Catatan sejarah wedang ronde, sebagai minuman tradisional yang sudah masuk dalam pustaka kuliner Indonesia, rupanya cukup panjang.
Kekayaan kuliner Indonesia disemarakkan dengan hadirnya berbagai minuman tradisional seperti wedang uwuh dan bir Jawa khas Jogjakarta, wedang bajigur dan bandrek khas Jawa Barat, bir pletok khas Betawi, wedang cemol khas Solo, wedang Cemoe khas Jawa Timur, dan sebagainya.
Satu lagi minuman tradisional yang bisa disebut, yaitu wedang ronde. Wedang ronde adalah minuman tradisional yang telah lama populer di kalangan khalayak Indonesia. Minuman ini biasanya dijajakan di gerobak pinggir jalan. Di antaranya banyak ditemui di Jogjakarta, Semarang, dan kota-kota lain di Jawa Tengah.
Di Jogjakarta, penjual wedang ronde banyak dijumpai di alun-alun kidul maupun di sudut-sudut kota pada malam hari. Di luar daerah yang disebutkan, wedang ronde juga bisa dijumpai, tapi tidak sebanyak di Jawa Tengah dan Jogjakarta.
Saking populernya, banyak yang mengira minuman tradisional ini indigenous Indonesia, padahal tidak. Wedang ronde adalah minuman tradisional hasil perpaduan antara budaya kuliner Tionghoa dan Indonesia.
Nicholas Molodysky dalam buku Kuliner Tionghoa di Indonesia, Rahasia Resep & Kisah di Baliknya (2019) menyebutkan, ronde merupakan salah satu makanan khas Tiongkok yang sudah teradaptasi dan menjadi makanan yang sangat umum di Indonesia.
Di Tiongkok, ronde disebut Tāngyuán atau tangyuan yang merupakan metafora dari reuni keluarga. Ronde terbuat dari tepung ketan yang dicampur sedikit air dan dibentuk bulat menyerupai bola, direbus, dan disajikan dengan kuah manis. Ukurannya bisa kecil atau besar, diberi isi maupun tidak.
Baca Juga: Menyelisik Ragam dan Sejarah Sambal di Indonesia
Di Tiongkok, tangyuan atau ronde awalnya dikonsumsi saat festival, namun sekarang telah menjadi jajanan yang biasa dikonsumsi kapan pun di sepanjang tahun. Tangyuan pun tak lagi berwarna putih, tetapi juga dibuat warna-waarni dengan untuk menarik konsumen. Tangyuan juga diberi aneka rasa seperti diberi isi cokelat, kentang tumbuk, atau pasta labu kuning. Masyarakat Tiongkok ada yang mencampur wijen, kacang, dan pasta kacang manis untuk isinya.
Artikel Terkait
Kabar Bohong Saat Bencana Alam
Kontroversi Ucapan Selamat Natal
Alasan Orang Menonaktifkan Centang Biru pada Aplikasi WhatsApp
Wujudkan Keberhasilan Penanganan Covid-19, Pemprov DKI Jakarta Terapkan Intervensi Organisasi
Menyelisik Ragam dan Sejarah Sambal di Indonesia
Dear Anak Muda, Yakin Mau Mulai Investasi?
Ria Bermedia
Hoaks dan Era Digital dalam Praktik Corporate Communication
Menengok Daya Tarik Kampung Cibunut Berwarna yang Memesona dan Edukatif
Duet SinCan Harus Buktikan Diri sebagai Predator Mematikan Persib Bandung