Raja Surakarta dan Istri menyaksikan pemandangan serta deretan pegunungan di sekeliling Kota Bandung yang indah di taman atas Hotel Isola.
Villa Isola yang merupakan kediaman D. W. Berretty tak bisa dipungkiri merupakan sebuah maha karya yang sangat monumental pada saat itu. Dibangun pada tahun 1933, Villa Isola telah melewati batas zaman dari sisi arsitektur dan keindahan taman di sekelilingnya.
Maka tak heran banyak orang ingin berkunjung dan menikmati keindahan bangunan Isola Yang ikonik serta taman parterre nya yang sangat luas. Bahkan boleh disebut pada saat Berretty masih hidup, villa beliau telah dijadikan seperti semacam lokasi piknik oleh masyarakat, terutama kelompok masyarakat Eropa dari golongan atas di Hindia Belanda.
Dikutip dari buku “YANG BERTAHAN BERSAMA WAKTU – Het Gebouw Die Meegaan Met De Tijd” karya R. Kurnia” disana dituliskan bahwa “pada tanggal 20 Oktober 1933, grup wisatawan dari Kon Instituut van Ingenieurs atau Institut Insinyur Keratuan Belanda pernah mengadakan acara tamasya di Villa Isola”.
Baca Juga: Mengenal Sosok 'The Killer' di Balik Toko Akiat, Juara Dunia Layangan dari Kota Bandung
Selain kalangan atas Eropa di Hindia Belanda, Villa Isola pun sering dikunjungi oleh pembesar lokal terutama ketika status villa telah diakuisisi oleh P. J. A van Es dan berubah nama menjadi Hotel Isola. Pembesar lokal yang datang mengunjungi Isola salah satunya adalah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara VII dan istrinya Permaisuri GRA. Mursudarijah atau GKR Timur dari Surakarta.
Menurut situs puromangkunegaran.com, Mangkunegara VII adalah seorang raja dari keraton Surakarta yang berpandangan modern. Beliau berhasil meningkatkan kesejahteraan rakyat di wilayahnya melalui usaha perkebunan (onderneming), terutama komoditas gula. Mangkunegoro VII adalah salah satu tokoh organisasi pergerakan nasional Boedi Oetomo.
Pada tanggal 1 April 1933, Mangkunegara VII memprakarsai berdirinya radio pribumi pertama yaitu Solosche Radio Vereniging (SRV) sebagai bentuk perlawanan terhadap Belanda. Stasiun radio ini memancarkan program-program dalam bahasa Jawa. SRV memiliki jangkauan luas hingga ke Belanda. SRV menjadi bibit berdirinya Radio Republik Indonesia (RRI).
Baca Juga: Cinambo Semula Berupa Dasar Sungai
Selain itu, Mangkunegara VII juga seorang perwira KNIL berpangkat kolonel. Dengan jabatan tersebut beliau merangkap sebagai komandan Legiun Mangkunegaran. Sedangkan istrinya Gusti Raden Ajeng (GRA) Mursudarijah,adalah seorang putri dari Keraton Yogyakarta, yang menyandang gelar Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Timur. Mereka menikah pada tanggal 6 September 1920 yang dirayakan dengan meriah, dan menjadi simbol perekat antara dua kerajaan, Surakarta dan Yogjakarta.
Kedatangan Mangkunegara VII serta istrinya GKR Timur terjadi di sela sela kunjungannya di Bandung pada tanggal 16 Mei 1935. Kedatangan mereka didokumentasikan dengan apik oleh majalah bulanan Bandoeng Vooruit (Dinas Pariwisata Bandung) MOOI BANDOENG edisi Juni 1935. Diceritakan bahwa pada hari Sabtu pagi, tanggal 16 Mei 1935 Mangkunegara VII dan istrinya GKR Timur tiba di Stasiun Bandung dengan rombongan kecil dari Surakarta menggunakan Eendagchen Express. Mereka akan menginap di Hotel Homman dan akan menghabiskan beberapa hari waktunya di Bandung.
Para tamu disambut dengan hangat oleh manajer hotel Homann, Tuan J. J Vleugels lalu menerima kalungkan bunga dari asosiasi Bandoeng Vooruit. Setelah prosesi penyambutan pagi itu di Hotel Homman, sekitar jam 08.15 pagi para tamu kemudian bergerak mengunjungi kawah Gunung Tangkuban parahu dengan menggunakan lima mobil diantar oleh Mr. Hoogland, ketua Bandoeng Vooruit , Bupati Bandung dan Istri juga Mr. Pöttger, sekretaris asosiasi Bandoeng Vooruit.
Dari Hotel Homman rombongan bergerak melewati jalan Braga, Merdeka Lio lalu di Nijlandweg atau Cipaganti saat ini mobil rombongan bergerak lambat guna memberikan kesempatan pada Mangkunegara VII untuk melihat masigit karya arsitek ternama C. P. Wolff Schoemaker yang indah dari dalam mobil. Setelah satu jam perjalanan, rombongan tiba di sebuah saung yang didekorasi dengan sangat meriah dibuat khusus sebagai tempat tamu rombongan beristirahat dan berlindung dari terik matahari tepat di dekat bibir kawah Tangkuban parahu, Mangkunegara VII serta istri terlihat sangat menikmati pemandangan indah dan kawah yang sangat mempesona.

Artikel Terkait
Cara Asyik dan Unik Melatih Operasi Hitung pada Siswa
Muslim Akademis Apolitis, Sebuah Simbol Penghambat Kemajuan Peradaban Islam
Eropa Cari Formula Damai Baru karena Lelah dengan Perang di Ukraina
Menyoal Copyrights, Tidak Asal Menerbitkan Karya Terjemahan
Tinjauan Buku: Masyarakat dan Burung di DAS Ci Tarum
Batas Ibu Kota, Reorganisasi, dan Keadaan Cicalengka antara 1891-1910
6 Pemenang Tulisan Terpopuler Netizen Ayobandung.com Agustus 2022: Total Hadiah Rp1,5 Juta!
Wacana Sorgum sebagai Alternatif Pengganti Gandum
Galang Rambu Anarki, BBM, dan Regsosek
Cinambo Semula Berupa Dasar Sungai