Hal lain yang menyebabkan wilayah di Priangan ditutup bagi kalangan asing adalah demi alasan keamanan. Misalnya seperti yang ditunjukkan oleh De Haan (Vol. IV, 1912: 876), pada tahun 1806, terjadi pemberontakan yang menewaskan semua orang Tionghoa dan seorang inspektur Eropa yang berpapasan dengan pasukan pemberontak di dataran tinggi Cirebon.
Aturan surat jalan saat memasuki itu dicabut oleh Residen Priangan C.P.C. Sleinmetz pada tahun 1852, sehingga sejak 1853 orang-orang Eropa diizinkan untuk menetap di Keresidenan Priangan, sepanjang tidak menganggu aturan Sistem Priangan. Sementara bagi orang Tionghoa dan bangsa Asia lainnya, daerah Priangan tetap merupakan daerah tertutup hingga sepuluh tahun kemudian (Breman, 2015).

Jumlah Orang Tionghoa antara 1836-1950
Dengan adanya aturan yang melarang orang asing memasuki Priangan, jelas mempengaruhi jumlah populasi orang Tionghoa di Bandung. Dalam “Bevolking Jaar 1836” (Arsip Priangan, Bundel 29a/22. ANRI, dalam Hardjasaputra, 2002) diketahui bahwa penduduk Kabupaten Bandung terdiri atas 182.120 bumiputra (Sunda dan Jawa), 18 Eropa, 35 Tionghoa, 30 Melayu dan golongan lain, dan 2 orang budak.
Baca Juga: 35 Twibbon Imlek 2023 Gratis Pasang Fotomu di Bingkai Twibbon Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili
Sembilan tahun kemudian, menurut hasil penyelidikan statistika yang dilakukan oleh dokter, ahli iktiologi dan herpetologi Pieter Bleeker (1819-1878) dapat diketahui bahwa Kabupaten Bandung terdiri atas 17 distrik. Dari jumlah itu Distrik Bandung atau Nagara terdiri atas 2.780 rumah tangga (umpi), dengan jumlah orang Eropa sebanyak 9 orang, Tionghoa 13 orang, Arab 30 orang, dan bumiputra 11.136 orang. Totalnya 11.188 orang (Bleeker, 1847).
Selanjutnya berdasarkan “Statistiek van het Regentschap Bandong 1864” (Arsip ANRI dan Ministerie van Kolonien na 1850. Exh. 20/10/1868, No.4. Arsip. ARA dalam Hardjasaputra, 2002), penduduk Tionghoa di Bandung jumlahnya bertambah jadi 60 orang di Kota Bandung dan di Afdeeling Bandung Utara sebanyak 152 orang.
Sementara pada tahun 1867, sebagaimana yang dicatat dari penyelidikan Bleeker (1869), di Kabupaten Bandung yang terbagi dua afdeeling (Noord Bandong dan Zuid Bandong) dan memiliki 510 desa ada 56.710 umpi, 232 orang Eropa, 283.586 orang bumiputra, 176 orang Tionghoa, 104 orang Arab, dan totalnya sebanyak 283.995 orang.
Hardjasaputra (2002) kemudian memanfaatkan keterangan yang ditimbanya dari Koloniaal Verslag edisi tahun 1877-1878 dan 1881 untuk mengetahui proses keluar-masuk orang Tionghoa dan Arab ke Priangan. Khusus mengenai orang Tionghoa, pada 1875 ada 234 orang yang masuk ke Priangan dan yang keluar Priangan sebanyak 90 orang. Setahun kemudian, pada 1876, ada 144 orang yang masuk dan 134 orang yang keluar. Sedangkan pada 1879 ada 265 orang Tionghoa yang masuk dan 211 yang keluar dari Priangan.
Baca Juga: Gebang, Cigebang, Bantargebang, Penanda bahwa Pohon Gebang Pernah Tumbuh di Jawa Barat
Saya mendapatkan lagi keterangan seputar jumlah orang Tionghoa dari tulisan “Grapische voorstelling der bevolkings sterkte over de jaren 1889 tot 1897 ter hoofdplaats Bandoeng” karya A. Keller, yang dimuat ulang dalam tulisan “De bevolkings sterkte van Bandoeng” (De Preanger-bode, 24 Maret 1898). Di situ tertulis jumlah orang Tionghoa di Bandung tahun 1889 sebanyak 974 orang.
Selanjutnya berturut-turut 1890 sebanyak 923 orang, 1891 (1.140 orang), 1892 (1.150 orang), 1893 (1.182 orang), 1894 (1.453 orang), 1895 (1.756 orang), dan 1896 (1.958 orang).
Seiring waktu, jumlah orang Tionghoa di Bandung terus bertambah. Ini misalnya terlihat dari keterangan empat dasawarsa setelah 1896, yaitu pada Agustus 1938. Menurut berita “Bandoeng’s bevolking” (dalam Soerabaijasch Handelsblad, 22 September 1938), jumlah penduduk Bandung hingga Agustus 1938 sebanyak 202.043 jiwa, yang terdiri atas 24.179 Eropa, 23.347 Tionghoa, dan 154.517 bumiputra.
Satu lagi, dari Java-bode edisi 19 Maret 1951, saya mendapatkan data penduduk Bandung tahun 1950. Di dalam tulisan “Bevolking van Bandung” disebutkan bahwa tahun 1950 jumlah penduduk Bandung sudah mencapai 644.475 orang, dengan pembagian 558.117 bangsa Indonesia, 60.831 bangsa Tionghoa, dan 25.527 bangsa Eropa.
Artikel Terkait
Menilik Masjid Gaya Arsitektur Tionghoa di Jalan ABC Kota Bandung
Kunci Sukses Orang Tionghoa Kekayaannya Sampai 7 Turunan, Nyatanya Ini Rahasia dan Prinsip Hidup Mereka
Mengenal Tradisi Imlek, Tahun Kelinci Air Banjir Kemakmuran, Apa Saja yang Dilakukan Masyarakat Tionghoa?