Di Bandung Utara, ada dua nama geografi yang memakai kata areng, yaitu Kampung Areng.
Pertama sedikit ke utara dari terminal Ledeng di Desa Ledeng, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung. Di sana ada Jl Cijengkol dan Kampung Cijengkol. Sebelah utara Kampung Cijengkol itulah ada Kampung Areng, berada di ketinggiannya antara 1.100 sampai 1.200 m dpl.
Karena lokasinya berada di sepanjang jalan Cijengkol, maka Kampung Areng dibagi menjadi tiga, yaitu Kampung Areng Girang (paling utara), Kampung Areng Tengah, dan Kampung Areng Hilir (paling selatan). Di bagian utara, Kampung Areng berbatasan dengan Peneropongan bintang Bosscha. Kampung Areng ini termasuk Desa Wangunsari, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.
Kedua, Kampung Areng yang berada di Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, ketinggiannya 1.240 m dpl. Lokasinya tiga kilo meter sebelah timur dari airterjun Maribaya, atau delapan kilo meter arah timur dari Kampung Areng Cijengkol.
Kata areng yang menjadi dua nama kampung di Patahan Lembang itu bersumber dari nama pohon, yaitu pohon Ki areng. Di Kampung Areng, Cijengkol, tanahnya berupa material letusan (ignimbrit) dari letusan Gunung Sunda, dan tanah di Kampung Areng, Cibodas, berupa material letusan gunungapi tua. Sedikit ke dalam tanahnya, terdapat tanah yang berupa ignimbrite (teras atau padas), jenis batuan ini termasuk kurang subur, namun justru sangat baik bagi tumbuh kembangnya pohon Ki areng.
Baca Juga: Voetbal Bond Bandoeng en Omstreken (VBBO)
Menurut K Heyne (1927), nama ilmiah Ki areng adalah Diospyros pseudo-ebenum K. & V. Namun, dalam buku Kayu Jawa Madura, seperti yang disampaikan oleh Ganjar, nama ilmiah untuk Ki areng itu Diospyros sundaica. Selain Ki areng, nama lainnya untuk pohon ini di Jawa Barat adalah Ki lutung.
Secara lengkap, taksonomi Ki areng (Diospyros pseudoebenum K. & V.) itu diklasifikasikan: famili: Ebenaceae, marga: Diospyros, spesies/jenis: pseudoebenum, bahasa daerah: Ki areng. Dalam sumber lain, taksonominya dituliskan: famili: Ebenaceae, marga: Diospyros, spesies/jenis: Diospyros sundaica, bahasa daerah: Ki areng, Ki lutung.
K Heyne (1927) menguraikan, tinggi pohon sampai 30 meter, gemangnya (diameternya) hingga 60 cm. Dalam sumber lain dituliskan, batangnya lurus, tingginya sampai 40 meter, diameter batang 120 cm, serta berbanir lebar. Kayu gubalnya berwarna coklat kuningan atau kemerahan, dengan teras kayu yang hitam legam, dengan tesktur agak halus, agak licin, dan mengkilap.
Artikel Terkait
Anak sebagai Kurir Narkotika, Haruskah Dipidana?
Bandoengsche Voetbal Unie (BVU)
Keutamaan Bangun Lebih Pagi
Barat Melancarkan Segala Upaya Memojokkan Rusia
Food Garden dan Ketahanan Pangan Keluarga
Basa Inung bagi Pemuka Agama
Kurikulum Merdeka Menjawab Kebutuhan Siswa
Sejarah Persis di Tengah Arus Pergerakan Non-Koperatif
Seandainya Ukraina Memiliki Senjata Nuklir
Voetbal Bond Bandoeng en Omstreken (VBBO)