Misteri Perang Bubat: Bujangga Manik Ngalalar ka Bubat

Jika Bujangga Manik sampai pada wilayah spesifik tempat terjadinya Perang Bubat, maka ia seharusnya menukil beberapa kata terkait peristiwa tersebut.

Saat ini penulis akan membahas sebuah peristiwa yang telah tercatat di dalam buku-buku pelajaran sejarah saat penulis masih SD yaitu yang diajarkan pada pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa). Peristiwa itu adalah Peristiwa Bubat atau Pasuṇḍa-Bubat yang sangat melekat di hati penulis yang merupakan urang Sunda.

Apa yang menjadi kasang tukang (latar belakang) tulisan ini yaitu adanya sebuah hal yang sangat menarik yang penulis dapatkan saat membaca isi naskah Bujangga Manik yang terdapat di dalam buku Three Old Sundanese Poems karya J. Noorduyn dan A. Teeuw. Hal menarik tersebut adalah saat Bujangga Manik masuk ke wilayah Majapahit. Informasi tersebut ada di beberapa bagian.

Sadatang ka tungtung Su(n)da,

meu(n)tasing di Cipamali,

datang ka alas Jawa.

Ku ngaing geus kaideran,

lurah-lerih Majapahit,   

palataran alas Demak

Pada bagian itu disebutkan bahwa Bujangga Manik telah berkeliling ke seluruh wilayah Majapahit. Hanya saja di sana Bujangga Manik seolah-olah tanpa beban saat berkeliling wilayah Majapahit itu. Seolah-olah tak pernah terjadi suatu peristiwa antara Kerajaan Sunda dan Kerajaan Majapahit.

Apakah Bujangga Manik lupa? Ataukah ingat, hanya saja pada bagian itu Bujangga Manik tidak menceritakan wilayah spesifik, jadi mungkin peristiwa tersebut tidak ia kisahkan.

Penulis berpikir jika ia sampai pada wilayah spesifik tempat terjadinya Perang Bubat yaitu suatu tempat yang namanya Bubat, maka mungkin ia akan menukil barang beberapa kata atau kalimat terkait peristiwa Perang Bubat tersebut.

Untuk lebih jelas lagi mari kita lihat pada bagian berikutnya yang memiliki informasi terkait wilayah Majapahit. Pada bagian ini Bujangga Manik sangat jelas masuk ke wilayah Majapahit dan ke tempat-tempat spesifik.

Sacu(n)duk aing ka Wakul,