Mengungkap Asal-usul Ayam Geprek, Pembuat Pertamanya dari Jogjakarta Tahun 2003

- Jumat, 10 Desember 2021 | 10:31 WIB
Ayam geprek, kuliner kreasi Ruminah dari Jogjakarta. Tahun 2017 menjadi trending karena banyaknya gerai ayam geprek yang berdiri, di antaranya menggunakan sistem waralaba.  (Badiatul Muchlisin Asti)
Ayam geprek, kuliner kreasi Ruminah dari Jogjakarta. Tahun 2017 menjadi trending karena banyaknya gerai ayam geprek yang berdiri, di antaranya menggunakan sistem waralaba. (Badiatul Muchlisin Asti)

Asal-asul ayam geprek bermula di kota Jogjakarta. Ruminah atau biasa dipanggil Bu Rum disebut-sebut sebagai kreator pertama ayam geprek.

Khazanah kuliner Indonesia tidak hanya disemarakkan oleh ragam kuliner pusaka warisan leluhur tempo dulu, namun juga diperkaya dengan hadirnya aneka kuliner kreasi kekinian. Salah satunya adalah ayam geprek.

Ayam geprek memang tergolong ‘pendatang baru’ dalam khazanah kuliner Indonesia. Tapi popularitasnya langsung meroket di blantika kuliner Indonesia. Bahkan ayam geprek tergolong kuliner kreasi yang sempat trending dan fenomenal.

Google mencatat, pada tahun 2017, ayam geprek menjadi salah satu makanan yang paling banyak dicari orang Indonesia di mesin pencarian. Go-Food mencatat, pada tahun 2020, ada 300 juta porsi ayam geprek yang dipesan sepanjang tahun 2019.

Ayam geprek yang populer dan fenomenal itu, menunjukkan penerimaan kuliner kreasi ini oleh publik. Ayam geprek sendiri adalah ayam goreng berbalut tepung ala KFC yang kemudian diulek atau dibalur dengan sambal. Geprek adalah istilah Jawa yang berarti “dipukul” atau “ditekan”, sehingga ayam geprek adalah ayam goreng tepung yang dipukul atau ditekan dengan ulekan, lalu dicampur atau dibalur dengan sambal.

Sepintas, ayam geprek mirip dengan ayam penyet yang lebih dulu populer. Keduanya sama-sama ayam goreng yang dipukul atau ditekan dengan ulekan, lalu dicampur atau dibalur dengan sambal. Perbedaannya terletak pada ‘pengolahan’ ayamnya. Ayam penyet adalah ayam goreng tradisional Jawa yang diungkep dengan bumbu kuning lalu digoreng. Adapun ayam geprek adalah ayam goreng berbalut tepung yang dibumbui.

Ayam goreng tepung dalam ayam geprek merupakan adaptasi dari ayam goreng ala Barat atau lazim disebut fried chicken ala Amerika. Fried chicken ala Amerika ini di-create pertama kali oleh Kolonel Harland Sanders, seorang pengusaha asal Amerika yang dikenal sebagai pendiri Kentucky Fried Chicken (KFC). KFC masuk pertama kali ke Indonesia tahun 1979. Gerai pertamanya di Jalan Melawai, Jakarta.

Baca Juga: Ayam Panggang Klaten: Dibuat Ny. Ang Bie Sejak 1950-an

Asal-usul Ayam Geprek

Asal-asul ayam geprek bermula di kota Jogjakarta. Ruminah atau biasa dipanggil Bu Rum disebut-sebut sebagai kreator pertama ayam geprek. Sebelum berkreasi membuat ayam geprek, Ruminah berjualan lotek, soto, dan lainnya. Ayam geprek merupakan hasil kreasi Ruminah pada tahun 2003.

Kisahnya, sebagai penjual aneka makanan, suatu ketika Ruminah mulai menambah daftar menu jualannya dengan ayam kentucky—istilah umum untuk menyebut ayam goreng tepung ala KFC. Dari ayam goreng tepung inilah kemudian lahir ayam geprek. Ide ayam geprek memang bukan dari dirinya, melainkan dari salah seorang pelanggan warungnya.

Ketika itu, ada salah satu pelanggannya, seorang mahasiswa asal Kudus, Jawa Tengah, yang meminta ayam goreng tepungnya diberi sambal, lalu diulek agar teksturnya hancur.  Banyak pelanggan yang memberi nama untuk “menu baru” itu. Ada yang bilang ayam gejrot, ada juga yang bilang ayam ulek. Akhirnya, oleh Ruminah, ayam goreng bertepung yang diulek sambal itu diberi nama ayam geprek.

Dari situlah, sajian ayam goreng tepung yang digeprek dengan sambal itu, akhirnya populer dan disukai banyak orang. Mulai dari kalangan mahasiswa, pekerja kantoran, sampai wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta. Ayam geprek biasa disajikan dengan nasi putih hangat, dilengkapi lalapan irisan mentimun dan kerupuk.

Baca Juga: Khasiat Air Kelapa untuk Kesehatan

Ayam Geprek Menjadi Fenomena Populer

Halaman:

Editor: Aris Abdulsalam

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Relasi Sipil-Militer dan Demokratisasi di Indonesia

Rabu, 27 September 2023 | 11:56 WIB

Etika Berbahasa di Media Sosial

Selasa, 26 September 2023 | 12:01 WIB

Siapakah (Calon) Presiden yang Terbaik?

Minggu, 24 September 2023 | 18:21 WIB

Proyek KCJB (Kereta Cepat Jakarta Bandung), untuk Siapa?

Jumat, 22 September 2023 | 17:47 WIB

Industriawan Militer Menjadi Penghambat Perdamaian!

Kamis, 21 September 2023 | 12:05 WIB

Generasi Z dan Pelaksanaan Profil Pelajar Pancasila

Minggu, 10 September 2023 | 17:49 WIB

Mengintip Bioskop Zaman Baheula di Bandung

Minggu, 10 September 2023 | 15:32 WIB

Mau Sampai Kapan Kita Bergantung pada TPA Sarimukti?

Kamis, 7 September 2023 | 16:16 WIB

Pemimpin Baru Menghadapi Situasi yang Tidak Nyaman

Rabu, 6 September 2023 | 11:27 WIB
X