Sanghyang Heuleut, Danau Pemandian Bidadari

- Kamis, 7 Oktober 2021 | 15:25 WIB
Sanghyang Heuleut, menurut sejarah, terbentuk dari letusan gunung Sunda. Mitosnya, danau ini pernah jadi tempat para bidadari untuk mandi. (Dok. Pribadi)
Sanghyang Heuleut, menurut sejarah, terbentuk dari letusan gunung Sunda. Mitosnya, danau ini pernah jadi tempat para bidadari untuk mandi. (Dok. Pribadi)

Sanghyang Heuleut, menurut sejarah, terbentuk dari letusan Gunung Sunda. Mitosnya, danau ini pernah jadi tempat para bidadari mandi dan membasuh diri.

Saat ini, kita berada pada masa di mana kita diharuskan untuk melakukan banyak kegiatan dari rumah. Pastinya jenuh dan penat telah bersarang di seluruh sudut kepala.

Demi menjaga kewarasan kita, sesekali dibutuhkan refreshing. Pergi ke tempat indah, seperti alam terbuka, dapat membantu menjernihkan pikiran.

Terdapat berbagai pilihan wisata, dimulai dari pantai, gunung, sekadar lapangan terbuka, hingga danau yang berada di area terpencil. Dengan membaca artikel ini, siapa tahu Anda terinspirasi untuk mengunjungi wisata alam Sanghyang Heuleut, yang baru terbesit di pikiran Anda.

Kelihatannya belum terlalu banyak orang yang sudah mengunjungi Sanghyang Heuleut. Danau yang berlokasi di Kabupaten Bandung Barat, Rajamandala Kulon ini, memiliki keunikan tersendiri.

Danau ini memiliki air yang jernih berwarna hijau terang dan dikelilingi oleh tebing-tebing batu cantik yang semakin memanjakan mata ketika Anda memandangnya. Mengunjungi danau ini dengan orang-orang terdekat Anda dapat menjadi pilihan tepat untuk menghilangkan stres.

Menurut sejarah, Sanghyang Heuleut terbentuk dari letusan Gunung Sunda. Mitosnya, dahulu danau ini merupakan tempat para bidadari untuk mandi dan membasuh diri. Maka dari itu, danau ini dipercaya sebagai danau yang suci. Lokasinya yang lumayan terpencil menjadikan tempat wisata ini terasa lebih private.

Dijamin, penat dan beban pikiran Anda seketika sirna saat Anda sampai di tempat wisata ini hanya dengan mengeluarkan Rp10.000,00 untuk tiket masuk per orangnya ditambah biaya parkir mobil Rp10.000,00 dan untuk motor Rp5.000,00 saja.

Untuk sampai ke lokasinya, Anda perlu memakan waktu perjalanan sekitar 1.5 jam jika Anda berangkat dari Kota Bandung. Sesampainya di Rajamandala, ada dua jalur yang bisa dilalui untuk sampai ke lokasi. Pertama, lokasi parkir utama di dekat PLTA.

Dari sini, Anda masih perlu melakukan hiking sekitar 1.5 jam dengan track menurun. Track yang dilalui sebelas-dua belas dengan track jika Anda sedang mendaki gunung. Bukan perjalanan yang mudah karena track-nya lumayan terjal, sempit, dan penuh batu.

Hiking ini juga sangat menguras tenaga. Namun, ada alternatif jika Anda tidak mau sepenuhnya menyusuri track ini, yaitu dengan menyewa ojek dengan tarif Rp40.000,00. Tarifnya cukup mahal bagi sebagian orang, tetapi cukup worth it untuk menghindari lelah. Tentunya tidak sepenuhnya jalur ini bisa dilalui oleh motor, mengingat track yang lumayan terjal dan penuh batu.

Jalur yang kedua biasa dilalui oleh motor karena jalur ini tersembunyi dan kecil. Akan tetapi, setelah sampai di parkiran, untuk menempuh perjalanan ke lokasi danau melalui jalur ini jauh lebih mudah dan waktu tempuhnya cenderung lebih cepat. Track-nya tergolong landai dan lebar. Selain itu, mata pun dimanjakan oleh pemandangan aliran sungai di sepanjang track serta goa di sekitarnya. Goanya pun tak kalah cantik. Dengan track ini, Anda dapat lebih menikmati perjalanan dan tidak perlu terburu-buru.

Pertama kali sampai di Sanghyang Heuleut, Anda pasti tercengang akan keindahan alamnya. Benar-benar definisi alam autentik tanpa sentuhan dan ubahan tangan manusia. Pepohonan rindang dan bebatuan berkombinasi menjadi satu kesatuan bahari. Membayar segala kelelahan dalam perjalanan.

Setelah mengganti baju di bilik ganti tanpa atap dan hanya dibalut oleh terpal, Anda bisa langsung menuju danau. Lokasi bilik ganti ke danau cukup dekat, Anda akan melalui beberapa spot cantik yang ada. Terdapat sebuah batu yang cukup besar dengan pepohonan layaknya hutan di belakangnya. Jika Anda tertarik, Anda dapat mengambil foto dengan duduk di atas batu dan bergaya seperti sedang bersemedi. Fotonya akan terlihat menarik karena pemilihan sudut yang pas.

Halaman:

Editor: Aris Abdulsalam

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Siapakah (Calon) Presiden yang Terbaik?

Minggu, 24 September 2023 | 18:21 WIB

Proyek KCJB (Kereta Cepat Jakarta Bandung), untuk Siapa?

Jumat, 22 September 2023 | 17:47 WIB

Industriawan Militer Menjadi Penghambat Perdamaian!

Kamis, 21 September 2023 | 12:05 WIB

Generasi Z dan Pelaksanaan Profil Pelajar Pancasila

Minggu, 10 September 2023 | 17:49 WIB

Mengintip Bioskop Zaman Baheula di Bandung

Minggu, 10 September 2023 | 15:32 WIB

Mau Sampai Kapan Kita Bergantung pada TPA Sarimukti?

Kamis, 7 September 2023 | 16:16 WIB

Pemimpin Baru Menghadapi Situasi yang Tidak Nyaman

Rabu, 6 September 2023 | 11:27 WIB

Literasi Majalengka Membumi dan Merangkul Langit

Kamis, 31 Agustus 2023 | 12:42 WIB
X