Ada orang baik, yang memiliki kinerja tinggi dalam bidang yang ada hubungannya dengan jabatan publik yang ingin dicapai, tapi karena tidak ada yang memperkenalkan menjadi tidak elektabel. Sebaliknya, orang yang berprestasi tinggi dalam bidang yang tidak ada hubungannya dengan jabatan publik, boleh jadi mempunyai elektabilitas tinggi karena ada yang mempopulerkannya secara tepat.
Baca Juga: Syarat Tulisan Netizen Ayobandung.com agar Dimuat dan Rincian Hadiah Total 1,5 Juta
Menurut Said Zainal Abidin (2013), Popularitas lebih banyak berhubungan dengan dikenalnya seseorang, baik dalam arti positif, ataupun negatif. Sementara elektabilitas berarti kesediaan orang memilihnya untuk jabatan tertentu. Artinya, elektabilitas berkaitan dengan jenis jabatan yang ingin diraih. Elektabiltas untuk menjadi gubernur tidak sama dengan elektabilitas untuk jabatan Ketua PSSI.
Artinya, keterkenalan seseorang tidak selalu berbanding lurus dengan peluang keterpilihannya dalam Pemilu.
Baik Ridwan Kamil, Bima Arya, maupun Ade Yasin, mereka yang memiliki reputasi keterkenalan di media tidak memiliki jaminan bahwa mereka pun mempunyai peluang yang sama untuk posisi jabatan calon presiden/gubernur/bupati/wali kota mendatang.
Namun begitu, peluangnya untuk dicalonkan oleh partai politik terbuka lebar. Mengingat partai politik selalu mempertimbangkan tingkat popularitas seseorang untuk mereka usung.
Bolehlah menggadang-gadang, Anies, Ganjar, atau Ridwan Kamil sebagai calon presiden/wakil presiden yang muncul dari kalangan kepala daerah. Mendekati pemilihan umum, berbagai lembaga survei yang sudah kredibel maupun yang baru dibentuk, ramai-ramai mengeluarkan hasil risetnya untuk dipublikasikan ke media.
Baca Juga: Tetap Bersaudara Meskipun Beda Agama
Pilpres 2024 masih 2 tahun lagi. Indonesia Indikator maupun lembaga-lembaga survei lain memiliki catatan versinya masing-masing. Siapa yang layak menyandang elektabilitas dari keterkenalannya itu? Pilihan tentunya bergantung pada partai yang akan mencalonkannya. Selain, bahwa hak pilih tetap berada pada masing-masing individu sendiri.
Siapa pun nanti yang akan dicalonkan, semoga partai politik seiring juga dengan masyarakat yang kian cerdas dalam menentukan hak pilih dalam pesta demokrasi nanti. Jika pun masih ada masyarakat yang masih tergiur dengan janji-janji manis, semoga seiring dengan iklim politik yang – semoga – makin sehat.
Bisa saja terjadi Kang Emil menjadi calon Presiden, mengalahkan Anies Baswedan yang sekarang menempati Gubernur Terpegah 2021. Atau justru keduanya sama sekali tidak ada yang mencalonkannya menjadi kontestan Pilpres 2024 nanti. [*]
Taufiq Sudjana
Penulis adalah anggota Komunitas Pengajar Penulis Jawa Barat (KPPJB)
Isi konten merupakan tanggung jawab penulis
Artikel Terkait
Efek Film Layangan Putus untuk Emak-Emak
Cuti Narapidana sebagai bentuk Pemenuhan Hak dan Integrasi
Gaga Muhammad, Rachel Vennya, Kim Seonho, dan Cancel Culture
Menjadi Keluarga Cerdas Berteknologi dengan Digital Parenting
Mengenal Jenis-jenis Penyakit Hati dan Cara Mengelolanya
Tetap Bersaudara Meskipun Beda Agama
Syarat Tulisan Netizen Ayobandung.com agar Dimuat dan Rincian Hadiah Total 1,5 Juta
Kehancuran Jati Diri Budaya yang Nyata
Mendorong Perkembangan Ekonomi Digital Indonesia dalam Society 5.0
Rekor! Menlu AS Kunjungi 112 Negara