Sampai sekarang saya masih merasa penasaran dan bertanya-tanya dalam hati, kenapa sih, rempeyek yang disajikan oleh orang-orang yang punya hajatan itu biasanya nggak enak rasanya?
Selain itu, ketika digigit terasa keras. Intinya tak layak dimakan karena bisa membahayakan kesehatan gigi. Terlebih bagi para orangtua, yang giginya sudah banyak yang rapuh atau bahkan sebagian sudah ompong.
Sekadar catatan, rempeyek adalah jenis gorengan kering yang terbuat dari adonan tepung (bisa tepung terigu atau tepung beras) yang setelah diberi bumbu (saya tak begitu tahu apa saja bumbunya) kemudian adonan tersebut diberi campuran kacang tanah atau terkadang kedelai, tergantung selera atau tujuan si pembuatnya. Kalau campurannya kacang, dinamakan rempeyek kacang, dan dinamakan rempeyek kedelai kalau campurannya adalah kedelai. Begitu seterusnya, nama rempeyek tersebut akan berganti sesuai jenisnya. Kalau campurannya udang, berarti disebut rempeyek udang.
Entah saya tak pernah menghitung, sudah berapa kali orang-orang yang sedang punya gawe (hajatan) mengirim punjungan (biasanya berisi nasi lengkap plus aneka lauk yang ditaruh di dalam kardus atau tempat yang terbuat dari plastik). Di antara aneka lauk pauk itu biasanya terselip bungkusan plastik berisi rempeyek atau kerupuk. Entah telah berapa kali, rempeyek atau kerupuk punjungan tersebut itu rasanya terlalu keras. Kalau menurut saya, tidak layak dimakan (memang sih tak semua punjungan seperti itu, ada juga rempeyek dan kerupuk yang renyah dan enak rasanya).
Terus terang, saya benar-benar merasa heran, mengapa orang-orang (yang sedang punya hajatan) begitu gegabah saat membuat (menggoreng) rempeyek dan kerupuk. Kemungkinan, orang yang punya hajatan membuat rempeyek dalam porsi besar sehingga terkesan asal-asalan. Begitu juga saat menggoreng kerupuk. Kemungkinan sebelum digoreng, kerupuk mentah tersebut belum benar-benar kering (harusnya dipanaskan dulu di atas terik mentari) sehingga ketika digoreng hasilnya tidak mengembang dan tidak keras saat dimakan.
Baca Juga: Hati-hati, Gorengan Mengandung Kalori Dua Kali Lipat Lebih Tinggi, Bisa Bikin BB Naik?
Kalau menurut hemat saya sih, daripada kita sibuk membuat rempeyek atau menggoreng kerupuk sendiri, alangkah lebih baiknya memesan saja pada ahlinya atau pesan kepada penjual yang selama ini sudah terbukti kualitas rempeyeknya. Daripada sibuk membeli bahan-bahan sendiri, lalu menyuruh orang lain yang bukan ahlinya membuat rempeyek dan hasilnya malah tidak memuaskan. Bahkan malah menjadi mubazir, karena akhirnya tidak jadi dimakan.
Saya sangat yakin, ketika orang yang punya hajatan memesan rempeyek atau kerupuk pada ahlinya, modal atau uang yang akan dikeluarkan hanya selisih sedikit. Namun hasilnya tentu sangat memuaskan yang pesan sama ahlinya. Mahal sedikit tak masalah, yang penting hasilnya memuaskan dan tak mubazir.
Jangan sampai hanya gara-gara persoalan rempeyek dan kerupuk yang keras dan tidak layak dimakan itu malah membuat orang yang punya hajatan mendapat “omongan miring” atau gunjingan pedas dari orang-orang di luar sana. Ingat, orang-orang yang menerima kiriman punjungan berisi nasi beserta lauk-pauknya itu kan biasanya akan datang ke tempat si pemilik hajatan untuk kondangan (dengan membawa sejumlah uang di dalam amplop biasanya). Oleh karenanya, jangan kecewakan mereka dengan punjungan yang asal-asalan.
Artikel Terkait
Cibacang dan Cilimus yang Abadi dalam Toponimi
Cicalengka dalam Jepretan Kamera Woodburry & Page Tahun 1879
Pertandingan Persib Memakan Korban (Lagi), Bukti Bobroknya Manajemen Penyelenggaraan?
Ukraina di Ambang Perdamaian?
Mengganti Nama Geografi itu Merusak Ingatan Kolektif Masyarakat
Mengapa India Ditinggalkan Australia cs?
Mengapa Memberikan Bantuan Harus dengan Cara yang Menyulitkan?
Afirmasi Pengalihan Tenaga Honorer di Lingkungan Pemerintah Daerah
Mulai Bergairahnya Kunjungan Wisatawan Mancanegara ke Indonesia
ASEAN Diapit Dua Konflik