Meski masyhur sebagai oleh-oleh khas Semarang, tapi wingko babat sebenarnya bukan kudapan asli Semarang. Wingko babat — sesuai namanya—berasal dari Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Dari Lamongan Jadi Oleh-oleh Khas Semarang
Bicara soal sejarah kuliner untuk kudapan yang satu ini, Murdijati Gardjito, dkk., dalam buku Kuliner Semarangan, Menikmati Rasa di Sepanjang Pesisir Utara Jawa, mencecap Lezatnya Kekayaan Cita Rasanya (2019) menyatakan, nama babat pada kudapan ini berasal dari nama suatu daerah di Lamongan, Jawa Timur.
Wingko babat sudah ada sejak zaman Belanda. Salah satu depot tertua adalah depot wingko babat Loe Lan Ing (LLI). Depot Loe Lan Ing berada sekitar 1 km di sebelah barat pertigaan Babat yang merupakan pertigaan titik temu antara kota Surabaya, Tuban, dan Bojonegoro. Lalu oleh sepasang suami istri keturunan Tionghoa yang berasal dari Babat, wingko tersebut dikembangkan di daerah Semarang pada tahun 1946. Kudapan yang terasa manis tersebut ternyata disukai oleh masyarakat kota Semarang dan hingga sekarang dikenal dengan nama wingko babat.
Sepasang suami istri keturunan etnis Tionghoa yang membawa wingko babat sekaligus menjadi pelopor produksi wingko babat di kota Semarang adalah Loe Lan Hwa bersama suaminya yang bernama The Ek Tjong (D Mulyono) pada 1946. Keduanya juga berasal dari Babat, Lamongan—tempat kudapan ini berasal.
Mereka datang ke Semarang beserta kedua anaknya yang masih kecil, The Giok Kwie (6 tahun) dan The Gwat Kwie (4 tahun), dalam rangka mengungsi dari kota Babat ke kota Semarang sekitar tahun 1944. Mereka mengungsi ke kota Semarang mencari penghidupan yang lebih aman di tengah huru-hara yang melanda kota Babat—sebagai dampak dari kekalahan Jepang di Perang Dunia II.
Saat mereka datang, di Semarang belum ada satu pun penjual wingko. Dari situlah, tahun 1946, Loe Lan Hwa berinisiatif memproduksi wingko dengan dibantu suaminya, The Ek Tjong. Wingko hasil produksinya itu lalu dijual dengan cara menjajakannya dari rumah ke rumah, di samping dititipkan di sebuah depot sederhana yang menjual oleh-oleh di stasiun kereta api Tawang, Semarang. Setiap kereta berhenti, penjaga depot oleh-oleh menawarkan wingko beserta penganan lainnya kepada penumpang kereta api.
Wingko buatan Loe Lan Hwa disukai oleh warga kota Semarang. Tak sedikit yang bertanya nama kue tersebut kepada Loe Lan Hwa. Pertanyaan itu pun dijawab oleh Loe Lan Hwa dengan menyebut kue buatannya sebagai “Wingko Babat”. Nama babat di belakang wingko disematkan sebagai penghargaan kepada daerah tempat kudapan itu berasal, sekaligus kenang-kenangan terhadap kota Babat—tempat ia dibesarkan
Wingko babat buatan Loe Lan Hwa terkenal enak, sehingga makin populer dan diburu banyak orang sebagai oleh-oleh setiap mereka berkunjung ke Semarang. Dari sinilah, hingga akhirnya, orang-orang mengenal wingko babat sebagai oleh-oleh khas Kota Semarang, meskipun sebenarnya berasal dari Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur.
Wingko Babat Cap Kereta Api, Pelopor Wingko Babat di Semarang
Artikel Terkait
Proses Terbentuknya Karanghawu
Lezatnya Pempek Khas Palembang, dari Penganan Adat Jadi Kudapan Favorit Nusantara
Pahlawan Big Data di Tengah Pandemi
Risalah Untuk Calon Suamiku
Hikayat Wedang Uwuh: Minuman Favorit Sultan dan Ikon Jogjakarta
Mendidik dengan Sepenuh Hati
Joki Tugas, Rahasia Umum di Masyarakat
Permendikbud Ristek Nomor 30: Mengapa Frasa 'Tanpa Persetujuan Korban' Dimaknai 'Melegalkan Seks Bebas'?
Villa Isola: Venesia Kecil di Bandung Utara
Pemimpin Masa Depan Bicara di Forum Dialog IISS