Tak seharusnya seseorang memutuskan melajang seumur hidupnya. Bahkan, sebagaimana anjuran hadis, jika sudah mampu lahir dan batin, seseorang agar segera menikah.
“Kapan kamu mau nikah? Sudah kepala tiga, kok, masih betah melajang?”
Pertanyaan di atas adalah salah satu pertanyaan sensitif yang kerap dilancarkan pada seseorang yang masih berstatus lajang. Sekilas, pertanyaan di atas nampak biasa saja. Pertanyaan yang biasa disampaikan teman atau saudara ketika melihat salah seorang keluarganya belum menikah.
Tetapi, bagi para lajang, pertanyaan itu sangat menohok dan menyinggung perasaan. Seharusnya, pertanyaan itu tidak sering dilontarkan, apalagi dengan niat mengolok-olok. Namun, kenyataannya, orang yang baru menikah, sering kali merisak teman sejawatnya dengan kata-kata yang menyinggung seperti “jomblo karatan”, “jomblo abadi”, “jomblo tidak laku”, dan istilah-istilah lainnya. Alih-alih memotivasi, apa yang disampaikan justru berbau bullying.
Menikah adalah sunnah Nabi dan sangat dianjurkan oleh agama. Menikah adalah ibadah yang bisa mengekang seseorang dari perbuatan maksiat. Rasulullah Saw. bersabda, “Hai para pemuda! Barang siapa di antara kalian sudah mampu (lahir-batin) untuk menikah, segeralah menikah karena menikah lebih menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Namun, barang siapa belum mampu, berpuasalah karena puasa bisa menjadi perisai (dari perbuatan keji).” (H.R Bukhari).
Hadis di atas begitu gamblang menjelaskan bahwa, yang dianjurkan menikah adalah mereka yang mampu secara lahir dan batin. Jika hanya siap lahir, tetapi batinnya belum siap menerima segala konsekuensi pernikahan, maka jangan sekali-kali menikah. Begitu pun sebaliknya. Jika hal itu terjadi, bukan kebahagiaan yang akan didapat, tetapi tekanan batin yang akan dialaminya.
Baca Juga: Kenapa Rempeyek Hajatan Terasa Keras dan Tak Layak Dimakan?
Hal inilah yang membuat sebagian orang belum siap memutuskan menikah. Tak sedikit orang yang mampu secara ekonomi, hartanya melimpah, bisnisnya bertaburan, tetapi belum juga siap menikah dengan berbagai alasan.
Artikel Terkait
Cicalengka dalam Jepretan Kamera Woodburry & Page Tahun 1879
Pertandingan Persib Memakan Korban (Lagi), Bukti Bobroknya Manajemen Penyelenggaraan?
Ukraina di Ambang Perdamaian?
Mengganti Nama Geografi itu Merusak Ingatan Kolektif Masyarakat
Mengapa India Ditinggalkan Australia cs?
Mengapa Memberikan Bantuan Harus dengan Cara yang Menyulitkan?
Afirmasi Pengalihan Tenaga Honorer di Lingkungan Pemerintah Daerah
Mulai Bergairahnya Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia
ASEAN Diapit Dua Konflik
Kenapa Rempeyek Hajatan Terasa Keras dan Tak Layak Dimakan?