Di kota Jakarta, juara nasi gandul versi Bondan Winarno jatuh pada nasi gandul Mbak Endang di Jalan Pesanggrahan 14B, Jakarta Barat. Menurut Harry Nazarudin dalam 100 Mak Nyus Jakarta (2015), nasi gandul Mbak Endang sudah lama dikenal sebagai perwakilan Pati di Jakarta. Rasanya cukup otentik. Banyak warung Pati yang ingin menyajikan nasi gandul dan kena ‘jebakan’ terlalu manis. Nasi gandul Mbak Endang adalah salah satu yang cita rasa manisnya pas.
Sejarah dan Asal-usul Nasi Gandul yang Sarat Versi
Desa Gajahmati (arah selatan terminal bus Pati) merupakan daerah yang memopulerkan dan bahkan disebut-sebut sebagai tempat asal-usul kuliner ini pertama kali muncul. Itulah sebabnya, sering ditemui kata-kata Nasi Gandul Gajahmati. Adalah Pak Meled, warga asli Desa Gajahmati, yang menjadi pelopor kuliner ikonik ini.
Konon, pada tahun 1955, orangtua Pak Meled yang awalnya merintis usaha nasi gandul, kemudian diwariskan kepadanya. Usaha nasi gandul diawali dengan berjualan berkeliling desa menggunakan pikulan. Nasi gandulnya berupa nasi dengan lauk berupa empal daging sapi bumbu bacem yang kemudian disiram kuah di atasnya.
Baca Juga: Mengenal Manfaat Transit Oriented Development (TOD)
Nasi yang kemudian dikenal dengan nama nasi gandul itu tidak disajikan di atas piring, melainkan dengan menggunakan pincuk daun pisang. Cara menyantapnya juga tidak pakai sendok, melainkan dengan memakai suru alias sendok yang juga terbuat dari daun pisang. Cara penyajian itu kini berubah dengan menggunakan piring yang dialasi daun pisang. Sendoknya tidak pakai suru, tapi menggunakan sendok logam pada umumnya.
Kepopuleran nasi gandul di kemudian hari tak lepas dari peran seorang pinisepuh Pati yang bernama Mbah Rono. Ketika itu sekira tahun 1965, setiap ada orang yang sowan (bersilaturahmi) ke rumahnya, Mbah Rono selalu menganjurkan kepada tamunya untuk mencoba nasi gandul Pak Meled.
Berkat rekomendasi dari Mbah Rono itulah, nasi gandul kemudian secara perlahan mulai populer. Banyak orang yang terpikat dengan cita rasa nasi gandul yang unik dan khas. Banyaknya peminat nasi gandul, menjadikan beberapa tetangga Pak Meled di Desa Gajahmati tertarik untuk belajar cara membuat nasi gandul. Setelah bisa, mereka kemudian ikut berjualan nasi gandul.
Sehingga kini terdapat ratusan penjual nasi gandul dari Desa Gajahmati yang lokus penjualannya merata di hampir semua wilayah Kabupaten Pati. Sehingga kalau berkunjung ke Pati, kita akan dengan mudah mendapatkan warung atau rumah makan yang menjual menu nasi gandul. Tak hanya di lingkup Kabupaten Pati, penjual nasi gandul juga sudah merambah ke luar daerah Pati, seperti Semarang, bahkan hingga ke Jakarta.
Mengapa disebut nasi gandul? Pertanyaan itulah yang sering diajukan sebagai ekspresi rasa penasaran. Nama unik nasi gandul memang sering memantik penasaran. Namun tak ada data valid yang bisa dirujuk, kecuali sejumlah versi yang mencoba menduga-duga asal-usul penamaan nasi gandul.
Baca Juga: Riwayat Pecel: Kuliner Khas Jawa Sejak Abad ke-9 Jadi Favorit Presiden Pertama RI Sukarno
Salah satu versi menyebutkan, penamaan ‘gandul’ terkait dengan awal mula nasi gandul ini dulu dijajakan. Dahulu kala, penjual nasi gandul menjajakan nasinya dengan menggunakan pikulan yang berisi kuali (tempat kuah nasi gandul) di satu sisi; dan bakul nasi serta peralatan makan nasi gandul di sisi lain.
Artikel Terkait
Industri Hiburan Dipandang Sebelah Mata, Tak Mau Mencontoh Negara Maju
Kisah Dominique Roderick Berretty, Putra Tunggal Pemilik Villa Isola
Meningkatkan Penghasilan Era Digital dengan Media Sosial
Kapitalisme Kekuasaan Zaman
Kendaraan Listrik Mengatasi Masalah Polusi Udara di Indonesia
Hikayat Soto Kudus, Simbol Toleransi Umat Islam atas Umat Hindu
Mengenal Manfaat Transit Oriented Development (TOD)
Riwayat Pecel: Kuliner Khas Jawa Sejak Abad ke-9 Jadi Favorit Presiden Pertama RI Sukarno
Kesebelasan Masing Emoet Roekoen teh Azasna Indonesia (MERAPI)
Geotrek, Belajar di Alam dengan Senang dan Nikmat