Sejarah swike purwodadi telah ditorehkan lewat jejak panjang perjalanannya. Tahun 1901 disebut-sebut sebagai tahun di ketika sajian kuliner berbahan paha katak mulai eksis.
Boleh jadi, Grobogan, Jawa Tengah, lamat-lamat dalam atlas kuliner Indonesia. Namun, harus diakui, Grobogan punya kuliner khas yang cukup masyhur bernama swike Purwodadi.
Swike adalah masakan dari paha katak yang diolah menjadi berbagai variasi masakan, seperti dalam bentuk sup, pepes, tumis, maupun goreng.
Swike Purwodadi sendiri adalah sajian yang dipengaruhi tradisi kuliner Tionghoa. Di kota Purwodadi—ibu kotanya Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, sejak dulu banyak warga Tionghoa yang tinggal, menetap, dan bergaul akrab dengan masyarakat setempat. Merekalah yang memperkenalkan kuliner swike, sehingga swike menjadi populer dan akhirnya dikenal sebagai kulines khas Purwodadi.
Meski swike juga eksis di Jogjakarta, Solo, Semarang, dan kota-kota lainnya, namun swike Purwodadi yang paling terkenal. Hiang Marahimin dalam buku Masakan Peranakan Tionghoa Semarang (2011) menyatakan, daging kodok termasuk bahan yang sangat dihargai dalam dapur Tionghoa. Antara lain karena saat digoreng, dagingnya tidak menjadi liat seperti daging ayam.
Masih menurut Hiang Marahimin, tidak semua kodok bisa dimakan. Daging kodok yang paling bagus berasal dari Purwodadi. Masakan swike yang terkenal pun disebut swike purwodadi.
Bondan Winarno dalam buku 100 Mak Nyus Joglosemar (2016) juga menyatakan, Purwodadi merupakan kota yang terkenal dengan masakan swike. Meski swike juga eksis di Semarang, Solo, maupun Jogja.
Menurut Bondan, katak memiliki tekstur daging yang lembut dan empuk. Mirip ayam, tetapi jauh lebih lembut. Katak dapat digoreng dengan tepung, atau digoreng dengan mentega, maupun dimasak dengan kuah tauco.
Paha katak yang berukuran besar biasanya lebih sesuai untuk digoreng tepung. Sedangkan yang berukuran kecil dan sedang cocok dimasak kuah. Paduan aroma jahe, tauco, dan bawang putih sangat harum dan menggugah selera.
Artikel Terkait
Christiaan Johannes Brookman: Presiden LUNO dan Pilar SIDOLIG
Gudeg: Ikon Kuliner Jogjakarta, Kreasi Prajurit Mataram dan Simbol Perlawanan
Diversifikasi Prestasi Olahraga Nasional
Nasi Megono ‘Kuliner Rakyat’ Khas Pekalongan: dari Menu Sesaji hingga Jadi Ransum Tentara
Peluang Iran untuk Sedikit Bernapas
Sejarah Pecel Lele, Sajian Lele Goreng Sedap Khas Lamongan
Kisah Barsisha dan Ajaran Berharga tentang Aib Manusia
Dari Dominique Willem Berretty untuk Masjid Nijladweg Cipaganti
Pecel Gudeg: Sajian Lezat dari Jember Jawa Timur, Paduan Istimewa Pecel dan Gudeg
Menguak Problem Mendasar Upah Buruh dan Solusinya