Oleh ATEP KURNIA*
BILA kita buka-buka buku-buku sejarah TNI, terutama Kodam III Siliwangi dan Kodam V Jaya, kita akan kerap menemukan nama Sambas Atmadinata disebut-sebut. Buku-buku itu antara lain Siliwangi, dari Masa ke Masa (1968), Pengabdian Kodam V/Jaya dalam Tiga Dasa Warsa (1979), Album Kenangan Perjuangan Siliwangi (1991), dan 50 Tahun ABRI (1995).
Betapa tidak, Sambas Atmadinata sempat terlibat dalam penumpasan pemberontakan komunis di Madiun pada tahun 1948, menjadi salah seorang komandan batalyon yang memimpin long march ke Jawa Barat dan diangkat menjadi panglima Kodam Jaya. Masih sebagai anggota militer aktif, Sambas diangkat menjadi menteri urusan veteran beberapa kali, dan terakhir ditugaskan menjadi duta besar.
Namun, siapa nyana, Sambas Atmadinata dilahirkan di Cicalengka. Mengenai hal ini, saya menemukan keterangannya dari tulisan “Sedjarah Hidup Menteri-menteri Kabinet Kerdja” (Merdeka, 15 Juli 1959). Di antara menteri yang diangkat tersebut adalah Kolonel Sambas Atmadinata. Sesuai judulnya, di situ dituliskan biodata singkat Sambas.
“5. Kolonel Sambas (Menteri Muda Veteran): Dilahirkan tahun 1925 di Tjitjalengka, Bandung. Tahun 1941 anggauta Vrijwilligers Corps,” demikian data awal mengenai Sambas Atmadinata.
Baca Juga: Kemnaker Buka Suara Soal BSU 2023, Berikut Syarat Kriteria Penerima Cair Rp600 Ribu
Selanjutnya dikatakan, pada masa pendudukan bala tentara Jepang (1942-1945), Sambas mendaftarkan diri sebagai Heiho. Kemudian ia masuk PETA dengan pangkat Sodancho dan naik pangkat menjadi Chudancho. Waktu terjadi pecah perang Revolusi Kemerdekaan Indonesia, Sambas menjadi anggota BKR dengan pangkat mayor, TKR dengan pangkat mayor, dan TRI dengan pangkat mayor.
Salah satu peristiwa yang melibatkan Sambas Atmadinata menjelang proklamasi Indonesia, dicatat oleh Mahbub Djunaidi (Humor Jurnalistik, 2018). Peristiwanya terjadi pada 16 Agustus 1945 saat Shodanco Sambas Atmadinata bersama Shodanco Singgih diperintahkan oleh Daidanco Kasman Singodimedjo pergi ke Bandung.
Kata Mahbub, “Beberapa gulungan awan yang belum tersingkap antara lain, apa sebabnya Komandan Daidanco Kasman Singodimedjo, SH, memerintahkan Shodanco Singgih dan Shodanco Sambas Atmadinata pergi ke Bandung pada 16 Agustus 1945 sore sekembalinya dari Rengasdengklok, sehingga mereka berdua tidak berada di Jakarta tatkala proklamasi dibacakan?”

Panglima Kodam Jaya
Sambas Atmadinata diangkat menjadi komandan pertama Batalyon Infanteri 301/Kiansantang. Batalyon ini dibentuk pada 21 Februari 1948 dan mula-mula bernama Batalyon III/Prabu Kiansantang, yang terdiri atas bekas anggota Resimen 5, 6, dan 7 Brigade III Prabu Kiansantang. Batalyon ini dilantik dan diresmikan di Ngawi, Jawa Timur, saat menumpas pemberontakan komunis di Madiun.
Dalam penumpasan itu, pasukan Siliwangi merupakan kelompok pertama. Kelompok ini berada di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sadikin dengan kekuatan delapan batalyon, yaitu Batalyon Achmad Wiranatakoesoemah, Batalyon Lukas Koestarjo, Batalyon Daeng, Batalyon Nasuhi, Batalyon Koesno Oetomo, Batalyon Sambas (kemudian diganti Batalyon Darsono), Batalyon Kosasih, dan Batalyon Kemal Idris. Di bawah pimpinan Mayor Sambas Atmadinata pada 4 Oktober 1948, Plaosan yang semula dikuasai komunis bisa diambil alih.
Sambas memimpin Batalyon Infanteri 301/Kiansantang ini antara 21 Februari hingga 30 November 1948. Kemudian sejak Desember 1948, ia memimpin batalyon tersebut untuk long march ke Jawa Barat dalam rangka wingate Divisi Siliwangi. Memasuki 1949, Sambas naik pangkat menjadi letnan kolonel.
Setelah pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, Sambas menjadi komandan Brigade D yang terbentuk pada 20 Mei 1950 dari Komando Daerah IV (KMD IV) dan seterusnya berubah menjadi Korem 061/Surya Kencana. Sambas adalah komandan kedua Brigade D yaitu antara 1950-1953, menggantikan komandan pertama Letkol R.A. Kosasih (1949-1950).
Sebagai komandan Brigade D, Sambas antara lain sempat menyiarkan pengumuman pada 2 Agustus 1950. Sebagaimana yang saya temukan dalam Java-bode edisi 4 Agustus 1950, pengumuman itu diberi keterangan No. 1-VIII-’50 yang dikeluarkan Tentara Nasional Indonesia, Brigade D, Divisi IV Siliwangi. Isinya terkait penolakan terhadap eksistensi Batalyon Krakatau Brigade D-15/Siliwangi.
Artikel Terkait
Sesar Lembang, Sesar Cileunyi-Tanjung Sari dan Cicalengka Mengintai Bandung Raya, 3 Bulan Lalu Timbulkan Gempa
Waspada Sesar Lembang, Sesar Cicalengka, dan Sesar Lainnya di Bandung, Masyarakat Harus Lakukan Ini!
Kronik Zaman Gerombolan di Kewedanaan Cicalengka Tahun 1950-1958
Viral, Foto Tentara Amerika Jajan Baso Tahu di Cicalengka, Ini Faktanya