"Riding a bike not only improves physical fitness, it also benefits your child’s learning development and mental health." Cadel Evans, juara Tour de France 2011.
---
Aktivitas bersepeda di kalangan anak-anak dapat berkontribusi bagi terciptanya generasi penerus bangsa yang lebih sehat, tangguh dan lebih mencintai lingkungan. Karenanya, kampanye penggunaan sepeda yang menyasar anak-anak perlu digelorakan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak beberapa waktu lalu telah mendorong negara-negara anggotanya serta para pemangku kepentingan lainnya untuk menekankan dan mempromosikan penggunaan sepeda sebagai sarana untuk mewujudkan tercapainya pembangunan berkelanjutan, memperkuat pendidikan, termasuk pendidikan jasmani, khususnya untuk anak-anak dan kaum muda, meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, mempromosikan toleransi dan saling pengertian serta menghormati dan memfasilitasi inklusi sosial dan juga pengembangan budaya damai.
Sayangnya, di negara kita, justru semakin banyak anak-anak dan remaja kita saat ini yang cenderung kian akrab dengan kendaraan bermotor ketimbang sepeda kayuh. Bukan hal aneh pula dewasa ini kian banyak anak-anak kita -- termasuk anak baru gede yang masih labil (ababil) -- lebih senang wara-wiri di jalanan menggunakan kendaraan bermotor. Di saat yang sama, didorong antara lain karena rasa sayang kepada anak, tidak sedikit orangtua sekarang yang dengan senang hati membelikan kendaraan bermotor untuk anak-anak mereka.
Tentu saja, banyak alasan rasional untuk menjustifikasi kenapa anak-anak zaman now lebih senang mengendarai kendaraan bermotor. Persoalannya, banyak dari anak-anak yang saat ini mengendarai kendaraan bermotor itu masih di bawah umur. Artinya, sesungguhnya mereka masih belum boleh mengendarai kendaraan bermotor.
Tengok saja, tak sedikit anak usia sekolah yang belum genap berusia 17 tahun yang sekarang ini dengan bebas menggunakan kendaraan bermotor. Ini dimungkinkan karena masih banyak orangtua yang melakukan pembiaran kepada anak-anak mereka untuk mengendarai kendaraan bermotor, kendatipun mereka mengetahui bahwa anak mereka masih belum cukup umur untuk berkendara. Di sisi lain, banyak sekolah juga membiarkan murid-muridnya membawa kendaraan bermotor ke sekolah. Bahkan, sejumlah sekolah malah memfasilitasi dengan menyediakan lahan parkir buat mereka.
Pembiaran seperti ini tidak boleh kita terus budayakan dan terus kita lestarikan. Orangtua sebagai pihak yang memiliki tanggungjawab penuh terhadap anak-anak mereka harus mulai didorong untuk tidak lagi memberikan peluang kepada anak-anak mereka yang masih di bawah umur untuk mengendarai kendaraan bermotor sebelum persyaratan usia minimal mereka terpenuhi.
Sikap tidak manja
Artikel Terkait
Menjaga Keluarga Sakinah agar Terhindar dari Perceraian
Refleksi Konsep Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Bangkit dengan Ekonomi Kreatif
Sang Kibordis Andal dari SLBN Raharja Tanjungsari
Empat Nama Jalan untuk Satu Ruas Jalan yang Sama
Para Pejabat Cicalengka Tahun 1871-1923
6 Pemenang Tulisan Terpopuler Netizen Ayobandung.com Mei 2022: Total Hadiah Rp1,5 Juta!
Karasak itu Nama Pohon dari Keluarga Ficus
Program Sekolah Penggerak untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan di Indonesia
Pecinan Cicalengka sejak 22 Januari 1872