PD III Tak Akan Terjadi lantaran Perang Ukraina

- Rabu, 25 Mei 2022 | 13:00 WIB
Ilustrasi | Perang di Ukraina tidak akan berimbas menjadi perang nuklir karena para oligarki di AS dan  Rusia tak mendukung. (Pixabay/Wendelin_Jacober)
Ilustrasi | Perang di Ukraina tidak akan berimbas menjadi perang nuklir karena para oligarki di AS dan Rusia tak mendukung. (Pixabay/Wendelin_Jacober)

Perang di Ukraina tidak akan berimbas menjadi perang nuklir karena para oligarki di AS dan Rusia tak mendukung. Yang perlu diwaspadai justru Israel, Iran, India, Pakistan dan Korea Utara.  

Masuk akal apabila banyak pihak  khawatir perang di Ukraina akan menjadi Perang Dunia III. Banyak negara yang terlibat secara langsung maupun tidak langsung. Sebagian kecil diantaranya mengumbar kata akan menggunakan senjata nuklir.

Menurut Kantor  Komisi Tinggi PBB Urusan Hak-hak Asasi Manusia (OHCHR) per 18 Mei 2022, jumlah korban sipil tercatat 7.964 orang, dengan rincian 3.778 tewas dan 4.186 luka-luka.

Kebanyakan korban disebabkan penggunaan senjata dengan daya ledak yang berdampak luas, termasuk altileri berat, sistem roket berpeluncur ganda, rudal dan serangan udara baik oleh pesawat terbang maupun drone.

OHCHR mensinyalir jumlah korban tewas maupun luka-luka jauh lebih banyak. Laporan terhambat karena  pertempuran masih terjadi. 

Berbeda juga dengan perang di Irak, Afghanistan atau Syria, para pihak yang berperang di Ukraina meluas, memakai matauang, pangan (gandum, jelai), gas alam , minyak mentah, batubara, biologi, kimia, diplomatik,  regulasi ekonomi dan perdagangan, organisasi-organisasi internasional seperti WHO, WTO sebagai penekan.

Penggunaan aneka unsur itulah yang membuat perang di Ukraina menimbulkan kerusakan masif sekalipun tanpa menggunakan senjata nuklir di seluruh dunia. Harga bahan pangan, BBM semakin mahal. Inflasi tinggi. Posisi dolar AS sebagai matauang goyah. Rubel dan yuan relatif menguat.

Cara Mudah Melemahkan Pesaing

Pada situasi tertentu, para perencana kebijaksanaan di Moskow, London atau Washington akan memilih dengan membiarkan perang terus berlanjut atau berdamai.

Dalam perang Ukraina, yang babak belur bukan AS atau Inggris tetapi Eropa dan Ukraina. Perekonomian AS memang memburuk tetapi itu diimbangi dengan memproduksi peralatan perang yang akan menciptakan tenaga kerja. 

Kongres menyetujui anggaran pertahanan  tahun 2022 sebanyak US$ 782 miliar, lebih tinggi 3,9 % dari permintaan Presiden Biden dan lebih tinggi 5,6% dari anggaran militer 2021.

Baca Juga: Terwujudnya Satu Data Kependudukan Indonesia

Jumlah tersebut belum termasuk bantuan untuk Ukraina, dalam mana US$6,5 miliar dipakai untuk penempatan pasukan AS di Eropa Timur, termasuk Polandia dan membuat senjata yang telah atau akan dikirim ke Ukraina.

Sepertinya bagi Amerika Serikat, perang Ukraina memberi keuntungan tersendiri karena memberi kesempatan menjatuhkan lawan maupun kawan. Perlu diketahui Eropa Barat sebetulnya adalah pesaing.

Halaman:

Editor: Aris Abdulsalam

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Siapakah (Calon) Presiden yang Terbaik?

Minggu, 24 September 2023 | 18:21 WIB

Proyek KCJB (Kereta Cepat Jakarta Bandung), untuk Siapa?

Jumat, 22 September 2023 | 17:47 WIB

Industriawan Militer Menjadi Penghambat Perdamaian!

Kamis, 21 September 2023 | 12:05 WIB

Generasi Z dan Pelaksanaan Profil Pelajar Pancasila

Minggu, 10 September 2023 | 17:49 WIB

Mengintip Bioskop Zaman Baheula di Bandung

Minggu, 10 September 2023 | 15:32 WIB

Mau Sampai Kapan Kita Bergantung pada TPA Sarimukti?

Kamis, 7 September 2023 | 16:16 WIB

Pemimpin Baru Menghadapi Situasi yang Tidak Nyaman

Rabu, 6 September 2023 | 11:27 WIB

Literasi Majalengka Membumi dan Merangkul Langit

Kamis, 31 Agustus 2023 | 12:42 WIB
X