Kilas Balik Kondisi Masyarakat Ketika Awal Pandemi Menyerang Indonesia

- Jumat, 22 Mei 2020 | 13:20 WIB
Ilustrasi. (Pixabay/Markus Distelrath)
Ilustrasi. (Pixabay/Markus Distelrath)

AYOBANDUNG.COM -- Coronavirus Disease (Covid-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Novel Corona Virus (2019-nCoV) yang baru ditemukan. Virus ini menyebar terutama melalui droplets atau cairan yang dikeluarkan dari hidung maupun mulut ketika orang yang terinfeksi batuk atau bersin.

Sebagian besar orang yang terinfeksi virus Covid-19 akan menunjukkan gejala, yaitu  mengalami penyakit pernapasan ringan hingga sedang dan sembuh tanpa memerlukan perawatan khusus. Orang dengan umur lanjut dan mereka yang memiliki masalah kesehatan seperti penyakit kardiovaskular, diabetes, penyakit pernapasan kronis, dan kanker memiliki peluang lebih besar terjangkit penyakit yang lebih serius. (WHO, 2020)

Akibat penyebarannya yang berlanjut tidak terkendali, menyebabkan kematian, dan menyebar hampir ke seluruh dunia, WHO pun menyatakan Covid-19 sebagai pandemi atau wabah.

WHO meminta pemerintah seluruh negara meningkatkan usaha dalam mendeteksi, melacak, mengetes, merawat, dan mengisolasi kasus-kasus terkait Covid-19. Hal ini dilakukan demi menekan angka penyebaran serta mengurangi jumlah kematian terkait Covid-19. (CNN Indonesia, 2020)

Mengetahui adanya wabah ini, masyarakat pun turut panik. Padahal seharusnya kepanikan adalah hal yang harus dihindari dalam menghadapi pandemi ini. Bahkan presiden Joko Widodo pun menyebut musuh terbesar masyarakat Indonesia saat ini bukan corona, melainkan kepanikan.

“Sebetulnya musuh terbesar kita saat ini adalah bukan virus itu sendiri, tapi rasa cemas, rasa panik, rasa ketakutan, dan berita-berita hoax serta rumor," ujar Jokowi. (CNN Indonesia, 2020)

Salah satu kepanikan yang  ditunjukkan kala itu adalah panic buying yang dilakukan oleh masyarakat sehingga menyebabkan kelangkaan terutama barang-barang kesehatan seperti masker dan hand sanitizer. Bahkan, peralatan medis yang seharusnya hanya digunakan oleh petugas kesehatan pun ikut langka seperti alcohol swab dan latex glove. Barang-barang ini sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan bagi orang sehat.

Panic buying ini dilatarbelakangi oleh beberapa hal, di antaranya adalah karena ketika terjadi wabah maupun bencana, masyarakat merasa perlu untuk mempertahankan kehidupannya. Hal inilah yang mendorong mereka untuk menimbun barang-barang keperluan dengan harapan agar keberlangsungan hidupnya dapat terjaga.

Selain itu, ketika sebagian dari mereka membeli barang secara berlebih maka secara naluriah semua orang akan mengikuti tindakan tersebut. Dalam situasi seperti ini, seharusnya masyarakat dapat menyikapinya dengan lebih tenang. Karena kepanikan hanya akan memperburuk suasana.

Maka dari itu, masyarakat diimbau tetap tenang dalam menghadapi situasi saat ini. Menghindari panic buying juga merupakan salah satunya. Masyarakat sebaiknya membeli barang keperluan sesuai dengan kebutuhan dalam jangka waktu tertentu.

Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya kelangkaan yang sangat merugikan bagi orang yang membutuhkan. Seperti orang sakit yang seharusnya lebih membutuhkan menjadi kesulitan mendapatkan masker. Serta sangat miris melihat petugas kesehatan yang mulai sulit untuk mendapatkan peralatan yang dibutuhkan karena kelangkaan yang terjadi.

Padahal mereka merupakan orang yang paling membutuhkan karena berhadapan langsung dengan pasien-pasien yang terinfeksi.

Berita bohong atau hoaks mengenai wabah ini juga banyak ditemukan. Ini juga merupakan salah satu penyebab kepanikan yang terjadi. Masyarakat sebaiknya tidak mudah percaya dengan berita yang beredar di media sosial yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Akan lebih baik jika masyarakat dapat mencari tahu terlebih dahulu pada sumber yang kredibel sehingga meminimalisir hoaks yang tersebar.

Dalam menghadapi Covid-19 ini, pemerintah sudah mengeluarkan imbauan mengenai physical distancing yaitu menjaga jara fisik. Mengapa? Karena dengan physical distancing dapat mengurangi angka penyebaran Covid-19.

Halaman:

Editor: Redaksi AyoBandung.Com

Tags

Terkini

Relasi Sipil-Militer dan Demokratisasi di Indonesia

Rabu, 27 September 2023 | 11:56 WIB

Etika Berbahasa di Media Sosial

Selasa, 26 September 2023 | 12:01 WIB

Siapakah (Calon) Presiden yang Terbaik?

Minggu, 24 September 2023 | 18:21 WIB

Proyek KCJB (Kereta Cepat Jakarta Bandung), untuk Siapa?

Jumat, 22 September 2023 | 17:47 WIB

Industriawan Militer Menjadi Penghambat Perdamaian!

Kamis, 21 September 2023 | 12:05 WIB

Generasi Z dan Pelaksanaan Profil Pelajar Pancasila

Minggu, 10 September 2023 | 17:49 WIB

Mengintip Bioskop Zaman Baheula di Bandung

Minggu, 10 September 2023 | 15:32 WIB

Mau Sampai Kapan Kita Bergantung pada TPA Sarimukti?

Kamis, 7 September 2023 | 16:16 WIB

Pemimpin Baru Menghadapi Situasi yang Tidak Nyaman

Rabu, 6 September 2023 | 11:27 WIB
X