Apakah gelar terpegah dan predikat paling berpengaruh di media yang disandang para tokoh tersebut menunjukkan hal positif atau justru negatif?
I2 merangkum masing-masing figur kepala daerah/wakilnya yang berpengaruh di media. Untuk gubernur, nama-nama yang muncul berkaitan dengan rencana atau wacana bertarung pada Pilpres 2024, seperti Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, dan Khofifah Indar Parawansa.
Selain itu juga menyangkut kinerja atau responsnya atas suatu peristiwa yang terjadi di wilayahnya masing-masing. Seperti, upah minimum provinsi (UMP) 2022, penanganan COVID-19, kasus korupsi, infrastruktur, dan penanganan bencana.
Dalam hal kasus korupsi, sampai tahun 2020, Jawa Barat masih menduduki peringkat pertama. Jumlah kasus korupsi terbanyak terjadi di wilayah Jawa Barat. Bahkan melibatkan tokoh-tokoh Bupati/Walikota di beberapa Kota/Kabupaten di Jawa Barat.
Baca Juga: Kehancuran Jati Diri Budaya yang Nyata
Kasus terbaru adalah Operasi Tangkap Tangan (OTT) yang dilakukan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terhadap Walikota Bekasi, Rahmat Effendi. Ia ditetapkan sebagai tersangka kasus korupsi pengadaan barang dan jasa serta lelang jabatan di Pemkot Bekasi, pada Kamis (6/1/2022).
Bahkan sebelumnya, mantan gubernur Jawa Barat, Danny Setiawan sempat berurusan dengan KPK. Paling miris adalah Kabupaten Subang, tiga kali berturut-turut bupatinya tersandung korupsi. Hingga kasus terakhir dugaan korupsi yang melibatkan Bupati Bandung Barat.
Menurut data KPK, Jawa Barat memiliki rekor sejumlah 101 kasus dari 2004-2020.
RK sendiri sudah menyatakan komitmennya bersama 27 bupati/wali kota. Mereka menandatangani komitmen pemberantasan korupsi terintegrasi bersama KPK, Selasa (16/3/2021).
Popularitas vs Elektabilitas

Belakangan ini persoalan elektabilitas tokoh politik digadang-gadang. Begitu pun popularitas seseorang. Tak mengherankan, karena Pemilu Pilpres 2 tahun lagi.
Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan elektabilitas sebagai tingkat keterpilihan yang disesuaikan dengan kriteria pilihan. Elektabilitas sering dikaitkan dengan pimpinan. Tetapi, elektabilitas sebenarnya dapat diterapkan juga pada barang, jasa, bahkan organisasi.
Dalam masyarakat, sering diartikan, orang yang populer dianggap mempunyai elektabilitas yang tinggi. Sebaliknya, seorang yang mempunyai elektabilitas tinggi adalah orang yang populer.
Popularitas dan elektabilitas tidak selalu berjalan seiring. Orang yang memiliki elektabilitas tinggi adalah orang yang dikenal baik secara meluas dalam masyarakat.
Artikel Terkait
Efek Film Layangan Putus untuk Emak-Emak
Cuti Narapidana sebagai bentuk Pemenuhan Hak dan Integrasi
Gaga Muhammad, Rachel Vennya, Kim Seonho, dan Cancel Culture
Menjadi Keluarga Cerdas Berteknologi dengan Digital Parenting
Mengenal Jenis-jenis Penyakit Hati dan Cara Mengelolanya
Tetap Bersaudara Meskipun Beda Agama
Syarat Tulisan Netizen Ayobandung.com agar Dimuat dan Rincian Hadiah Total 1,5 Juta
Kehancuran Jati Diri Budaya yang Nyata
Mendorong Perkembangan Ekonomi Digital Indonesia dalam Society 5.0
Rekor! Menlu AS Kunjungi 112 Negara