Citayam Fashion week, sebuah ajang yang disebut-sebut sebagai Fashion Street asli Indonesia, yang digagas oleh sekumpulan anak tongkrongan di kawasan Sudirman Central Business District (SCBD) di Dukuh Atas, Jakarta.
Kiprah anak-anak muda yang membuat sebuah ajang lenggak-lenggok dunia mode dengan busana unik seadanya di tempat yang tidak biasa kini tengah viral karena kekuatan media sosial.
Citayam Fashion Week, menjadi unik karena dunia fashion yang sejatinya dimonopoli oleh mereka yang berduit, seakan dimentahkan dalam ajang tersebut.
Ale, salah satu penggagas ajang ini, dalam sebuah wawancara bersama Deddy Corbuzier di kanal Youtube miliknya, mengatakan justru anak-anak yang wara-wiri menjadikan zebra cross sebagai catwalk tersebut berasal dari kelompok masyarakat kelas bawah.
Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil dalam Instagram pribadinya, 25 Juli 2022, menyebutkan bahwa Citayam Fashion Week adalah gerakan organik akar rumput yang tumbuh kembangnya harus natural dan organik pula.
Biarkan gerakan tersebut berjalan apa adanya tanpa perlu campur tangan pihak-pihak yang memiliki kepentingan lain agar tidak mati begitu saja sebelum memiliki bentuknya sendiri.
Ide serta kreativitas anak-anak tongkrongan Dukuh atas ini patut diacungi jempol, karena mereka mampu mengadakan sebuah gerakan besar tanpa campur tangan orang-orang yang memiliki power. Tak heran bila kini Citayam Fashion Week, membuat anak-anak muda di beberapa daerah mereplikasinya.
Sebut saja Kota Malang, Sukabumi, Bandung dan Cimahi, seakan latah mengikuti gerakan ini. Sama seperti di tempat asalnya di SCBD, aksi anak-anak muda tersebut menimbulkan beragam reaksi masyarakat.
Baca Juga: Aparat Tegaskan Tak Ada Ruang bagi Citayam Fashion Week di Kota Cimahi
Ada yang membiarkan dan tak sedikit yang menghujat, hingga melakukan pembubaran dengan salah satu alasan menimbulkan kemacetan. Reaksi tersebut seakan mewakili pandangan masyarakat luas terhadap fenomena Citayam Fashion Week.
Ada banyak pertanyaan yang mengusik. Akan sampai di mana dan hingga kapan gerakan ini akan bertahan? Benarkah bahwa Citayam Fashion Week yang begitu viral ini hanyalah sebuah fenomena fashion belaka?
Tepatkah menyandingkan aksi Citayam Fashion Week tersebut dengan fenomena Harajuku di Jepang, gaya fashion ala distrik Gangnam di Korea Selatan, atau bahkan komunitas kelas bawah di Kongo yang bernama La Sape yang mendunia selama puluhan tahun dan menjadi warna bagi daerah tempat mereka tumbuh, sebagai sebuah subkultur serta gaya hidup dari masyarakat urban yang diakui hingga mengakar kuat?
Harajuku, Melegitimasi Identitas dan Bertahan karena Ideologi
Artikel Terkait
Dua Nama Geografi yang Sering Keliru Dimaknai
Musim Kondangan dan Fenomena Amplop Digital
Asa di Fenomena Citayam Fashion Week SCBD
Mengkaitkan Presidensi G-20 dengan KTT Asia Afrika
Peresmian Jalur Kereta Api Cicalengka-Garut pada 14 Agustus 1889
Nama Kampung yang Keliru Ditulis: Kampung Sentakdulang, Tembongkanjut, dan Kampung Sampireun
Berpotensi Menimbulkan Ketegangan, Mungkinkah Pelosi Melawat ke Taiwan?
Curug Pelangi, Seindah Namanya
Berawal dari Jalan Kaki hingga Berjumpa dengan Rujak Cihanjuang
Kekeliruan Penulisan Nama Geografi yang Diwariskan