Oeij Boen Hoen: Letnan Tionghoa Pertama Bandung

- Jumat, 10 Maret 2023 | 10:05 WIB
Berita pengangkatan Oeij Boen Hoen sebagai letnan Tionghoa pertama di Bandung pada 2 Maret 1881. Sumber: Java-bode, 4 Maret 1881.
Berita pengangkatan Oeij Boen Hoen sebagai letnan Tionghoa pertama di Bandung pada 2 Maret 1881. Sumber: Java-bode, 4 Maret 1881.



Oleh ATEP KURNIA*

BERSAMAAN dengan penetapan jabatan letnan Tionghoa di Bandung, 2 Maret 1881, saat itu pula Oeij Bouw Hoen atau Oeij Boen Hoen ditetapkan sebagai letnan pertama. Berita pengangkatannya disiarkan dalam koran Java-bode dan Bataviaasch Handelsblad edisi 4 Maret 1881. Di situ dikatakan, “Tot Luitenant der Chinezen te Bandong de wijkmeester aldaar Oei Bouw Hoen” (ke Letnan Tionghoa di Bandung kepala kampung di situ yaitu Oei Bouw Hoen).

Pengangkatan itu berbarengan pula dengan pengangkatan para opsir Tionghoa di Keresidenan Kalimantan bagian barat (“Residentie Wester-afdeeling van Borneo”). Di antaranya kapten Liem Ien Lang dan letnan Tshia Men Soen di Pontianak, kapten Tjia Liong Sen di Sambas, kapten Tshia Loen San di Mempawah, kapten Tjoang Tjin Sam di Tayan, kapten Eng A Thoe di Sanggau, dan kapten Kwee A Sing di Sintang.

Yang menarik dari kutipan pengangkatan Oeij Boen Hoen di atas, saya jadi tahu semula dia wijkmeester atau kepala “Chinesche Kamp” atau “Chinesche Wijk” atau pecinan di Bandung. Dan sesuai dengan kriteria penentuan letnan Tionghoa secara umum di Hindia, Oeij adalah saudagar atau pedagang yang terbilang kaya di Bandung. Ini terbukti dengan adanya pabrik roti “Oeij Boen Hong”, nama usaha yang diambil dari anak bungsu Oeij, yang didirikan pada 1866.

Selain itu, keberadaan Oeij Boen Hoen disebut-sebut oleh Reinhard Teuscher saat keluarganya pindah ke Bandung pada November 1874 dari Singaparna. Menurut Teuscher (“Bandoeng vroeger en thans [III]” dalam De Preanger-bode edisi 13 September 1918 dan “Bandoeng in 1874 en kort daarna” dalam Mooi Bandoeng edisi No. 3, Maret 1938), saat itu jumlah orang Tionghoa di Bandung tidak lebih dari lima keluarga, di antaranya Oeij Bouw Hoen, Oeij Bouw Tjiang dan Tam Long.

Baca Juga: Update KUR BCA 2023 Cair Sampai Rp500 Juta Tanpa Biaya Admin, Simak Jenis Produknya dengan Seksama

Dari koran-koran lama, ada kemungkinan Oeij Bouw Hoen punya hubungan keluarga dengan Oeij Bouw Sio, orang Tionghoa asal Bandung yang meninggal di Bogor pada 24 Juni 1851. Ia pachter gula aren di Bandung (Javasche Courant edisi 24 dan 27 September 1851). Oeij Boen Hoen punya saudara bernama Oeij Bouw Tjiang, menikah dengan Kwa Him Nio, dan punya anak bernama Oeij Boen Hoeij, Oeij Boen Liong, dan Oeij Boen Hong (Sugiri Kustedja, Klenteng Xie Tian Gong (Hiap Thian Kong, Vihara Satya Budhi) & Tiga Luitenant Tionghoa di Bandoeng, 2017: 248-253). Anaknya yang lain Oeij Boen San (De Koerier, 19 Februari 1930).

Penetapan Oeij Boen Hoen sebagai letnan Tionghoa Bandung termaktub pula dalam Regerings-Almanak voor Nederlandsch-Indie 1882, Tweede Gedeelte (1881). Di situ tertulis bahwa ia diangkat sebagai “Luitenant der chinezen” pada 2 Maret 1881.

Namun, bila menelusuri almanak tersebut, saya tidak mendapati adanya letnan Tionghoa di kabupaten-kabupaten dan afdeling-afdeling yang termasuk ke Keresidenan Priangan, yakni Afdeling Cicalengka, Afdeling/Kabupaten Cianjur, Afdeling Sukabumi, Afdeling/Kabupaten Sumedang, Afdeling/Kabupaten Tasikmalaya, Afdeling/Kabupaten Limbangan, Afdeling Sukapura (Manonjaya), dan Afdeling Sukapurakolot (Mangunreja). Padahal penetapannya sebagai pecinan berbarengan dengan Bandung.

Sementara di Keresidenan Cirebon, “Chineesche Bestuur” atau opsir Tionghoa sudah ada sejak lama. Ini terlihat dari almanak di atas yang menyertakan kapten Tionghoa bernama Khoe Theedjin (diangkat pada 12 Februari 1865), kapten tituler Tan Tian Keng (22 November 1873), dan beberapa letnan yaitu The Tjauw Tjaij (3 Oktober 1874), Kwee Boen Pien (25 Oktober 1874), dan Oei Tiam Seng (25 Oktober 1874). Di Afdeling/Kabupaten Indramayu ada letnan Kam Tjeng Bie (4 Januari 1877), di Afdeling/Kabupaten Ciamis dan Majalengka tidak tercantum letnan Tionghoa, di Afdeling/Kabupaten Kuningan ada letnan Tan Long Seng (10 Januari 1880).

Demikian pula yang saya temukan di Tangerang dan Buitenzorg. Di Afdeling Tangerang ada kapten Liem Tjong Hien (diangkat pada 25 September 1877), kapten tituler Oeij Tjong Piauw (25 September 1877). Sementara di Afdeling Buitenzorg ada kapten Tan Goan Piauw (3 Agustus 1878), kapten tituler Tan Kong Tja (18 November 1869), letnan Tan Goan Pouw (29 Januari 1879), letnan Thio Siau Lok (29 Januari 1879), letnan di Parung Phoa Keng Hong (29 November 1875) dan letnan Cibinong Tjoa Keng Seng (25 September 1872).

Nekrologi Oeij Boen Hoen yang meninggal di Bandung pada 18 Januari 1882. Sumber: Java-bode, 20 Januari 1882.
Nekrologi Oeij Boen Hoen yang meninggal di Bandung pada 18 Januari 1882. Sumber: Java-bode, 20 Januari 1882.


Bimbingan Kwa Him Nio

Oeij Boen Hoen menjadi letnan Tionghoa di Bandung hingga 18 Januari 1882, karena keburu meninggal dunia. Berita kematiannya disiarkan Java-bode dan Bataviaasch Handelsblad edisi 20 Januari 1882. Pemberitahu yang juga berfungsi pelaksana testamen (“executeuren testamentair”) mendiang Oeij adalah saudaranya, Oeij Bouw Tjiang, dan anak sulungnya, Oeij Boen Hoei.

Nekrologi agak panjang kematian Oeij Boen Hoen tersaji dalam Soerabaijasch Handelsblad edisi 27 Januari 1882. Di situ ditulis setelah sakit sebentar, Oeij meninggal dunia pada pagi hari tanggal 18 Januari 1882. Konon, ia orang yang sangat dihargai dan dicintai di Bandung baik oleh pembesar maupun kalangan bawah, baik oleh kawan-kawanya yang kaya maupun yang miskin. Dia dikenal sebagai orang yang baik hati dan dermawan kepada semua orang.

Oeij Boen Hoen bertahun-tahun menjabat sebagai kepala pecinan Bandung dan sejak Maret 1881 dianugerahi gelar letnan Tionghoa oleh pemerintah kolonial, karena pengabdiannya (“Jaren lang heeft hij eerlijk en trouw als Chinesche wijkmeester den lande gediend”). Konon, jasadnya akan dikebumikan pada 1 Februari 1882. Makamnya terletak di Babakan Ciamis.

Sepeninggalnya, Mispelblom Beijer, agen pelaksana di Batavia, pada 13 Februari 1882, mengumumkan kepada saja yang menjadi debitur dan kreditur mendiang letnan Oeij Boen Hoen dipersilakan untuk melakukan pembayaran dan membuat pernyataan selama enam minggu (Bataviaasch Handelsblad, 15 Februari 1882; Java-bode, 17 Februari 1882). Selain itu, menurut Sugiri Kustedja berdasarkan informasi dari Steve Haryono (2017: 248-249), Oeij Boen Hoeij, anak sulung Oeij Boen Hoen, pernah diusulkan menggantikan ayahnya sebagai letnan Tionghoa di Bandung. Namun, pemerintah kolonial lebih memilih Tan Haij Long.

Halaman:

Editor: Dudung Ridwan

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Wijkmeester Pecinan Suniaraja dan Citepus

Minggu, 26 Maret 2023 | 11:30 WIB

Respek dalam Berkomunikasi

Jumat, 24 Maret 2023 | 11:11 WIB

Ciledug Mengabadikan Sejarah Pembuatan Jalan Raya

Jumat, 24 Maret 2023 | 05:57 WIB

Menebar Dharma Agama dan Negara

Rabu, 22 Maret 2023 | 13:43 WIB

Pemborong Bangunan Tan Haij Long

Rabu, 22 Maret 2023 | 11:20 WIB

Rumitnya Nama Anak-Anak Zaman Sekarang

Selasa, 21 Maret 2023 | 12:40 WIB

Bahagia Menyambut Bulan Ramadhan

Selasa, 21 Maret 2023 | 12:00 WIB

Media Sosial dan Identitas Diri

Senin, 20 Maret 2023 | 09:24 WIB

Situ Lembang Danau Kaldera Gunung Sunda

Jumat, 17 Maret 2023 | 13:50 WIB

Bahagiakan Dirimu dengan Membahagiakan Orang Lain

Kamis, 16 Maret 2023 | 14:55 WIB
X