Sudah saatnya, kehadiran peringatan Tri Suci Waisak 2566 BE ini menjadi momentum awal untuk terus menghidupkan nilai-nilai dan tradisi kebijaksanaan.
Bila kita membaca tema perayaan Tri Suci Waisak 2566 BE pada tanggal 16 Mei 2022 pukul 11.13.46 WIB di Candi Mendut dan Candi Agung Borobudur yang diangkat oleh Walubi bertajuk "Jalan Kebijaksanaan Menuju Kebahagian Sejati" dengan sub temanya "Marilah kita Mengaktualisasikan Ajaran Luhur Sang Buddha dalam Kehidupan Sehari-hari, Menuju Pencerahan Sempurna tiada Batasnya", maka kita disuguhkan berbagai kebaikan, kebijaksanaan, keteladanan, pencerahan dan kebahagiaan.
Ibarat festival kebijaksanaan yang telah dicontohkan oleh Buddha Gautama. Umat Buddha menyakini dengan melakukan doa dan meditasi untuk membebaskan pikirannya dari sifat agresif, iri hati, dan serakah yang memang merupakan bagian dari kondisi manusia. Dengan cara ini, mereka dapat memperoleh ketenangan dan kebijaksanaan.
Doa dan Meditasi
Bila umat Buddha memasuki ruang pemujaan di kuil dan melihat patung Buddha, mereka diilhami oleh cinta kasih, budi baik, belas kasih, kegembiraan dan ketenangan Sang Guru. Ini yang memang mereka cita-citakan. Doa dan meditasi adalah dua disiplin rohani yang dapat digunakan untuk mendapatkan sifat-sifat Buddha.
Umat Buddha di Nepal dan Tibet menggunakan tasbih (male) untuk membantu mereka berdoa. Male bisa mempunyai 108, 54 (27) manik-manik dibuat dari biji-bijian kayu (plastik). Umat Buddha menggunakan manik-manik itu untuk menghitung jumlah berapa kali mereka bersujud serta untuk menambah konsentrasi. Dengan setiap manik-manik, suatu mantera diucapkan (nama seorang Buddha), Bodhisattva didaraskan. Untaian tasbih ini kadang-kadang berisi tiga manik-manik yang lebih besar untuk mengingatkan para peserta ibadat akan Tiga Tempat Perlindungan (Buddha, Dharma dan Sangha).
Umat Buddha di Tibet percaya bahwa ketika mantra didaraskan sekian kali, mereka meningkatkan getaran yang baik di dalam diri mereka. Pengulangan-ulangan mantra dapat membuka pikiran mereka kepada bentuk kesadaran yang lebih tinggi. Mantra yang paling agung, Om mani padme hum, dikenal sebagai "permata dalam bunga teratai" karena dianggap mencakup intisari ajaran Buddha. "Permata" juga dipahatkan pada silinder kuning yang dapat berputar yang disebut roda doa. Setiap kuil dan vihara mempunyai satu set roda doa yang dapat diputar oleh umat Buddha, sehingga getaran dikirim ke segala penjuru.
Baca Juga: Tidak Ada Pemain Persib Positif Covid-19, Langsung Tancap Gas Latihan
Roda doa yang dapat berputar. Masing-masing roda berisi suatu pujian yang ditulis di seluruh permukaan doa, sehingga mantra bisa diulang-ulang sampai berkali-kali ketika roda itu diputar-putar.
Artikel Terkait
China Belajar dari Perang di Ukraina
Isa Anshary Menjadi Khatib Sholat Idul Fitri bersama Presiden Soekarno di Tegallega
Kisah Inspiratif Presiden yang Menyumbangkan 90 Persen Gajinya untuk Rakyat
Sadranan, Tradisi dan Kearifan Lokal yang Kaya Nilai Karakter
Lebaran Ketupat dan Iklim Urban yang Berkelanjutan
Gambaran J.E. Teijsmann tentang Cicalengka Tahun 1853
Pantai Pangandaran Masih Menjadi Daya Tarik Utama Pariwisata Pantai di Jawa Barat
Juara Liga 1 Musim Ini Harga Mati untuk Persib!
Seperti Berbuat Jahat, Ada Banyak Cara untuk Berbuat Baik
Isu Rasisme yang diangkat dalam Serial ‘The Falcon and the Winter Soldier’