Mulanya Evergrande, lalu Fantasia, dan SINIC. Tiga perusahaan properti yang gagal membayar kewajibannya. Ratusan bahkan ribuan nasabah berdemo menuntut haknya.
Tak pelak, berita negatif seakan terus mengalir dari China.
Belum usai cerita itu. Muncul produsen kamera dan laptop kekurangan chip. Pengusaha China ingin membeli mesin EUV Lithography buatan Belanda, namun gagal lantaran ada komponen bikinan AS yang dilarang dikirim ke China.
Raksasa Korea Selatan Samsung. Toshiba. Supermarket Korea Selatan dan dua perusahaan keluar dari China. Pindah ke Vietnam, Indonesia serta pulang kampung. Dampaknya ribuan di-PHK.
Cerita diperburuk dengan krisis energi karena pengetatan penggunaan batubara sebagai sumber daya. Pemadaman listrik terjadi di banyak kota.
Perselisihan dengan Australia menyebabkan impor bijih besi berkurang hingga mengganggu industri manufaktur dan konstruksi. Citigroup Inc. JP Morgan Chase &Co serta Bank of America Corp. membantah telah memberi langsung pinjaman kepada Evergrande.
Kenapa Evergrande
Evergrande berutang obligasi kepada perbankan dan lembaga keuangan bukan bank di dalam dan di luar negeri. Belum membayar gaji buruh. Belum membayar kewajiban kepada para pemasok dan sebagainya. Data setiap hari bertambah. Jumlah tenaga yang terpengaruh meningkat. Bukan lagi puluhan ribu.
Evergrande mengulangi sejarah kebangkrutan perusahaan yakni tidak fokus pada satu bidang usaha. Bayangkan, Evergrande punya sedikitnya 798 proyek di 234 kota di 31 provinsi di seluruh China. Selain itu membangun industri kendaraan listrik, memiliki lembaga keuangan, bisnis perawatan kesehatan, obyek pariwisata budaya dan kesebelasan Guangzhou.
Hampir semua lini bisnisnya itu dibiayai utang dengan cara menerbitkan obligasi atau surat utang lain. Khusus calon pembeli properti, terlebih dahulu dimintai uang panjar disertai cicilan biaya pembelian.
Para calon pembeli ini panik ketika Evergrande diketahui gagal bayar dan properti berpotensi mangkrak. Ada kemungkinan mereka yang akan didahulukan penyelesaiannya. Mengingat dampak politisnya sangat kuat.
Para pemegang saham kemungkinan akan gigit jari sebab kerugian yang ditimbulkan mismanajemen ini dianggap merupakan resiko. Cuma pemegang obligasi yang akan diganti.
Seperti perusahaan lain, wabah Covid 19 juga menghambat tetapi yang paling mengganggu adalah . kebijaksanaan pemerintah yang disebut three red lines. Intinya (1) Rasio utang terhadap aset (tidak termasuk penerimaan uang muka) harus kurang dari 70%. (2) Ekuitas pemilik dengan peminjam kurang dari 100 persen. (3) Rasio kas terhadap hutang jangka pendek lebih dari 1x.
Penerbitan kebijaksanaan itu disebabkan otoritas moneter China melihat peningkatan utang yang luar biasa yang membahayakan perekonomian serta kenaikan harga tanah dan penjualannya yang menyebabkan inflasi.
Yang menjadi pertanyaan apakah Evergrande cs karena peraturan itu atau mencegah kemerosotan lebih dalam?
Artikel Terkait
Mengejar Angan Fiksi para Komikus
6 Tulisan Terpopuler Netizen Ayobandung.com September 2021, Total Hadiah Rp1,5 Juta!
Klub SS dari Jawatan Kereta Api
Nikah Siri dan Gunjingan Julid Warganet
Menghitung Hari-Hari Terakhir Robert Alberts di Persib
Misteri Perang Bubat: Bujangga Manik Ngalalar ka Bubat
Sanghyang Heuleut, Danau Pemandian Bidadari
Misteri Perang Bubat: Hanya Bersumber pada Naskah Terbatas
Misi Utusan Kesultanan Banten kepada Raja Inggris Tahun 1682: Untuk Pembelian Kesenjataan
Film Squid Game dari Kacamata Sosiologi: Teori Kerumunan dan Kepanikan Massal