Letnan Cornelis Ouwehand mulanya pernah berprofesi sebagai wasit sepak bola. Ia kemudian menjadi Direktur Pekerjaan Umum.
Hari Sabtu, 18 Desember 1915, rumah Letnan Cornelis Ouwehand (1888-1973) dan segala isinya yang ada di Lombokstraat nomor 2 dilelang (AID De Preanger-bode, 17 Desember 1915).
Seperti umumnya para pegawai kolonial yang dipindah-tugaskan, Cornelis menjual harta bendanya yang ada di Bandung kala dipindahkan tempat dinasnya ke Kotaraja, Aceh, pada minggu kedua Desember 1915 (Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indie, HNDNI, 13 Desember 1915).
Siapakah Letnan Cornelis Ouwehand? Selain dikenal karena pangkatnya sebagai tentara, ternyata dia punya kontribusi signifikan bagi perkembangan persepakbolaan di Bandung. Selama masa dinasnya di Cimahi dan di Bandung antara 1913 hingga 1915, Cornelis ikut andil sebagai pemain, organistor, dan wasit sepak bola.
Bahkan, dia berjasa memberi jalan bagi klub UNI untuk menggunakan lapangan sepak bola milik militer yang sekarang dikenal sebagai Stadion Siliwangi.
Sebelum lebih jauh membahas sepak terjangnya di dunia persepakbolaan Bandung, saya akan menguraikan sedikit banyak riwayat hidup, termasuk latar belakang keluarganya.
Menurut data yang saya himpun dari antara lain genealogieonline.nl dan archieven.nl, Cornelis Ouwehand lahir di Katwijk, Belanda, pada 22 Juli 1888, sebagai anak sulung dari pasangan Cornelis Ouwehand (1854-1934) dan Cornelia Spaanderman (1854-1925). Cornelis merupakan anak keenam dari sebelas anak Cornelis-Cornelia.
Kakak-kakaknya antara lain Maarten (1880-1928), Zoetje (1881-1949), Jacobus (1883-1958), Dirk (1884-1967), dan Johannes (1886-1970). Sementara adik-adiknya Hendrik (1890-1957), Paulus Johannes (1892-1940), Jacoba Cornelia (1894-1896), dan Cornelia (lahir 1895).
Setamat sekolah menengah, pada 1905, Cornelis masuk akademi militer di Alkmaar (Cadettenschool te Alkmaar) Belanda untuk nantinya ditempatkan di Hindia Belanda (Voor den dienst in Ned-Indie). Rekan-rekan seangkatannya antara lain P.J. Graaff, F.M. Idzerda, J.P. Tuyter, K. de Ridder, J. A. Fleiscber, S. C. W. J. Bijl de Vroe, G. P. van Hecking Colenbrander, dan lain-lain (AID, 4 Juli 1905 dan 29 Juli 1905).
Artikel Terkait
SPARTA, Geng Hitam dari Cikudapateuh
Hotel Domba di Banjarsari Ciamis, untuk Manusia atau Hewan?
Menuntaskan Kasus Kekerasan pada Anak Secara Komprehensif
6 Tulisan Terpopuler Netizen Ayobandung.com Oktober 2021, Total Hadiah Rp1,5 Juta!
Sejarah dan Filosofi Mendoan: Gorengan Khas Banyumas dan Warisan Budaya Tak Benda
Menulis Satu Buku dalam Waktu Satu Jam? Mungkinkah?
Sate Buntel Solo, Sate Lezat yang Dibuat Lim Hwa Youe Sejak 1948
Menikmati Kampung Turis di Pantai Pangandaran
Prospek Pertemuan Wina yang Membahas Nuklir Iran
Pandemi, Resesi, dan Tugas Bersama Pulihkan Ekonomi