Sejarah dan Filosofi Lemper Sanden: Kudapan Legendaris Bantul dan Simbol Perekat Persaudaraan

- Selasa, 7 Desember 2021 | 16:18 WIB
Begini Sejarah Lemper sanden, kudapan dari Pedukuhan Sanden, Bantul, DI Jogjakartta.  (Badiatul Muchlisin Asti)
Begini Sejarah Lemper sanden, kudapan dari Pedukuhan Sanden, Bantul, DI Jogjakartta. (Badiatul Muchlisin Asti)

Tentang sejarah lemper sanden, sangat terikat kuat dengan tradisi Majemukan yang ada bahkan sebelum Islam datang ke Sanden. 

Indonesia kaya khazanah kuliner dengan beraneka macam ragamnya. Selain aneka sajian dari beras dan singkong, hidangan sayur dan lauk pauk berkuah dan tidak berkuah, aneka lauk pauk gorengan dan bakar, dan aneka minuman, negeri ini juga kaya kudapan (snack).

Salah satu kudapan tradisional khas Indonesia yang sangat populer adalah lemper.

Lemper adalah kudapan yang terbuat dari ketan yang dibungkus dengan daun pisang. Tampilannya menyerupai lontong tapi lebih kecil. Isiannya berupa abon atau cincangan daging ayam.

Dulu, saat harga daging terbilang mahal, lemper dibuat dengan isian kelapa parut yang dibumbui dengan cita rasa dominan manis, yang biasa disebut serundeng. Saat ini varian isian lemper lebih beragam lagi.

Orang Indonesia biasa menjadikan lemper sebagai pengganjal perut sebelum makan utama, karena lemper memang cukup mengenyangkan. Lemper sering dijadikan sebagai menu favorit dalam snack box yang disuguhkan di pelbagai acara, baik acara formal atau non-formal.

Di Jawa, lemper biasa disuguhkan dalam acara pesta hajatan, seperti acara mantenan (resepsi pernikahan) dan acara syukuran lainnya. Dalam acara-acara seperrti itu, lemper hampir selalu dihadirkan karena rasanya yang enak dan digemari oleh semua usia.

Lemper masuk dalam buku 1010 Resep Asli Masakan Indonesia yang disusun oleh Tim Tujuh Sembilan Tujuh yang diterbikan olah Gramedia Pustaka Utama (2008). Dalam buku tersebut, lemper masuk dalam kategori ‘aneka penganan dan jajanan’.

Baca Juga: Sejarah Pecel Lele, Sajian Lele Goreng Sedap Khas Lamongan

Dalam khazanah lemper, di Jawa ada varian lemper yang populer dengan nama semar mendem. Lemper varian ini tidak dibungkus daun pisang, melainkan dibungkus dengan kulit yang terbuat dari campuran telur dan tepung terigu yang dipanaskan dengan cepat sehingga bentuknya memadat. Jadi, perbedaan antara lemper dan semar mendem hanya terletak pada bagian bungkusnya, sementara isiannya tetapi sama, yaitu cincangan daging ayam atau abon.

Lemper termasuk kudapan yang mudah dibuat. Hanya saja membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuatnya.  Langkah pertama membuat lemper adalah menyiapkan bahan. Bahan utamanya adalah ketan yang telah dicuci bersih dan direndam semalaman, santan kental, garam, daun pisang unttuk membungkus, dan minyak untuk mengoles.

Untuk isian, siapkan cincangan daging ayam dan minyak untuk menumis, daun salam, lengkuas yang dimemarkan, seledri, dan santan kental. Bumbu halus untuk isian meliputi: bawang merah, bawang  putih, kemiri, ketumbar, jintan giling, dan garam.

Adapun cara membuatnya, kukus beras ketan hingga setengah matang. Didihkan santan dan garam, tuang sedikit demi sedikit ke dalam ketan. Kukus kembali hingga matang. Angkat. Lalu buat isiannya: tumis bumbu halus, masukkan daging, aduk-aduk. Tuangkan santan, masak hingga kental dan agak kering.

Langkah selanjutnya, bentuk ketan bulat lonjong, isi dengan adonan isi. Bungkus dengan daun pisang, semat kedua ujungnya dengan lidi. Kukus atau bakar lemper sebelum disajikan. Bakar di atas bara api sambil dibolak-balik dan dilumuri minyak. Tips bila memilih membakar lemper, pastikan menggunakan api kecil agar tidak terlalu gosong dan aroma daun pisang tetap tercium.

Halaman:

Editor: Aris Abdulsalam

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Amerika Serikat Menghadapi China Sambil Berbisnis

Selasa, 3 Oktober 2023 | 12:11 WIB

Relasi Sipil-Militer dan Demokratisasi di Indonesia

Rabu, 27 September 2023 | 11:56 WIB

Etika Berbahasa di Media Sosial

Selasa, 26 September 2023 | 12:01 WIB

Siapakah (Calon) Presiden yang Terbaik?

Minggu, 24 September 2023 | 18:21 WIB

Proyek KCJB (Kereta Cepat Jakarta Bandung), untuk Siapa?

Jumat, 22 September 2023 | 17:47 WIB

Industriawan Militer Menjadi Penghambat Perdamaian!

Kamis, 21 September 2023 | 12:05 WIB

Generasi Z dan Pelaksanaan Profil Pelajar Pancasila

Minggu, 10 September 2023 | 17:49 WIB

Mengintip Bioskop Zaman Baheula di Bandung

Minggu, 10 September 2023 | 15:32 WIB
X