Bagi Rusia dan China perluasan anggota BRICS dengan memasukkan negara-negara emerging yang potensial merupakan cara untuk mengintegrasikan kekuatan baru. Membentuk semacam G-20 yang didominasi emerging countries.
Kedua negara yang tengah berupaya menumbangkan dominasi Barat perlu membentuk blok baru. Blok ini awalnya bersifat ekonomis tetapi pada suatu saat akan menyinggung aspek-aspek politik. Ini sejalan dengan KTT BRICS ke 12 di Moskow pada 2020 yang merambah aspek kestabilan dunia, pertumbuhan industri dan produk yang inovatif serta saling berbagi dalam bidang keamanan. Sangat kebetulan negara-negara yang ikut dalam virtual conference pada 23 Mei itu tidak mengutuk invasi Rusia ke Ukraina.
Baca Juga: Pembangunan Ibu Kota Baru dari Kacamata Teknik Sipil
Bagi Indonesia, tak terlalu penting untuk bergabung atau tidak bergabung dengan BRICS Plus. Perusahaan konsultansi Price Waterhouse Cooper memperkirakan Indonesia menjadi negara maju pada 2050.
Sejalan dengan itu Indonesia harus membangun iklim yang inovatif dan kompetitif guna mewujudkan perekonomian yang efisien. Inilah rumusan yang berlaku pada APEC, BRICS Plus maupun dalam hubungan bilateral. [*]
Sjarifuddin Hamid
Isi konten merupakan pandangan dan tanggung jawab penulis
Artikel Terkait
Sang Kibordis Andal dari SLBN Raharja Tanjungsari
Empat Nama Jalan untuk Satu Ruas Jalan yang Sama
Para Pejabat Cicalengka Tahun 1871-1923
6 Pemenang Tulisan Terpopuler Netizen Ayobandung.com Mei 2022: Total Hadiah Rp1,5 Juta!
Karasak itu Nama Pohon dari Keluarga Ficus
Program Sekolah Penggerak untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia
Pecinan Cicalengka sejak 22 Januari 1872
Mencetak Generasi ‘Boseh’
Pembangunan Ibu Kota Baru dari Kacamata Teknik Sipil
Menunggu Kiprah Eksplosif Persib di Piala Presiden 2022