Selama melakukan riset pustaka berkaitan dengan sejarah perkembangan sepak bola di Bandung, diam-diam dalam benak saya terbentuk gambaran bahwa sejak awal orang-orang yang terlibat dalam dunia sepak bola Bandung adalah para pegawai jawatan kereta api Hindia Belanda (Staatsspoor, SS).
Boleh dibilang, para pegawai jawatan kereta apilah yang mula-mula mengembangkan persepakbolaan di Bandung. Betapa tidak, banyak jejak yang membuktikannya.
Dalam buku W.L. Berretty (40 Jaar Voetbal in Ned. Indie, 1894-1934, 1934: 98) disebutkan klub sepak bola pertama di Bandung, BVC, yang para anggotanya terdiri atas orang-orang Belanda yang bekerja di Bandung seperti P.A. Roelofsen dan W.F. Staargaard. Setelah saya melakukan pelacakan, keduanya ternyata bekerja untuk SS. Bahkan nantinya Roelofsen menjadi direktur Departement van Gouvernementsbedrijven (GB) yang membawahi SS serta memboyong perusahaan-perusahaan negara ke Bandung. Sementara Staargaard menjadi direktur utama SS. Di masa Staargaard pula SS dibawa pindah ke Bandung.
Selanjutnya pada klub UNI dan SIDOLIG pun banyak anggotanya yang bekerja di jawatan kereta api. Bahkan menurut Berretty, Wim Kuik dan kawan-kawannya pendiri UNI bekerja pada SS. Namun, meski para anggota SIDOLIG dibilang Berretty sebagai “De niet-S.S.-ers” atau nonpegawai SS, nanti kelihatan para pendirinya yakni Eddy Alting Siberg dan kawan-kawannya juga bekerja di jawatan kereta api.
Untuk menggambarkan hal tersebut Berretty bilang, “De niet-S.S.-ers Eddy Siberg, Oscar Veer en anderen richtten SIDOLIG op, de S.S.-ers Kuik, Jan Huysmans, Jaap Roggeveen, Paul van Grumbkow, Amade enz. gingen over tot de oprichting van U.N.I. in Februari 1903” (Orang-orang non-SS seperti Eddy Siberg, Oscar Veer dan yang lain-lain mendirikan SIDOLIG, sementara para pegawai SS seperti Kuik, Jan Huysmans, Jaap Roggeveen, Paul van Grumbkow, Amade mendirikan UNI pada Februari 1903).
Namun, pertanyaannya apakah SS sempat punya klub sepak bola sendiri? Kapan mulai ada dan turut dalam kompetisi antarklub di Bandung? Sebelum menjawabnya, saya akan sedikit banyak membahas peran Bandung sebagai pusat SS.
Nah, setelah itu, saya baru akan mengurai klub sepak bola yang ada di lingkungan SS. Karena posisi strategis Bandung sebagai pusat SS, saya pikir menentukan iklim persepakbolaan di Bandung.
Pesta perayaan peresmian layanan jalur kereta api Cianjur-Bandung diselenggarakan di Bandung antara 16 hingga 18 Mei 1884, sementara layanan kereta apinya baru dibuka pada 17 Mei 1884. Sejak itu, Bandung memainkan peran dalam lalu-lintas orang dan barang di sekitar Bandung Raya maupun luar kota. Menurut Verslag van den Dienst der Siaatsspoorwegen op Java over het jaar 1884 (1885) (dalam Hardjasaputra, 2002: 214), pada tahun pertama keberadaan kereta api, jumlah penumpang yang berangkat dari Bandung sebanyak 31.985 orang, sementara yang turun sebanyak 36.720 orang. Sementara lalu-lintas barang dari Stasiun Bandung sebesar 9.297.948 kilogram dan ke Bandung sebesar 146.974,55 kilogram.
Dalam perkembangannya, Bandung dijadikan sebagai kantor atau biro eksploitasi jalur barat (Der Exploitatie van de Westerlijnen) sejak 1 Agustus 1898. Kantor tersebut semula berada di Bogor. Dalam De Locomotief (29 Juli 1898) diberitakan pada 13 Juli 1898 direktur Departement van BOW memutuskan untuk memindahkan kedudukan kepala eksploitasi jalur barat, kepala afdeling keempat SS, sekretaris-akuntan, komis-pemegang kas, dan kepala kontrol jalur barat ke Bandung, sejak 1 Agustus 1898. Kepala eksploitasi jalur barat S. Schaafsma mengumumkan kepindahannya sejak 5 Agustus 1898 melalui AID De Preanger-bode, Soerabaijasch Handelsblad, dan De Locomotief.
Jawatan kereta api yang semula di bawah BOW, sejak 15 Mei 1909 dipindahkan dalam wewenang GB (HNDNI, 26 Mei 1909). Lalu muncullah wacana pemindahan GB ke Bandung sejak 1912 dengan alasan bila kompleksnya didirikan di Weltvereden akan sangat mahal, tidak cocok untuk kantor-kantor perusahaan negara, serta menyebabkan ketidaknyamanan kepada seluruh Kota Batavia (AID, 20 September 1917). Pelaksanaannya sendiri secara aktual baru terjadi pada 1 Desember 1920, setelah Direktur GB P.A. Roelofsen membeli Grand National Hotel di Landraadweg (AID, 11 Februari 1921).
Bagaimana dengan SS? Karena ada di bawah GB, tentu saja kantor pusat SS harus juga pindah mengikuti induknya ke Bandung. Bahkan, konon, kantor pusat SS yang pertama harus dipindahkan (AID, 12 Juni 1922). Setahun kemudian, dikatakan pada Juni 1923, bagian penting SS sudah harus dipindahkan ke Bandung, yaitu kantor direktur SS, sekretariat, urusan restorasi dan divisi perhotelan (HNDNI, 13 April 1923).
Secara keseluruhan kantor pusat SS dipindahkan ke Bandung pada 1924. Sejak Januari 1923, Opname en Aanleg sudah dipusatkan di Cikudapateuh; Tramwegen voor Java en de Buitenbezittingen dipindahkan pada April dan Mei 1923; Spoorwegen op Java dipindahkan pada Oktober 1923; dan HISP dengan sekretariat dipindahkan pada 1 Agustus 1923. Dengan demikian, pemindahan pusat SS ke Bandung secara menyeluruh diperkirakan pada Januari 1924 (AID, 10 Agustus 1923).
Fenomena peresmian jalur Cianjur-Bandung ditambah Bandung-Cicalengka pada 1884 hingga pemindahan kantor pusat SS antara 1923-1924 tentu saja didahului dan dibarengi penempatan sekian banyak orang Eropa di sejumlah stasiun, halte dan stopplaats yang terbentang dari Padalarang di barat dan Cicalengka di timur Bandung. Dengan demikian, selama rentang 1884 hingga 1924, jumlah populasi orang Eropa yang tinggal dan bekerja di Bandung meningkat pesat.
Artikel Terkait
Cara Menulis Netizen Ayobandung.com, Dapatkan Total Hadiah Rp1,5 Juta!
Ketentuan dan Penghargaan Menulis Netizen Ayobandung.com, Catat agar Dapat Total Hadiah Rp1,5 Juta!
Cara Menulis Netizen Ayobandung.com, Dapatkan Total Hadiah Rp1,5 Juta!
Alasan Netizen Harus Menulis di Media seperti Ayobandung.com
Remaja adalah Harapan Bangsa, Didiklah dengan Buku Edukatif
Merdeka Belajar dan Kemerdekaan Berpikir
PM Fumio Kishida akan Prioritaskan Hubungan Kemaritiman dengan Indonesia
5V Big Data, Apa Itu?
Mengejar Angan Fiksi para Komikus
6 Tulisan Terpopuler Netizen Ayobandung.com September 2021, Total Hadiah Rp1,5 Juta!