BANDUNG, AYOBANDUNG.COM -- Rasa kopi asal Indonesia sudah diakui kenikmatannya oleh dunia internasional. Salah satunya adalah kopi asal Jawa Barat yang menjadi unggulan dalam Speciality Coffee Association of America Expo, di Atlanta Amerika Serikat tahun lalu.
Aktornya adalah Ayi Sutedja seorang pengembang kopi yang berhasil mengembangkan kopi berjenis Arabika dengan spesialisasi Gunung Puntang yang akhirnya memiliki skor tertinggi dalam ajang tersebut.
Kopi Gunung Puntang, mendapatkan skor 86,25.
Lalu apakah keistimewaan kopi Puntang sehingga mendapatkan skor tertinggi? Ayi Sutedja yang ditemui saat acara Ngopi Saraosna volume II beberapa waktu yang lalu mengatakan salah satunya adalah karena kopi Puntang memiliki aroma yang unik.
“Kopi ini beraroma blueberry, floral, jasmine, vanilla, dan lychee. Aroma jasmine ini yang termasuk langka. Sedangkan untuk sweet after taste yang menandakan bahwa kopi ini organik,” katanya.
Selain dari aroma dan cita rasa, yang dalam urutan skoring, tentu saja dinilai bagaimana pengolahan kopi dan juga body dari kopi tersebut.
“Karena pengolahan juga sangat penting kan dan 80% kualitas ditentukan di paskapanen. Yang asalnya dari buah jadi green bean,” ungkapnya.
Kopi Puntang berasal dari varietas Sunda Typica. Nama Typica sendiri berasal dari bibit awalnya. Typica adalah bibit kopi yang berasal dari Afrika, tepatnya Ethiopia. Yang akhirnya masuk ke Yaman kemudian masuk ke Indonesia.
“Kopi itu tumbuhan yang adaptif. Bisa menyesuaikan dengan tanah yang ditanamnya. Jadi Typica yang di Jabar beda dengan yang di daerah lain,” lanjutnya.
Selain kopi puntang, terdapat lima kopi lain dari Jawa Barat yang mendapatkan skor tinggi di ajang Speciality Coffee Association of America Expo. Di antaranya adalah, kopi Mekarwangi, kopi Malabar Honey, kopi Andungsari, kopi Java Cibeber, dan kopi West Java Pasundan Honey.
Ini menandakan bahwa potensi kopi di Jawa Barat kualitasnya selalu naik. Namun Ayi menegaskan ada beberapa hal yang harus ditingkatkan agar kopi asal Jawa Barat bisa semakin baik nilai jualnya.
“Budidayanya yang harus lebih dikembangkan. Di saat pembibitan sudah bagus, nah sekarang tinggal di pengelolaan sehabis panennya yang harus ditingkatkan,” jelasnya.
Selain dari pembudidayaan, kelembagaan khususnya dari organisasi petani kopi harus lebih diberikan edukasi. Misalnya dengan cara pembuatan kurikulum terkait dengan pembudidayaan kopi.
“Nantinya akan ada pergub yang memfasilitasi untuk membantu petani. Sebenarnya di tahun 2014 kementan udah membuat SOP-nya, namun sosialisasinya masih belum sampai. Intinya SDM dari petani harus ditingkatkan,” tuturnya.