Para peneliti menduga sejarah rendang telah dimulai sejak abad ke-16, dengan catatan mengenai rendang mulai ditulis secara masif pada awal abad ke-19.
kuliner Indonesia tidak hanya kaya dan beragam, tapi juga dikenal dengan cita rasa kelezatannya. Mendiang Bondan Winarno menyebut masakan Indonesia termasuk dalam kategori dangerously delicious. Kelezatannya tidak hanya sering membuat kita semua terlena, tapi juga diakui oleh dunia.
Salah satu kuliner Indonesia yang masyhur kelezatannya adalah rendang. Rendang masuk ke dalam daftar 30 Ikon kuliner Tradisional Indonesia yang dicanangkan oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mari Elka Pangestu, pada akhir tahun 2012. Bondan Winarno memasukkan rendang ke dalam daftar 100 Mak Nyus Makanan Tradisional Indonesia (2013).
Tahun 2013, rendang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia. Saat ini, rendang sedang diperjuangkan untuk masuk ke dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO.
Pada 2018, rendang secara resmi ditetapkan sebagai salah satu dari lima hidangan nasional (national food) Indonesia oleh Kementerian Pariwisata. Lima hidangan itu, selain rendang, ada soto, sate, nasi goreng, dan gado-gado.
Di level dunia, survei CNN dari 2007-2017 menobatkan rendang dalam urutan pertama dari seluruh jajaran makanan terenak di dunia atau “The world’s Most Delectable Food”. Meski survei CNN terbaru tahun 2021 menempatkan rendang tak lagi di urutan pertama, namun di urutan kesebelas, namun setidaknya kelezatan rendang masih tetap diperhitungkan di kancah internasional.
Baca Juga: Mengungkap Asal-usul Ayam Geprek, Pembuat Pertamanya dari Jogjakarta Tahun 2003
Rendang dari kata marandang
Makanan khas Minangkabau ini memang sangat populer kelezatannya. Hingga kini, rendang tetap bertahan, bahkan banyak yang berinovasi di tengah serbuan kuliner modern. Dalam buku Citarasa Indonesia, Ekspresi kuliner William Wongso, William Wongso menyatakan, masakan Minang yang paling terkenal adalah rendang. Masyarakat Indonesia suka sekali pada hidangan daging kental ini, yang mengeluarkan aroma santan kelapa berempah dan rasa karamel yang timbul dari manisnya kelapa masak.
Tampilannya kehitaman, tapi tidak hangus. Bisa jadi ini berawal dari kebiasaan dahulu kala ketika belum ada kulkas. Masakan selalu dihangatkan kembali keesokan harinya sehingga timbul penampilan yang kecoklatan itu. Dari sinilah, menurut William Wongso, rendang tak mungkin tampil merah, hijau, atau kuning.
Sesungguhnya di Sumatra Barat—daerah asal makanan ini, orang setempat menyebutnya randang. Randang berasal dari kata “marandang”, yaitu memasak santan hingga kering secara perlahan. Namun, dalam realitas, kata rendang lebih populer dan familiar daripada randang. Bahkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) juga tertulis rendang, bukan randang.
Bondan Winarno (2013) menyatakan, nama rendang sendiri berasal dari proses memasaknya, yaitu di-randang alias slow braising, dimasak dengan api kecil dan lama. Umumnya, santan kental dimasak dengan bumbu sampai minyaknya terpisah.Pada tahap ini dipergunakan kayu bakar untuk mendapatkan panas yang intens, sementara santan terus diaduk. Sesudah santan pecah, barulah daging dimasukkan. Pada tahap ini api dikecilkan dengan memakai sabut kelapa. Proses mengaduk terus dilakukan agar proses reduksi menghasilkan karamelisasi yang merata, bukan gosong alias hangus.
Baca Juga: Ayam Panggang Klaten: Dibuat Ny. Ang Bie Sejak 1950-an
Murdijati Gardjito, dkk dalam buku kuliner Minangkabau, Pustaka Nenek Moyang yang Pantas Disayang (2019) menyatakan, dari sisi proses, merendang mirip dengan hangudeg, yaitu proses membuat gudeg, hanya bumbu dan hasil akhirnya berbeda. Merendang melalui dua tahapan yang namanya berbeda karena fase pertama dari merendang adalah menghasilkan produk yang disebut gulai. Makin lama diaduk dan dipanaskan, jadilah kalio, yang kuahnya lebih kental dan berbumbu daripada bahan yang digulai.
Artikel Terkait
Teknologi Artificial Intelligence dalam Dunia Pendidikan: Memanfaatkan atau Digantikan
Pendidikan Islam Melahirkan SDM Unggul dan Berkualitas
Sejarah dan Filosofi Lemper Sanden: Kudapan Legendaris Bantul dan Simbol Perekat Persaudaraan
Khasiat Air Kelapa untuk Kesehatan
Ayam Panggang Klaten: Dibuat Ny. Ang Bie Sejak 1950-an
Membangun SDM Daerah Melalui Pendidikan
Kesebelasan DIANA, dari Insyafiah Adanya Nama Afiat
Mengungkap Asal-usul Ayam Geprek, Pembuat Pertamanya dari Jogjakarta Tahun 2003
Geotrek, Perjalanan Seirama Tarian Semesta
Istikamah dalam Kebaikan