India menjalankan politik luar negeri yang sulit dicontoh negara lain. Berpihak kepada AS dan Australia cs yang ingin menangkal China, namun di sisi lain bekerja sama dengan Rusia. Padahal dalam perang di Ukraina, AS-Rusia berselisih.
Delegasi Australia, Jepang. Selandia Baru dan Korea Selatan akan berembug di sela-sela pertemuan NATO di Spanyol pada 29-30 Juni mendatang. Topik pembicaraan antara lain mencakup kerjasama mengatasi perluasan pengaruh China di Asia-Pasifik serta menghadapi Korea Utara yang memiliki senjata nuklir.
Topik pertemuan tersebut sangat menarik sebab keempat negara menyikapi secara serius ekspansi pengaruh ekonomi dan investasi China. Apalagi belakangan ini, Beijing makin memperkokoh kehadirannya di Pasifik-Selatan yang secara tradisional merupakan lahan Australia, Selandia Baru dan Amerika Serikat.
Menlu China Wang Yi serta 20 anggota delegasi melawat ke Kepulauan Solomon, Kiribati, Samoa, Fiji, Tonga, Vanuatu, Papua New Guinea and Timor Timur selama sepuluh hari yang berujung pada minggu terakhir Mei 2022.
Wang Yi bermaksud merancang kerjasama dengan para negara tuan rumah, mulai dari sektor perikanan, membangun jejaring internet dan komunikasi, membuat Institut Konghucu hingga sektor keamanan yang memungkinkan kapal-kapal perang China singgah di pelabuhan atau bahkan mendirikan pangkalan.
Kunjungan Wang Yi tidak sepenuhnya berhasil karena rencana kerjasama militer ditolak, tetapi China berhasil memajukan kerjasama perekonomian. Sejak 2006-2017, memberi bantuan senilai US$1,6 miliar serta lebih dari 100 proyek. Jumlah tersebut diperkirakan bertambah seiring dengan kedatangan Wang Yi itu.
Membentuk QUAD
China dewasa ini menjadi kekuatan ekonomi nomor dua dunia dan terus meningkatkan kemampuan militer sebagai konsekuensinya.
Menurut perkiraan Centre for Economics and Business Research (CEBR) Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) China oada 2025 akan mencapai 5,7% per tahun hingga tahun 2025. Kemudian 4,7% setiap tahun dari 2025 sampai 2030. Pada 2030 itu China menjadi nomor satu menggantikan Amerika Serikat.
Dalam aspek militer, China menduduki tempat ketiga setelah Amerika Serikat dan Rusia. Hingga tahun lalu, China diperkirakan mempunyai 350 hulu ledak nuklir. Rudal Dongfeng ditaksir mampu menjangkau jarak 12.000-15.000 km. China dewasa ini mempunyai 975 ribu personil militer aktif. Selain daripada itu, Beijing menggunakan puluhan ribu nelayan sebagai para militer, yang antara lain beroperasi di laut China Selatan.
Baca Juga: Tjetjep sang Pembalap Bandung yang Merajai Grand Prix Curug 1958
Dewasa ini, ekspansi China terus meluas, terutama melalui program One Belt One Road (OBOR) yang diubah menjadi The Belt One Road Initiative (BRI). Suatu prakarsa kerjasama bermotif ekonomi, investasi dan infrastruktur yang melibatkan sedikitnya 109 negara di Afrika, Eropa dan Asia. Negara-negara yang menghimpun lebih dari sepertiga Produk Domestik Bruto (PDB) dunia.
Dalam mengimbangi ekspansi Beijing itu, Amerika Serikat, India, Jepang dan Australia membentuk persekutuan militer yang disebut QUAD. Angkatan laut keempat negara pada permulaan Oktober 2021 mengadakan latihan bersama dengan sandi Malabar di Teluk Benggala, Timur Laut Samudera Hindia. Selain QUAD, Australia, Inggris dan Amerika Serikat juga membentuk AUKUS yang juga merupakan kerjasama militer yang membuat Laut China Selatan, Asia Timur dan Pasifik Selatan sebagai palagan.
India Tidak Dilibatkan
Artikel Terkait
Mencetak Generasi ‘Boseh’
Pembangunan Ibu Kota Baru dari Kacamata Teknik Sipil
Menunggu Kiprah Eksplosif Persib di Piala Presiden 2022
Haruskah Indonesia Bergabung dengan BRICS?
Wafatnya Eril Menggugah Insan Yang Berqalbu Bening
Cibacang dan Cilimus yang Abadi dalam Toponimi
Cicalengka dalam Jepretan Kamera Woodburry & Page Tahun 1879
Pertandingan Persib Memakan Korban (Lagi), Bukti Bobroknya Manajemen Penyelenggaraan?
Ukraina di Ambang Perdamaian?
Mengganti Nama Geografi itu Merusak Ingatan Kolektif Masyarakat