Oleh T Bachtiar*
ADA TEMPAT pembuangan sampah di Kota Bekasi yang terkenal di media massa tahun 2022. Itulah Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, yang berada di Kelurahan Ciketing Udik dan Kelurahan Bantargebang, Kecamatan Bantargebang, Kota Bekasi, Jawa Barat. Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI Jakarta, pada Juni 2022, setiap harinya tidak kurang dari 7.800 ton sampah dari DKI Jakarta masuk ke TPST Bantargebang.
Bantargebang, nama geografi yang menjadi nama TPST, merupakan nama kelurahan dan nama kecamatan, kawasan yang berdekatan dengan Laut Jawa. Dari batas desa ke pantai, terdekat 24 km dan terjauh 30 km. Sedangkan dari kantor kelurahan ke pantai, jaraknya 26,5 km. Dari aliran Ci Leungsi, ke kantor kelurahan, jaraknya 650 m.
Di Kabupaten Bekasi pun terdapat nama geografi Kampung Cigebang yang berada di Desa Cibening, Kecamatan Setu. Bukan hanya di Kabupaten dan Kota Bekasi, tapi di Kabupaten Cirebon pun terdapat nama geografi Desa Gebang di Kecamatan Babakan, dan Kecamatan Gebang. Masih di Cirebon, terdapat nama geografi Desa Gebangudik, Gebangilir, Gebangmekar, dan Gebang Kulon.
Di Desa Karangwangi, Kecamatan Cidaun, Kabupaten Cianjur, terdapat nama geografi pantai Cigebang. Sedagkan di Kabupaten Sukabumi terdapat nama geografi Pasir Cigebang dan Kampung Cigebang.
Baca Juga: 35 Twibbon Imlek 2023 Gratis Pasang Fotomu di Bingkai Twibbon Tahun Baru Imlek 2574 Kongzili
Di Pulau Jawa pada masa lalu, terdapat banyak pohon gebang (Corypha utan Lamk.), sejenis palma yang tingginya antara 15-20 m. Berbatang tunggal dengan ukuran cukup besar. Terdapat terutama di daerah bersuhu panas. Pohon ini tumbuh dengan baik di padang rumput yang terbuka, di sekitar aliran sungai, di tepi rawa, dan di perberbukitan.
Tumbuh mulai dari pantai hingga perbukitan pada ketinggian 300 m dpl. Populasi gebang sangat melimpah di pedataran dan di daerah genangan banjir. Di daerah ini anakan gebang tumbuh dengan subur di pinggiran aliran sungai yang tidak jauh dari pantai, tumbuh bergerombol cukup luas.
Untuk melihat pemanfaatan gebang pada masa lalu di Jawa Barat, dapat membandingkannya dengan pemanfaatan gebang oleh masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini. Di sana gebang dimanfaatkan secara turun-temurun sebagai sumber karbohidrat, sayur, bahan bangunan, bahan tali-temali, kerajinan anyaman, nira, dan lain-lain.
Menurut K Heyne (1927), gebang dapat dimanfaatkan mulai dari akar, daun, umbut, pelepah daun, batang, gumbar, buah, nira, dan getahnya.
Dalam beberapa laporan menyebutkan, bahwa daunnya berbentuk kipas besar dengan diameter 2 m - 3,5 m. Daun mudanya dimanfaatkan sebagai bahan anyaman untuk membuat tikar, topi, kantung, karung, tali, jala, dan pada masa lalu dijadikan pakaian tradisional.
Serat dari tangkai daunnya dapat dipintal menjadi tali yang bisa dikembangkan lagi menjadi topi. Umbutnya enak dimakan. Sagunya diambil dari gumbar batangnya. Setiap batang gebang menghasilkan sagu sebanyak 90 kg. Namun, sagu gebang umumnya hanya dimanfaatkan untuk makanan hewan, kecuali pada masa paceklik.
Batang bagian luarnya cukup keras, sehingga dapat digunakan sebagai bahan bangunan. Potongan batangnya yang utuh, setelah dibuang gumbarnya dapat digunakan menjadi selinder untuk bedug.
Disebutkan juga, bahwa beberapa bagian dari pohon gebang memiliki khasiat obat. Seperti sagu gebang dapat mengobati penyakit usus. Air dari pelepahnya digunakan sebagai anti racun. Getah kemerahan dari pucuknya digunakan untuk mengobati luka, batuk, dan disentri. Akarnya digunakan untuk mengobati sakit mencret.
Baca Juga: Nonton Noktah Merah Perkawinan Bareng Suami atau Pacar, Klik Link Ini, Dijamin Nyesek Banget!
Artikel Terkait
PLTSa Bantargebang Gunakan 65% Komponen dalam Negeri
TPST Bantargebang Diprediksi Overload pada 2021
TPST Bantargebang Masuk Instagram Leonardo DiCaprio
IPAL Air Sampah Senilai Rp140 Miliar Siap Dibangun di Bantargebang