Mengetahui dan merenungi sederet penyakit hati dan cara mengelolanya adalah hal yang sangat penting bagi kita.
Ada sebuah penjelasan menarik dalam buku ‘Purification of The Heart’ yang ditulis oleh Hamza Yusuf, terkait hati manusia. Bahwa hati manusia dirancang untuk selalu merindukan ketenangan, dan ini dicapai dengan mengingat Sang Perancang Hati itu sendiri: ‘Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram (QS Al-Ra’d: 28).
Seperti sel-sel tubuh membutuhkan oksigen dan bernapas, hati pun perlu bernapas. Dan napas hati adalah menyadari dan mengingat Sang Sumber dan Tujuan hidup kita: Allah. Tanpa mengingat-Nya, hati kita akan gelisah, kacau, sakit, lalu mati.
Kita tentu mengerti, dengan hati, manusia bisa merasakan berbagai hal. Sedih, kecewa, menderita, ceria, gembira, merupakan sederet perasaan yang biasa hadir dalam hati kita. Mengelola hati dengan baik menjadi cara bagi kita agar kondisi hati kita selalu terjaga kesehatannya. Hati yang dibiarkan bebas lepas tanpa pengelolaan tentu sangat berbahaya dan dapat menyebabkan sakit bahkan mati.
Jamal Ma’mur Asmani dalam buku ‘Agar Hati Tidak Keras’ menjelaskan penyakit-penyakit hati yang membuatnya menjadi sumber kedurhakaan dan kenistaan.
Baca Juga: Menjadi Keluarga Cerdas Berteknologi dengan Digital Parenting
Penyakit-penyakit hati yang dimaksudkan ialah iri hati, riya atau pamer, ujub (bangga dan kagum terhadap diri sendiri), sum’ah (senang apabila kebaikan dan kelebihannya diperbincangkan orang lain), Sombong, waswas, takut, suka berburuk sangka, tamak, berputus asa, tergesa-gesa, dan ghadhab (marah).
Sederet penyakit hati tersebut seyogianya selalu kita waspadai kehadirannya. Bila suatu hari kita terindikasi mengalami salah satu dari penyakit hati tersebut, bersegeralah untuk mengobati atau mengelolanya. Bagaimana cara mengelolanya? Prof. H. Dadang Kahmad dalam buku ‘Musibah Pasti Berlalu’ menguraikan cara mengelola hati. Ada enam cara yang dijelaskan oleh beliau, yakni:
- Sebelum merasa sakit hati dengan ucapan atau perbuatan orang lain, hendaknya kita bermuhasabah terlebih dahulu. Barangkali orang tersebut tidak bermaksud menyakiti, namun hati kita yang terlalu sempit untuk menerima kenyataan.
- Jauhkan diri dari iri dan dengki. Sifat iri dan dengki merupakan penyakit hati yang sanggup membawa manusia ke dalam lingkaran kekufuran. Orang-orang yang memelihara penyakit hati ini di dalam dirinya akan menjadi pribadi-pibadi yang sedikit sekali bersyukur, penuh dengan ambisi, senantiasa melihat kelebihan-kelebihan orang lain, dan tidak pernah puas. Sikap ini lama-kelamaan bisa mendorong manusia melakukan tindakan yang tidak terpuji.
- Hindari amarah. Marah merupakan salah satu perbuatan tercela yang dibenci Allah. Orang yang sedang marah hendaknya duduk ketika ia tengah berdiri, berwudhu, shalat dua rakaat, serta memohon ampunan dan perlindungan Allah dari godaan setan yang terkutuk.
- Jadilah Pemaaf. Memberi maaf terhadap orang yang menyakiti kita jauh lebih baik daripada membalasnya dengan kesakitan serupa. Membalas perlakuan buruk orang lain dengan perlakuan buruk lainnya hanya akan menghasilkan kepuasan sesaat dan tidak berguna.
- Berprasangka baik. Sebagai seorang muslim hendaknya selalu menjaga prasangka baik terhadap sesama. Terkadang prasangka itu datang dari bisikan setan yang hendak mencelakakan manusia. Mereka membisikkan keragu-raguan dan keburukan ke dalam dada manusia sehingga muncullah prasangka terhadap saudara yang lain.
- Ikhlas adalah kunci utama diterimanya amalan. Ikhlas adalah perkara yang hanya diketahui oleh seorang hamba dan Allah. Tak ada malaikat yang tahu hingga mencatatnya. Tak ada setan yang tahu hingga mengganggunya. Orang yang senantiasa memiliki sikap ikhlas serta lapang dada tidak akan mudah sakit hati. Segalanya adalah milik Allah dan akan kembali kepada-Nya. Ikhlas akan melahirkan sikap legowo dan menjauhkan diri dari berbagai penyakit hati serta akibat yang ditimbulkannya.
Baca Juga: Cuti Narapidana sebagai bentuk Pemenuhan Hak dan Integrasi
Mengetahui dan merenungi sederet penyakit hati dan cara mengelolanya adalah hal yang sangat penting bagi kita.
Alasannya karena hal tersebut dapat membuat kita untuk selalu melakukan introspeksi diri dan berusaha menjadi pribadi yang lebih baik dan bermanfaat ke depannya. Semoga tulisan ini bermanfaat. [*]
Konten ini dibuat olehSam Edy Yuswanto
Ditulis oleh Sam Edy Yuswanto, penulis lepas mukim di Kebumen
Artikel Terkait
Pemasyarakatan ialah Harapan bagi Masa Depan Indonesia
Instagram, Media Sosial yang Memperlanggeng Hustle Culture
Anak Balita Berseru Kata Bacot, Wajahkah Orang Tua Marah?
6 Pemenang Tulisan Terpopuler Netizen Ayobandung.com Edisi Desember 2021: Total Hadiah Rp1,5 Juta!
Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond, BIVB Kedua dan Bagian Sejarah Persib Bandung
Geowisata sebagai Jalan Lain untuk Penguatan Jiwa
Efek Film Layangan Putus untuk Emak-Emak
Cuti Narapidana sebagai bentuk Pemenuhan Hak dan Integrasi
Gaga Muhammad, Rachel Vennya, Kim Seonho, dan Cancel Culture
Menjadi Keluarga Cerdas Berteknologi dengan Digital Parenting