Jalan Setapak di Distrik Jampang Kulon Awal Abad ke-19

- Jumat, 15 Oktober 2021 | 08:52 WIB
Peta awal abad ke-19 berujudul D: Djampang Koelon, terdapat dalam dokumen F de Haan. (Arsip Nasional Republik Indonesia)
Peta awal abad ke-19 berujudul D: Djampang Koelon, terdapat dalam dokumen F de Haan. (Arsip Nasional Republik Indonesia)

Nama-nama geografi di Distrik Jampang Kulon awal Abad ke-19 itu ada yang masih dapat dikenali, namun ada juga yang sudah berganti nama.

Naluri manusia itu bergerak. Bergerak dari satu tempat ke tempat lainnya. Kembali ke tempat asal atau terus menetap di tempat baru. Bisa juga bergerak dari perkampungan ke lokasi tempat mencari bahan makanan dan sumber air.

Pergerakan inilah yang menyebabkan adanya upaya untuk berjalan di medan yang masih nyaman untuk dilalui oleh semua umur, karena yang bergerak itu bukan hanya orang dewasa, tapi termasuk anak-anak. Medan lintasan harus nyaman secara kejiwaan, tidak mengerikan bagi siapa saja yang akan melintasinya.

Jalan yang terasa paling nyaman untuk berjalan inilah yang akan terus dipakai untuk menghubungkan satu masyarakat dengan masyarakat lainnya.

Untuk memudahkan pendataan penduduk untuk kepentingan kompeni, seperti tanam paksa komoditas perkebunan, misalnya, maka dibuatlah peta penyebaran perkampungan di suatu distrik. Sebagai contoh, pada awal abad ke-19, Jampang Kulon itu merupakan distrik yang memiliki kawasan yang luas. Batas-batas wilayahnya, di barat dan di selatan berbatasan dengan laut (Samudra Hindia), di timur dibatasi oleh aliran Ci Kaso, dan di utara dibatasi oleh Ci Mandiri.

Bila dibandingkan dengan sutuasi saat ini, nama geografi Jampang Kulon adalah kecamatan di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Kecamatan Jampang Kulon luasnya 7,83 km persegi, terdiri dari 11 desa, yaitu: Bojonggenteng, Bojongsari, Cikarang, Cikaranggeusan, Ciparay, Jampang Kulon, Karanganyar, Mekarjaya, Nagraksari, Padajaya, dan Tanjung.

Dalam peta awal abad ke-19 yang berujudul D: Djampang Koelon, terdapat dalam himpunan peta dalam dokumen F de Haan, koleksi Arsip Nasional Republik Indonesia. Dalam peta itu tergambar dengan jelas penyebaran desa-desa, dengan nama-nama geografinya. Desa-desa itu dihubungkan oleh jaringan jalan setapak, yang sudah lazim dilalui oleh warganya.

Dalam peta nomor A 110 ini tertulis toponimi sungai sebanyak 24, setingkat kecamatan ada 7, dan setingkat desa sebanyak 35. Nama-nama geografi di Distrik Jampang Kulon awal Abad ke-19 itu ada yang masih dapat dikenali, namun ada juga yang sudah berganti nama.

Berikut ini 23 sungai yang ditulis dalam peta D: Djampang Koelon, yaitu: Ci Berang, Ci Buranten, Ci Gebang, Ci Kodehel, Ci Kalapa (1), Ci Kalapa (2), Ci Karangbolang, Ci Kaso, Ci Keris, Ci Kopo, Ci Langkap, Ci Lorok, Ci Maling, Ci Mandiri, Ci Marang, Ci Odong, Ci Pandak, Ci Pandan, Ci Pangramesan (1), Ci Pangramesan (2), Ci Parakansaat, Ci Parung, dan Ci Sero.

Tujuh nama geografi setingkat kecamatan, yaitu: Cidadap, Cikepok, Cimanggu, Lengkong, Pangramesan, Panumbakan, dan Wala(u)ran. Dalam peta itu terdapat setingkat 35 desa, yaitu: Babakanjengkol, Babakanhaur, Bantarkalong, Bantarpeuteuy, Bojongsari, Cibatu, Cibodas, Cibuang (?), Cicuruk(g), Cidadapgirang, Cigadoh(g), Cijulang, Cijure(y), Cikondang, Cilalay, Cilangkap, Cimarincang, Cipeundeuy, Cipicung, Cipicung, Ciracap, Cirangkong, Ciranji, Cisalut (?), Citangelan, Darmawangi, Karangpandak, Kedung, Lebaksiu(h), Legoknyenang, Leuwigunung, Pabuaran, Pasirpanjang, Pipisan, dan Pondokuyah.

Dalam peta itu digambarkan pula penyebaran empat goa, yaitu: Guha Dahu, Guha Gadok(g), Guha Pandan, dan Guha Sikarang.

Nama geografi yang terdapat di sepanjang pantai, yang membatasi distrik Jampang Kulon ada 17, yaitu: Batununggul, Batupandan, De wyn kopeers baai, Genteng, Ancol, Tanjung Citiro(e)m, Tanjung Goameong, Tanjung Goasanca, Tanjung Karangbolang, Tanjung Karanggajah, Tanjung Karangheulang, Tanjung Kiara, Tanjung Pacoor (?), Tanjung Separan, dan Tanjung Sedong.

Ada lima kerucut gunung yang berupa pegunungan, bukit, dan gunung, yaitu: Pegunungan Kadokan, Pasir Nangka, Gunung Kiarajajar, Gunung Badak, dan Gunung Bebek (?).

42 tempat yang terdapat dalam peta ini sudah saling terhubung oleh jaringan jalan setapak, yang biasa dilalui masyarakat dalam menjalin hubungan sosial, ekonomi, dan kebudayaan.

Halaman:

Editor: Aris Abdulsalam

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Wijkmeester Pecinan Suniaraja dan Citepus

Minggu, 26 Maret 2023 | 11:30 WIB

Respek dalam Berkomunikasi

Jumat, 24 Maret 2023 | 11:11 WIB

Ciledug Mengabadikan Sejarah Pembuatan Jalan Raya

Jumat, 24 Maret 2023 | 05:57 WIB

Menebar Dharma Agama dan Negara

Rabu, 22 Maret 2023 | 13:43 WIB

Pemborong Bangunan Tan Haij Long

Rabu, 22 Maret 2023 | 11:20 WIB

Rumitnya Nama Anak-Anak Zaman Sekarang

Selasa, 21 Maret 2023 | 12:40 WIB

Bahagia Menyambut Bulan Ramadhan

Selasa, 21 Maret 2023 | 12:00 WIB

Media Sosial dan Identitas Diri

Senin, 20 Maret 2023 | 09:24 WIB

Situ Lembang Danau Kaldera Gunung Sunda

Jumat, 17 Maret 2023 | 13:50 WIB

Bahagiakan Dirimu dengan Membahagiakan Orang Lain

Kamis, 16 Maret 2023 | 14:55 WIB
X