NGAMPRAH, AYOBANDUNG.COM -- Ibnu Robubbul Faruqi (23) mengisi tas karir besar miliknya penuh dengan barang bawaan. Selain makanan, di dalam tas itu terdapat perkakas memasak, tenda, air minum, alat penerangan, tembakau, dan sebuah buku lusuh berjudul: Bandung Purba.
Bertolak dari Kampung Cipanas, Desa Rajamandala, Bandung Barat, Ibnu bersama 5 orang kawannya berjalan menanjak ke selatan, titik awal di mana Sungai Citarum mengering oleh Waduk Saguling.
Baca Juga: Tak Jadi Berhubungan Intim, Alasan Pelaku Habisi Nyawa Korban
Tergabung dalam sebuah komunitas jalan-jalan bertema sejarah, yang menamakan diri Komunitas Akar Jamur, Ibnu melakukan Susur Sungai Citarum Purba selama tiga hari, 20-22 Agustus 2021.
Selama 3 hari 2 malam ia berjalan dari Waduk Saguling menempuh perjalanan menurun sekitar 12 kilometer ke hilir, hingga finis di Sanghyang Tikoro.
Jalur itu dipilih karena memiliki bentang alam yang indah ditambah terdapat bukti-bukti sejarah kebumian yang mulai luput dari perhatian. Yang paling penomenal di daerah ini terdapat tempat bobolnya Danau Purba Bandung.
"Kami melakukan susur sungai Citarum guna menikmati bentang alam Priangan, melihat sejarah kebumian dari bentuk batu, dan menengok tempat bobolnya Situ Hiang atau danau purba Bandung di daerah Cukang Rahong," jelasnya beberapa waktu lalu.

Menyitir buku Bandung Purba (2004) karya T. Bachtiar dan Dewi Syafriani, Ibnu menyebut Cukang Rahong adalah tempat bobolnya Danau Purba Bandung di bagian Barat.
Artikel Terkait
Gunung Singa dalam Jajaran Gunung Api Purba Soreang - Cililin
HUT Kota Bandung ke-210, Dari Danau Purba Menjadi Ibu Kota
Letusan Gunung Sunda, Membendung Ci Tarum Membentuk Danau Purba
Letusan Gunung Sunda, Danau Purba, dan Mengapa Kota Bandung Sering Banjir