Sekali waktu, peserta geotrek menapaki jalan setapak menuju Kawah Ratu, Gunung Salak, Jawa Barat.
Jelan setapak yang teduh, bersebelahan dengan anak-anak sungai yang menurun deras, gemercik di antara bebatuan. Semakin tinggi berjalan, semakin ke dekat kawah, jalanan semakin terjal dan aroma belerang mulai tercium busuk. Di antara kawah-kawahnya mengalir sungai besar dengan airnya yang jernih berwarna mint yang segar.
Pada kesempatan lain, dengan tema yang sama, geotrek gunungapi, pesertanya menapaki jejak letusan Gunung Anakkrakatau di Selat Sunda. Mereka menapaki lereng berpasir lepas, yang melorot kalau diinjak. Dengan sudah-payah, akhirnya sampai di tubir kawah, setelah menempuh perjalanan dengan menaiki perahu dari pelabuhan nelayan di Canti, Lampung.
Semalam beristirahat di Pulau Sebesi, kemudian dilanjutkan menuju Gunung Anakkrakatau. Begitu pun saat geotrek di Pulau Sangiang di Selat Sunda, harus menempuh perjalanan laut dengan perahu dari pantai barat Banten.
Atau, kami harus berjalan di kegelapan malam mulai pukul 03.00 pagi menuju lereng Gunung Prau di Dataran Tinggi Dieng, untuk menyaksikan detik-detik matahari terbit. Di sanalah kami berada di atas mega-mega yang berarak.
Baca Juga: Kesebelasan Masing Emoet Roekoen teh Azasna Indonesia (MERAPI)
Sesungguhnya tidak ada aturan tertulis, namun, ada sesuatu yang tak terasa, hanya mengendap dalam pikiran dan perasaan masing-masing. Secara batin peserta geotrek telah menyepakati hal yang sama. Mereka telah dipersatukan dalam keragaman dan kesamaan niat untuk mengetahui suatu hal di tempatnya dengan cara yang menyenangkan dan menikmati semua perjalanan itu, bagaimana pun medannya.
Mereka rela mendanai sendiri guna memenuhi rasa ingin tahunya, untuk semangat ingin mengenali alam lebih dalam di tempatnya. Peserta geotrek dengan senang dan menikmati perjalanan dalam dingin, atau dalam cuaca panas yang menyengat di tengah laut, sehingga tak ada keluh-kesah. Seperti keinginan untuk melebur dalam kehidupan masyarakat Kanekes, mereka berjalan kaki di medan yang bergelombang selama beberapa jam yang menguras tenaga. Melalui perjalanan di berbagai medan dan cuaca itulah yang telah membentuk kemampuan dan keterampilan motoriknya menjadi terlatih.
Peserta geotrek adalah para petarung yang mempunyai daya juang yang tinggi, dengan keterampilan hidup di alam yang baik. Mereka mampu menyelesaikan perjalanan dengan sehat dan selamat sampai akhir. Tak ada kata mundur bila sudah melangkah dalam perjalanan geotrek. Dengan rencana perjalanan dan mengetahui medan yang akan dilalui dengan jarak dan waktu tempuhnya, semua peserta mengetahui apa yang harus dipersiapkan jauh-jauh hari sebelum geotrek dilaksanakan.
Artikel Terkait
Geotrek Lintas Kars Citatah
Industri Hiburan Dipandang Sebelah Mata, Tak Mau Mencontoh Negara Maju
Kisah Dominique Roderick Berretty, Putra Tunggal Pemilik Villa Isola
Meningkatkan Penghasilan Era Digital dengan Media Sosial
Kapitalisme Kekuasaan Zaman
Kendaraan Listrik Mengatasi Masalah Polusi Udara di Indonesia
Hikayat Soto Kudus, Simbol Toleransi Umat Islam atas Umat Hindu
Mengenal Manfaat Transit Oriented Development (TOD)
Riwayat Pecel: Kuliner Khas Jawa Sejak Abad ke-9 Jadi Favorit Presiden Pertama RI Sukarno
Kesebelasan Masing Emoet Roekoen teh Azasna Indonesia (MERAPI)