Ciledug Mengabadikan Sejarah Pembuatan Jalan Raya

- Jumat, 24 Maret 2023 | 05:57 WIB
Peta Lembar Garoet yang direvisi tahun 1908, diterbitkan di Batavia oleh: Topographisch Bureau, tahun 1909.
Peta Lembar Garoet yang direvisi tahun 1908, diterbitkan di Batavia oleh: Topographisch Bureau, tahun 1909.



Oleh T Bachtiar*

NAMA geografi Ciledug tidak perlu diganti, walau saat ini keadaan jalan dan kawasannya sudah menjadi jalan yang beraspal mulus. Dan lapangan yang semula tanah tak tertata itu kini sudah jauh lebih baik, menjadi taman, lapangan terbuka hijau, atau sudah berganti menjadi kompleks perumahan. Jalan dan lapangan yang semula tanah itu kini sudah berubah, sehingga tidak ledug lagi.

Dalam bahasa Sunda, ledug itu artinya sama dengan lidig atau ledeg. Ledug disematkan pada jalan tanah atau lapangan tanah yang penuh dengan jejak manusia dan binatang. Keadaan itulah yang menjadi inspirasi bagi warga setempat untuk memberi nama geografi Ciledug.

Perkembangan jalan di Jawa Barat diawali dengan jalan-jalan setapak yang menghubungkan permukiman di satu kampung dengan permukiman di kampung lainnya. Bagi yang sudah berkunjung ke Baduy, ke Kampung Cibeo, Kampung Cikartawana, dan Kampung Cikeusik, serta melintasi Perkampungan Baduy Luar, akan terbayang, begitulah keadaan jalan-jalan pada masa lalu di Jawa Barat. Jalan setapak yang bersih selebar satu meter yang terpelihara, yang menghubungkan kampung-kampung yang tersebar.

Jalan-jalan setapak seperti itulah yang diperlebar untuk kemudahan pengangkutan hasil perkebunan yang dibuka oleh VOC, kemudian dilanjutkan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Hasil-hasil perkebunannya masih ada yang masih dibawa dengan cara dipikul, atau dibawa di punggung kerbau atau kuda, ditarik pedati kuda atau pedati kerbau. Kemudian berkembang diangkut dengan truk-truk perkebunan, setelah jalan-jalan pedati diperlebar hingga dapat dilalui truk.

Baca Juga: Niat dan Tata Cara Shalat Dhuha, Kerjakan saat Matahari Sudah Naik sebelum Masuk Dzuhur

Karena tidak adanya jalan yang baik, hal ini telah berdampak pada rendahnya pemasukan Negara. Di Jawa Barat, jaringan jalan dibangun mengikuti pembukaan perkebunan-perkebunan utama, yaitu teh, kopi, kina, karet, dan tebu.

Kondisi jalan dan kendaraan di Pulau Jawa, digambarkan dalam tulisan Sir Thomas Stamford Raffles dalam bukunya The History of Java (edisi bahasa Indonesia, 2008). Barang-barang yang tidak bisa diangkut melalui jalur sungai dan jalur darat, akan diangkut (dipikul) oleh manusia, kuda, dan kerbau.

Jaringan jalan raya yang lebih lebar dan terukur, baru dimulai pembuatannya setelah terbitnya Surat Keputusan dari Gubernur Jenderal Marsekal Daendels tanggal 5 Mei 1808, tentang pembangunan jalan raya pos antara Buitenzorg sampai Karangsambung.

Surat Keputusan ini menyiratkan adanya dua kepentingan utama, pertama karena nilai ekonomi yang tinggi di pedalaman, dan kedua untuk pertahanan Negara. Pembangunan jalannya melibatkan peran Pemerintah, pengusaha, dan masyarakat setempat.

Sampai tahun 1935, di wilayah yang sekarang menjadi Provinsi Jawa Barat, sudah terdapat perkebunan karet 117, perkebunan teh 191, perkebunan kina 50, perkebunan coklat 6, perkebunan kopi 7, perkebunan minyak sereh 3, dan perkebunan tebu 12.

Baca Juga: Lowongan Kerja PT Adaro Energy Buka 55 Posisi Loker D3 S1 2023, Daftar di Sini Merapat Lur

Jalan-jalan yang diperkeras sudah dibuat, namun masih ada jalan yang tidak boleh dipakai oleh masyarakat, walau mereka ikut membuat dan ikut memelihara. Pada saat musim penghujan, ketika pedati pengangkut hasil perkebunan yang melintas di jalan itu, maka jalanan akan terlihat becek. Sebaliknya, pada siang hari di musim kemarau, jalanan yang tergilas roda besi pedati akan berdebu.

Jalanan yang banyak dilintasi pedati kerbau atau kuda, serta para pemilik pedati yang berjalan menuntun binatangnya, maka jalan itu akan dipenuhi dengan jejak roda besi pedati, jejak kerbau dan kuda, serta jejak orang-orang, sehingga jalan itu menjadi ledug.

Jalan-jalan di berbagai tempat yang mempunyai ciri-ciri seperti itu, dinamailah oleh warganya sebagai Ciledug, seperti nama geografi yang terdapat di Kecamatan Ciledug di Kota Tangerang, Provinsi Banten, Kecamatan Ciledug di Kabupaten Cirebon, Provinsi Jawa Barat, Desa Ciledug di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi, Jalan Ciledu di Garut Kota, Kabupaten Garut, dan Kampung Ciledug di Desa Pamalayan, Kecamatan Cisewu, Kabupaten Garut.

Halaman:

Editor: Dudung Ridwan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

SPIRIT IQRA

Rabu, 31 Mei 2023 | 11:54 WIB

Coldplay Bekukan Akal Sehat

Rabu, 31 Mei 2023 | 11:19 WIB

Manfaat Memandang Sesuatu Itu Secara Baik

Senin, 29 Mei 2023 | 11:02 WIB

Capgome di Bandung Tahun 1897-1938

Senin, 29 Mei 2023 | 10:46 WIB

Upaya Perbaikan Data Pertanian

Sabtu, 27 Mei 2023 | 16:15 WIB

Daging Lab, Apakah Aman Dikonsumsi?

Rabu, 24 Mei 2023 | 11:05 WIB

Adanya UU ITE: Membantu atau Mengancam?

Selasa, 23 Mei 2023 | 08:50 WIB
X