Pecel Gudeg: Sajian Lezat dari Jember Jawa Timur, Paduan Istimewa Pecel dan Gudeg

- Selasa, 30 November 2021 | 17:59 WIB
Pecel gudeg khas Jember, perpaduan istiemwa antara pecel dan gudeg. (Badiatul Muchlisin Asti)
Pecel gudeg khas Jember, perpaduan istiemwa antara pecel dan gudeg. (Badiatul Muchlisin Asti)

Soal pecel gudeg, kita memang harus menyebut Jember, Jawa Timur, karena di “kota suwar-suwir” itulah kuliner itu berada dan populer serta menjadi salah satu jujugan wisata kuliner di sana.

Boleh dikata, Jawa Timur adalah surga bagi para pencinta kuliner Indonesia. Di wilayah ini, banyak dijumpai kuliner-kuliner lezat seperti rawon, ayam lodho, soto ayam, rujak cingur, nasi krawu, sate komoh, ate klopo, sate ponorogo, dan sebagainya. 

Juga, di Jawa Timur dijumpai sejumlah kreasi kuliner yang merupakan fusion (kombinasi) dari dua menu, antara lain rujak soto, pecel lodeh, pecel rawon, dan pecel gudeg. Yang disebut terakhir, yaitu pecel gudeg, adalah kreasi kuliner yang populer di Jember.  

Jawa Timur memang gudangnya pecel. Di wilayang ini ada beberapa pecel yang masyhur, yaitu pecel blitar, pecel semanggi, pecel kediri, pecel ponorogo, dan pecel madiun. Adapun gudeg, populer sebagai kuliner khas Jogjakarta. Bagaimana bila dua kuliner pusaka itu dipadu? Maka, jadilah pecel gudeg.

Soal pecel gudeg, kita memang harus menyebut Jember, Jawa Timur, karena di “kota suwar-suwir” itulah kuliner itu berada dan populer serta menjadi salah satu jujugan wisata kuliner di sana.

Pecel gudeg adalah kreasi brilian, memadukan dua kuliner lintas daerah menjadi sebuah “kuliner baru” dengan cita rasa yang istimewa. Pecel dan gudeg dipadu ternyata menghasilkan cita rasa yang unik dan eksotik. Pantas bila kreativitas ini berbuah berkah dan apresiasi masyarakat berupa penerimaan oleh publik atas kuliner ini.

Baca Juga: Gudeg: Ikon Kuliner Jogjakarta, Kreasi Prajurit Mataram dan Simbol Perlawanan

Dalam seporsi pecel gudeg, terdiri dari pecel berupa kacang panjang dan kecambah yang disiram sambal kacang yang tone-yang cukup pedas, sepotong daging ayam, telur, gudeg yang terbuat dari nangka muda yang diolah gurih, sambal goreng krecek, dan sambal, serta diilengkapi lauk rempeyek kacang.

Cita rasa gudeg dalam pecel gudeg dimodifikasi dan disesuaikan dengan selera masyarakat Jawa Timur. Rona gudeg dalam pecel gudeg tidak secoklat gudeg Jogja. Taste-nya pun disesuaikan. Bila gudeg khas Jogja umumnya cenderung manis, gudeg dalam pecel gudeg Jember lebih cenderung gurih-asin sesuai selera lidah masyarakat Jawa Timur.

Sosok yang disebut-sebut sebagai pencetus pecel gudeg Jember adalah Ibu Laksono, seorang perantau dari Wonogiri, Jawa Tengah. Sejak tahun 1968, Ibu Laksono merintis kuliner pecel gudeg ini di Jember—setelah sebelumnya, sempat malang melintang di dunia kuliner dengan jualan jamu keliling di Bondowoso sejak sekitar tahun 1958.

Baca Juga: Sejarah Pecel Lele, Sajian Lele Goreng Sedap Khas Lamongan

Warung Nasi Gudeg Jember Lumintu adalah warung yang dirintis Ibu Laksono dengan menawarkan menu spesial ‘pecel gudeg’.  Sebenarnya warung ini menjual nasi gudeg, nasi pecel, dan nasi campur alias pecel gudeg. Namun pecel gudeg-lah yang menjadi favorit pengunjung. Juga, meski warung ini tak hanya menawarkan pecel gudeg, namun juga menu lainnya yaitu soto ayam, namun pecel gudeg tetap yang paling diburu pengunjung.

Apalagi gudeg Warung Nasi Gudeg Jember Lumintu termasuk spesial. Gudegnya dimasak di atas tungku kayu bakar—sebagaimana proses memasak gudeg di Jogjakarta. Proses memasaknya dilakukan sehari sebelum disajikan. Sehingga bumbunya benar-benar meresap. Dalam sehari, sekitar 10 panci besar gudeg bisa tandas.

Kini Warung Nasi Gudeg Jember Lumintu tidak hanya masih eksis, namun juga menjadi salah satu pilihan  jujugan wisata kuliner di Jember. Popularitas pecel gudeg Lumintu—meminjam  istilah artis Syahrini—begitu cetar membahana. Sehingga meskipun lokasinya tidak di pinggir jalan raya, namun ndelik alias masuk gang sekitar 400-an meter, namun setiap hari selalu dipadati pengunjung. Sesuai nama warungnya, lumintu, pengunjungnya datang terus menerus atau berkesinambungan.

Halaman:

Editor: Aris Abdulsalam

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Matinya Empati di Media Sosial

Senin, 20 Maret 2023 | 09:24 WIB

Situ Lembang Danau Kaldera Gunung Sunda

Jumat, 17 Maret 2023 | 13:50 WIB

Bahagiakan Dirimu dengan Membahagiakan Orang Lain

Kamis, 16 Maret 2023 | 14:55 WIB

Demi Sebuah Konten, Agama pun Digadaikan

Senin, 13 Maret 2023 | 15:32 WIB

Dalam Berumah Tangga, Hati-Hati Tipu Daya 'Dasim'

Minggu, 12 Maret 2023 | 12:30 WIB

Oeij Boen Hoen: Letnan Tionghoa Pertama Bandung

Jumat, 10 Maret 2023 | 10:05 WIB
X