Kawasan Citayam seperti yang terdapat pada peta Lembar Tjipajoeng–Cipayung (diperbaiki tahun 1899-1900), umumnya masih berupa lahan persawahan, dan di sana terdapat situ, ranca, danau alami, dan rawa.
Ada dua situ di kawasan Citayam yang luas keseluruhannya mencapai 1.600 m persegi. Masih ada beberapa situ di sekeliling kawasan ini. Kedua situ itu adalah Situ Citayam (1), lokasinya di sebelah barat stasiun Citayam. Situnya masih ada sampai sekarang, walau pun panjang situnya sudah berkurang 100 m.
Kedua Situ Citayam (2), lokasinya di sebelah timur stasiun Citayam. Batas utara situ di sekitar Jl Utan Jaya, di sana lebar situnya 140 m. Untuk mendapatkan gambaran, di tengah-tengah situ sepanjang 850 m yang membujur utara-selatan itu saat ini sudah padat oleh permukiman. Sebagai penanda, di sana ada Gang Balong 1 dan Gang Balong 2.
Dengan mengetahui keadaan karakter bumi Citayam pada masa lalu, memberikan pemahaman, pantas saja kawasan ini dinamai Citayeum pada masa lalu, yang kemudian berubah menjadi Citayam seperti yang ditulis pada peta yang terbit pada abad ke-19.
Keadaan ini dapat memberikan gambaran karakter bumi kawasan Citayam saat itu, yang berupa persawahan dan situ. Di selatan-tenggara Citayam, terdapat nama geografi Bojonggedé, yang semakin menguatkan, bahwa kawasan ini semula berupa kawasan berair yang luas, dan terdapat bojong atau tanjung yang luas. Secara alamiah, di kawasan itu terdapat tanah darat berupa tanjung, tanah ujung yang luas, yang menganjur ke kawasan berair yang luas pula.
Sangat mungkin, Citayam inilah yang dilalui oleh tohaan pengelana dari Kerajaan Sunda pada awal abad ke-16. Karena kangen kepada ibunda, Bujangga Manik yang sudah bertahun-tahun berjalan ke timur untuk menziarahi tempat-tempat yang sakral, ia pulang dengan menaiki perahu dari Pemalang sampai di pelabuhan Kalapa.
Baca Juga: Kekeliruan Penulisan Nama Geografi yang Diwariskan
Setelah melewati pabean, ia terus berjalan ke selatan melewati beberapa tempat, kemudian menyebrangi Ci Haliwung, sampailah di Pakeun Tumbuy, terus berjalan melewati Pakeun Tayeum, terus berjalan menuju ke Pakancilan.
Perjalanan Bujangga Manik menyusuri Pulau Jawa itu terdapat dalam buku Tiga Pesona Sunda Kuna, hasil penelitian J Noorduyn dan A Teeuw (2009).
Artikel Terkait
Peresmian Jalur Kereta Api Cicalengka-Garut pada 14 Agustus 1889
Nama Kampung yang Keliru Ditulis: Kampung Sentakdulang, Tembongkanjut, dan Kampung Sampireun
Berpotensi Menimbulkan Ketegangan, Mungkinkah Pelosi Melawat ke Taiwan?
Curug Pelangi, Seindah Namanya
Berawal dari Jalan Kaki hingga Berjumpa dengan Rujak Cihanjuang
Kekeliruan Penulisan Nama Geografi yang Diwariskan
Fenomena Sosial Citayam Fashion Week: Dari Harajuku, Gangnam, hingga La Sape
Societeit Soekasari di Cicalengka antara Tahun 1891 hingga 1941
Kenali Banyaknya Ragam Jenis Lalapan Sunda agar Tidak Monoton
Bangkitkan Bisnis Pascapandemi, Inilah yang Harus Dilakukan para Pelaku UMKM