yang dimainkan oleh orang-orang di dekat rumahnya.

Baca Juga: Sidang Replik Bharada E dan Putri Candrawati Digelar Hari Ini, Simak Fakta Pledoi Mereka Berikut Ini

Tak hanya mengganggu kenyamanan orang-orang, ternyata permainan lato lato juga memberikan dampak yang berbahaya bagi orang yang memainkannya. Melansir keterangan Bunga Semesta (idntimes.com, 13/1/2023) kasus mengenai permainan lato-lato yang membahayakan ini pernah terjadi kepada anak laki-laki di Kubu Raya, Kalimantan Barat pada Selasa (27/12/2022). Anak laki-laki berinisial AN terluka pada bagian mata akibat terkena serpihan pecahan bola lato lato.

Akibat kejadian tersebut, AN dirujuk ke RSUD SoedarsoPontianak. Saat diperiksa, AN tidak bisa membuka mata sebelah kanan. Ia mendapatkan penanganan medis berupa operasi mata. Kondisi AN berangsur membaik, walaupun penglihatan sebelah kanannya masih terganggu (Bunga Semesta, idntimes.com, 13/1/2023).

Selain dapat menimbulkan dampak buruk dari segi fisik, permainan lato latojuga bisa menimbulkan dampak buruk dari segi psikis atau kejiwaan.

Menurut pandangan saya, anak yang terlalu berlebihan bermain lato-lato akan mengalami kecanduan sehingga ia merasa malas untuk melakukan beragam aktivitas, misalnya malas belajar, malas ketika disuruh membantu pekerjaan rumah oleh orangtuanya, dan yang paling parah adalah ketika anak tersebut malas disuruh melakukan ibadah shalat lima waktu.

Halaman:

Editor: Dudung Ridwan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Buka Bersama Pejabat Pemerintah, Mengapa Dilarang?

Kamis, 30 Maret 2023 | 15:35 WIB

Mengganti Nama Geografi Kecongkakan Kehendak Pusat

Kamis, 30 Maret 2023 | 13:43 WIB

Selama Ramadhan, Jangan Lupa IBIS

Selasa, 28 Maret 2023 | 14:00 WIB

Wijkmeester Pecinan Suniaraja dan Citepus

Minggu, 26 Maret 2023 | 11:30 WIB

Respek dalam Berkomunikasi

Jumat, 24 Maret 2023 | 11:11 WIB

Ciledug Mengabadikan Sejarah Pembuatan Jalan Raya

Jumat, 24 Maret 2023 | 05:57 WIB

Menebar Dharma Agama dan Negara

Rabu, 22 Maret 2023 | 13:43 WIB

Pemborong Bangunan Tan Haij Long

Rabu, 22 Maret 2023 | 11:20 WIB

Rumitnya Nama Anak-Anak Zaman Sekarang

Selasa, 21 Maret 2023 | 12:40 WIB

Bahagia Menyambut Bulan Ramadhan

Selasa, 21 Maret 2023 | 12:00 WIB

Media Sosial dan Identitas Diri

Senin, 20 Maret 2023 | 09:24 WIB
X