Oleh ATEP KURNIA*
SEPANJANG yang saya baca, berbagai pustaka terpaut komunitas Tionghoa di Bandung, tidak banyak yang mengungkap daftar dan riwayat para wijkmeester atau kepala kampung pecinan, baik Suniaraja maupun Citepus.
Namun, beruntung, saya dapat menjejakinya dari dua tulisan yang sudah saya sampaikan sebelumnya. Sementara nama-nama wijkmeester di Suniaraja dan Citepus, saya dapatkan dari koran-koran lama dalam bahasa Belanda, Melayu, dan Sunda.
Jejak dan kesimpulan yang saya tarik dari tulisan mengenai letnan Tionghoa pertama di Bandung Oeij Boen Hoen dan letnan Tionghoa kedua di Bandung Tan Haij Long menunjukkan bahwa sebelum adanya jabatan letnan tituler, komunitas Tionghoa Bandung dipimpin oleh wijkmeester. Dalam hal ini, besar kemungkinan, Oeij Boen Hoen merupakan kepala kampung pecinan pertama di Bandung. Barangkali antara 1871 hingga 1881.
Mengingat dalam Java-bode dan Bataviaasch Handelsblad edisi 4 Maret 1881 disebutkan “Tot Luitenant der Chinezen te Bandong de wijkmeester aldaar Oei Bouw Hoen” (ke Letnan Tionghoa di Bandung kepala kampung di situ yaitu Oei Bouw Hoen). Demikian pula yang disebutkan dalam Soerabaijasch Handelsblad (27 Januari 1882) yang menyatakan bahwa ia bertahun-tahun menjabat sebagai kepala pecinan Bandung dan sejak Maret 1881 dianugerahi gelar letnan Tionghoa oleh pemerintah kolonial.
Tan Haij Long setali tiga uang. Sebelum dia diangkat menjadi letnan tituler, dia menjabat sebagai “wijkmeester” pecinan di Bandung. Bahkan kemungkinan besar dia adalah “Wijkmeester” kedua setelah Oeij Boen Hoen.
Artinya, saat Oeij diangkat menjadi letnan Tionghoa, posisinya sebagai kepala kampung pecinan di Bandung digantikan oleh Tan Haij Long. Dalam De Locomotief (17 Juli 1929) disebutkan Tan Haij Long sebagai kepala pecinan dan sangat berhasrat menjadi letnan Tionghoa.
Daftar Kepala Kampung
Siapakah para kepala kampung pecinan lain di Bandung, setelah Oeij Boen dan Tan Haij Long? Saya baru mendapatkan lagi faktanya dari De Preanger-bode edisi 5 September 1900. Di situ dikatakan, dua kepala kampung pecinan di Bandung secara tiba-tiba diberhentikan dan digantikan oleh Oey Boen Hong dan Oey Bek Ting (“De chineesche wijkmeesters te Bandoeng zijn onverwachts allen ontslagen en in hun plaats benoemd de baba Oey Boen Hong en Oey Bek Ting”).
Dari kutipan, kita tahu hingga September 1900, kepala kampung pecinan di Bandung itu sudah ada dua, yaitu untuk Suniaraja dengan kepala kampung pecinan timur (Wijkmeester van Oost Bandoeng, Wijkmeester Bandoeng Wetan) dan Citepus dengan kepala kampung pecinan barat (Wijkmeester van West Bandoeng, Wijkmeester Bandoeng Koelon).
Namun, saya tidak mendapatkan data kapan pemisahan antara pecinan Suniaraja dengan Citepus terjadi atau dengan kata lain saya belum mendapatkan data kapan Citepus dijadikan sebagai pecinan tersendiri. Karena pada paruh kedua abad ke-19 sudah banyak orang Tionghoa yang bermukim di Citepus. Dari kutipan tersebut juga saya dapat menarik kesimpulan bahwa seperti halnya letnan tituler, jabatan wijkmeester juga diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah kolonial.
Selanjutnya, orang-orang yang pernah menjadi kepala pecinan Citepus antara lain Loa Boen Eng (De Aarde in haar volken, Vol. 43, 1907), Go In Sioe (Indisch weekblad van het recht, 1912), Ouw Boen Tong (De Preanger-Bode, 23 Oktober 1921), dan Oey Koen Soei (De Indische Courant, 1 Februari 1924; Swara Publiek, 18 Januari 1929).
Artikel Terkait
Tahun 1845 Baru Ada 13 Orang Tionghoa di Bandung
Dulu Bandar Judi, Intip Profil Dai Keturunan Tionghoa Ustaz Dennis Lim
Letnan Tionghoa di Bandung Sejak 2 Maret 1881
Oeij Boen Hoen: Letnan Tionghoa Pertama Bandung