Kini, bahan tiruan serupa kulit (imitasi) tersebut semakin popular dengan sebutan Kulit Vegan. Produksi anak-anak Bandung ini layak dipuji.
Ide kreatif yang tergali dari sekelompok anak-anak Bandung ini, memang patut diacungi jempol.
Bagaimana tidak, di tengah lesuhnya pertumbuhan ekonomi, sekelompok anak-anak Bandung memanfaatkan limbah organi dan berinovasi dari material serupa kulit, yang digunakan jadi bahan dasar busana.
Sebagaimana kita ketahui, revolusi zaman tidak terlepas dari kemajuan industri pakaian, yang kadang dianggap sebagai bangkitnya spektrum mode. Ada banyak penggalian ide yang dikait-kaitkan dengan pergantian musim atau catatan babak sejarah busana, dan diangkat menjadi tema atau inovasi di dunia modeling.
Dunia fashion show, sangat bergantung kepada profesionalisme seorang perancang busana. Ini yang membuat mode busana selalu menjadi trending industri pakaian tiada henti, dan sering dianggap sebagai simbol yang melekat pada public figure, seperti pejabat atau artis dunia.
Berawal dari bahan material busana yang makin kritis, di mana busana mengandalkan kulit hewan atau bahan kain tenun, yang kini olahan produksinya tidak sebanding dengan kebutuhan pasar dunia, maka tentunya inovasi dari ide atau gagasan kuat akan memunculkan kreatifitas baru. Tentu tidak mudah untuk menciptakan kulit imitasi sebagai bahan produksi.
Bagaimana kemudian sekelompok anak-anak Bandung menciptakan kulit imitasi yang mengolah limbah organik, atau sering disebut daur ulang. Kulit imitasi ini menggunakan limbah kulit kopi, yang disebut sebagai misel. Untuk menjadikannya sebagai produk busana, diolah dengan menggunakan bakteri tertentu. Ini yang kemudian jadi penemuan produksi kulit tiruan.
Sebagai negara penghasil kopi dan peminat kopi, tentu Indonesia tidak akan kekurangan bahan dasar kulit tiruan ini.
Peluang yang sangat besar ini, adalah sebuah pencapaian prestasi anak-anak Bandung dalam membaca situasi ekonomi yang kian merosot. Kini, bahan tiruan tersebut semakin popular dengan sebutan Kulit Vegan.
Artikel Terkait
Misteri Perang Bubat: Kolofon Naskah Pangeran Wangsakerta
Jangan Bosan Berbuat Kebaikan Dalam Hidup Bermasyarakat
Babak Belur Peternak Ayam Petelur
Mengambil Foto di Terowongan Lampegan Sama dengan Bunuh Diri
Hari Libur Tanggal Merah Keagamaan Diundur, Perlukah?
Karena Faktor China, Asean Sulit Menekan Myanmar
Rangkaian Bukit Pasir, Tanggul Alami Penghalang Tsunami
Insulinde Medaille untuk Kompetisi Klub Pribumi
Indonesia Lahan Proxy War?
Misteri Perang Bubat dan Prasasti Horren yang Misterius