Kisah Miris Mario Dandy: Hindari 5 Toxic Parenting Ini!

- Rabu, 15 Maret 2023 | 14:54 WIB
Mario Dandy. (Herstory.co.id)
Mario Dandy. (Herstory.co.id)

Oleh Rahayu Irhami*

ANAK yang terlahir dan tumbuh dari keluarga kaya serta berlimpah materi, seringkali terlihat mendapatkan beberapa kemudahan hidup. Sebagaimana yang dirasakan oleh Mario Dandy, putra eks Dirjen Pajak, Rafael Alun Trisambodo. Privilese, relasi, dan kekuatan yang didapatkan dari orangtua, bisa menjadi kelebihan tersendiri bagi pertumbuhan dan perkembangan hidup seseorang.

Sebetulnya, setiap orangtua tentu bermaksud memberikan yang terbaik untuk buah hatinya. Kendati demikian, terkadang mereka tidak menyadari bahwa pola asuh yang diterapkan itu keliru dan justru berdampak negatif bagi anak, baik mental maupuk fisiknya. Dalam istilah psikologi sering disebut toxic parenting.

Keunggulan materi bisa menjadi bumerang apabila orangtua tidak bijak dalam menerapkan pola pengasuhan (parenting). Meski perlu diingat, kita tidak bisa men-generalisasi toxic parenting ini terjadi pada setiap keluarga kaya. Namun, inilah 5 toxic parenting keluarga kaya yang sering terjadi:

Pertama; Terlalu Protektif

Acapkali, orangtua tidak ingin melihat anaknya mengalami kesulitan hidup, sehingga berusaha memenuhi semua kebutuhan maupun keinginan anak. Padahal, sebenarnya, kesulitan itulah yang akan membentuk jati diri anak, melatih problem solving, survival, dan daya adaptasi di setiap situasi yang sedang ataupun akan dialami.

Baca Juga: Asoi, 4 Daftar Bansos Cair Jelang Ramadhan 2023, Apa Saja ya?

Justru, anak tidak akan memiliki soft skills tersebut apabila tidak diberi kesempatan untuk mendapatkan stimulus berupa kesusahan dalam hidupnnya.

Biarkan anak mengalami kesulitan hidup, bahkan ketika itu menakutkan. Berikan mereka kesempatan untuk menghadapi masalahnya sendiri.

Setiap orangtua harus mengerti bahwa kesulitan hidup tetap perlu dihadirkan kepada anak sambil memberikan pendampingan yang tepat.

Orangtua adalah pemandu, bukan pelindung. Anak-anak tetap harus tumbuh dengan kesadaran bahwa realitas hidup itu seimbang. Adakalanya senang dan susah, mudah dan sulit, kuat dan lemah.

Baca Juga: Usai Ditolak LPSK, Begini Kondisi AG dan Tanggapan Kuasa Hukum, Keberatan atau Pasrah?

Perlu dicatat bahwa orangtua perlu memberikan keinginan sang anak. Namun, jangan sampai itu memupus daya juang, adaptasi, dan problem solving-nya.

Keinginan anak itu kesenangan jangka pendek, sedangkan soft skill tersebut sangat esensial dan dibutuhkan anak untuk menunjang kesuksesan di masa depan. Jangan biarkan anak tumbuh menjadi pribadi yang arogan dan materialistis karena kecukupan materi dari orangtua.

Halaman:

Editor: Dudung Ridwan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Menebar Dharma Agama dan Negara

Rabu, 22 Maret 2023 | 13:43 WIB

Pemborong Bangunan Tan Haij Long

Rabu, 22 Maret 2023 | 11:20 WIB

Rumitnya Nama Anak-Anak Zaman Sekarang

Selasa, 21 Maret 2023 | 12:40 WIB

Bahagia Menyambut Bulan Ramadhan

Selasa, 21 Maret 2023 | 12:00 WIB

Media Sosial dan Identitas Diri

Senin, 20 Maret 2023 | 09:24 WIB

Situ Lembang Danau Kaldera Gunung Sunda

Jumat, 17 Maret 2023 | 13:50 WIB

Bahagiakan Dirimu dengan Membahagiakan Orang Lain

Kamis, 16 Maret 2023 | 14:55 WIB

Demi Sebuah Konten, Agama pun Digadaikan

Senin, 13 Maret 2023 | 15:32 WIB

Dalam Berumah Tangga, Hati-Hati Tipu Daya 'Dasim'

Minggu, 12 Maret 2023 | 12:30 WIB
X