Oleh Sjarifuddin Hamid
HAMPIR setahun usia ekspansi Rusia ke Ukraina, 24 Februari 2022, namun tidak terdapat tanda perang akan berakhir. Malah mungkin menghebat bila musim dingin berlalu dan tank-tank pemberian NATO mulai beroperasi pada musim semi.
Dampaknya akan meluas ke seluruh dunia sebab perang akan mempengaruhi harga pangan, minyak bumi dan gas, menaikkan inflasi, dan seterusnya.
Siapakah yang akan muncul sebagai pemenang yang sesungguhnya? Tak lain Amerika Serikat. Industri militernya melaju. Perekonomian dalam negeri tak terganggu dampak dari mengalirnya pengungsi Ukraina. Permintaan atas Migas-nya meningkat. Produk Domestik Bruto-nya naik menjadi 2,9% pada kuartal keempat 2022.
Kalaupun produk manufaktur stagnan. Ekspor menurun. Maka hal tersebut lebih disebabkan kegagalannya menundukkan China dan dampak wabah Covid-19. Wajar bila ada yang memandang keikutsertaan AS dalam perang Ukraina merupakan cara meningkatkan perekonomian dalam negeri dan menjauhkan negara-negara dari Eropa, terutama Jerman, dari Rusia.
Baca Juga: Kaesang Pangarep Mendadak Viral Pake Lagi, Sejak Tertarik Berpolitik Pamornya Makin Berkibar
Belum Tunduk
Amerika Serikat, sekutu-sekutunya, negara-negara yang berstatus netral seperti Swiss dan Singapura, bank sentral, perusahaan-perusahaan multinasional serta lembaga-lembaga internasional beramai-ramai menerapkan berbagai sanksi terhadap Rusia. Membekukan aset yang dimiliki pemerintah, konglomerat, pejabat pemerintah dan perusahaan Rusia. Kemudian menutup bisnisnya di Rusia.
Belakangan Amerika Serikat mendesak Turki supaya tidak memberi suku cadang, menyediakan avtur dan berbagai jenis layanan lainnya bagi pesawat-pesawat Rusia buatan AS yang mendarat di Turki.
Serangkaian sanksi itu memukul Rusia tetapi belum membuatnya bertekuk lutut dan menarik pasukan dari Ukraina. Malah Kepala Staf Gabungan AS Mark A. Milley menegaskan sulit ‘ejecting’ Rusia dari Ukraina pada tahun ini.
Dewasa ini Turki yang menjadi mediator dengan berhasil melaksanakan penukaran tawanan. Kemudian mengizinkan gandum Ukraina diekspor melalui Laut Hitam. Dipercaya kontak-kontak rahasia antara para petinggi Rusia, Ukraina dan Turki masih terus berlanjut, tetapi penentu tidak di tangan ketiga sebab AS punya maksud sendiri. Menundukkan Rusia, membuat China sendirian.
Kelanjutan peran Turki itu dipertaruhkan dalam Pemilu yang berlangsung pada Mei-Juni mendatang. Presiden Tayyip Erdogan yang sudah berkuasa selama 20 tahun didukung militer dan kalangan agamawan, namun prospek kelanjutannya terganggu oleh perekonomian yang menurun dan kegigihan para oposan.
Baca Juga: Inilah 9 Tempat Makan Favorit di Bandung, Harga Murah Rasa Gak Kaleng-Kaleng
Tekanan Berlanjut
Artikel Terkait
Seteru dengan Rusia, Ukraina Minta FIFA Tendang Iran dari Piala Dunia 2022, Ikut-ikutan Standar Ganda?
Gawat! Presiden Rusia Vladimir Putin Didemo Agar Lakukan Serangan Nuklir ke Amerika
Update Korban Serangan Rudal di Polandia, Diduga Milik Rusia
Ramalan Viral Rusia 2023 : Jerman vs Prancis Perang, Elon Musk Presiden, Eropa Bubar